"Biarkan dia masuk!" seru Alana pada satpam."Tapi, Nyonya?"Satpam yang sedang berdiri di depan Alana dan Carlos terlihat ragu-ragu. Bola matanya terbagi antara kedua orang tersebut. Terlihat dari pancaran matanya, sang satpam merasakan rasa takut karena mungkin saja akan melawan peraturan perusahaan, namun juga merasakan hormat pada keduanya. Namun, kekhawatiran dan rasa ragu juga terlihat jelas di dalam matanya.Melihat hal tersebut, Alana segera memberikan kata-kata pengertian kepada sang satpam agar tidak khawatir dan dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Meskipun begitu, tetap saja ada perasaan takut dan keraguan yang menghantui hati sang satpam dalam menjalankan tugasnya sebagai pengaman area tersebut."Jangan khawatir!" ucap Alana mengerti."Baik, Nyonya," sahutnya sedikit membungkuk memberi hormat.Satpam tersebut segera memberi jalan untuk Alana dan Carlos. Namun, setelah Alana melintasinya, Carlos sejenak berhenti tepat di depannya."Kamu membuat masalah denganku, jangan
"Anda yakin kalau aku telah melakukan penjebakan?" Leo ingin mendengar sekali lagi apa yang dituduhkan Carlos padanya."Ya, ini semua pasti jebakan yang telah kamu rencanakan sejak lama. Kamu memang licik, Leo! Kamu bukan hanya telah menyebabkan kakakku dan istrinya meninggal, tetapi kamu juga bermaksud untuk menghancurkan aku dan Alana," ucap Carlos dengan suara menggebu.Leo menertawakan perkataan Carlos yang membalikkan fakta yang sebenarnya."Apa tidak sebaliknya, Tuan Carlos?" sahut Leo masih menertawakan perkataan Carlos. "Kamu yang telah melakukan penjebakan padakku agar Alana mengusir aku dari perusahaan ini. Kamu ingin menguasai perusahaan ini dengan mempengaruhi kepolosan Alana," sambung Leo menguak sedikit demi sedikit sifat licik Carlos.Carlos tidak mengakui kalau catatan dan beberapa bukti yang ditunjukkan Alana padanya adalah perbuatannya. Pria itu berdalih kalau semua uang yang dikeluarkan oleh perusahaan memang benar untuk pembelian dan pengadaan barang-barang pembang
"Sialan! Kamu pikir kamu siapa berani memukul aku? Kamu itu hanya orang rendahan, kamu hanya pecundang!" Carlos marah pada Marco karena pengawal Alana itu berani memukulnya hingga tersungkur membentur meja. Wajah pria itu merah membara dengan tatapan tajam."Bukan hanya memukulmu, bahkan membunuhmu pun, akan aku lakukan," seru Marco. Wajah Marco terlihat sama garang dan bengisnya seperti Carlos. Namun, ada satu hal yang membedakan mereka. Marco merasa memiliki kewajiban untuk menjaga keselamatan Leo dan Alana karena pernah diselamatkan nyawanya dan dijamin kehidupannya oleh Leo. Oleh karena itu, ketika mendengar Carlos mengecam dan mengucapkan kata-kata buruk tentang Leo, Marco merasa sangat tidak terima.Dia telah bersumpah dalam hati untuk menjadi pelindung mereka seumur hidupnya. Wajahnya yang garang dan bengis bukanlah tanda bahwa dia tidak punya hati nurani atau empati. Sebaliknya, itu adalah tanda bahwa dia siap untuk melawan siapa pun yang mencoba membahayakan orang-orang yan
"Leo, kamu yakin?" Damian merasa ragu."Cepat berikan padaku, Damian!" seru Leo meminta Damian memberikan dokumen yang dibawa Damian padanya."Tapi, Leo?""Cepat!" teriak Leo dengan suara lebih keras. Bahkan, Leo yang sejak tadi tidak melihatnya karena terus menatap Alana, kini memutar leher dan memberinya tatapan marah.Damian yang baru datang karena Leo menelponnya dan memintanya membuat surat peralihan perusahaan merasa tidak setuju. Dia pikir masih ada cara lain untuk menyelamatkan Alana tanpa harus menyerahkan perusahaan pada Carlos.Namun, melihat tangis Alana juga nyawanya semakin terancam, Leojuga mendesaknya, akhirnya Damian pun menyerahkan dokumen itu."Lepaskan dia!" seru Leo pada Carlos setelah dokumen ada di tangannya.Carlos tertawa keras."Tidak semudah itu, Leo. Aku harus memeriksanya terlebih dahulu," ucap Carlos."Jangan berbelit-belit, Carlos!" bentak Leo. Kesabarannya telah habis, tetapi nyawa Alana dalam bahaya."Carlos!" teriaknya lagi.Leo kembali terkejut dan n
"Alana?" Leo terkejut.Di saat Carlos tumbang oleh tembakan bius yang dilakukan Marco saat pintu lift terbuka, Alana pun ikut tumbang. Untung Leo dengan cepat bergegas dan langsung menyangga tubuhnya sehingga tidak sempat terjatuh di lantai."Alana, bertahanlah, Sayang!"Leo segera mengangkat tubuh lemah Alana ke dalam gendongannya dan segera membawanya pergi. Dia tidak peduli lagi dengan Carlos yang tersungkur tidak sadarkan diri. "Marco, kamu urus dia!" seru Damian meminta Marco mengurus Carlos dan membawanya ke tempat aman mereka.Damian segera membuka jalan bagi Leo untuk membawa Alana pergi ke rumah sakit."Sayang, bertahanlah!" Lagi-lagi Leo ingin Alana bertahan.Sepanjang perjalanan, Leo terus meminta agar Alana bertahan dan bangun. Sembari menopang kepala Alana, satu tangan digunakan untuk mendekap leher Alana menggunakan kain karena luka yang diberikan Carlos masih mengeluarkan darah. Meski tidak deras, tetapi perdarahannya aktif."Tidak bis
"Alana, kamu sudah bangun, Sayang?"Melihat Alana menggerakkan tangannya juga mengerjapkan mata, Leo langsung bangkit dari duduknya dan tubuhnya condong ke arah Alana. "Jangan takut, Sayang! Ini aku," sambung Leo ketika tubuh Alana melonjak seperti orang terkejut dan ketakutan"Aku takut!" Ketika Alana mengenali pria yang berdiri di hadapannya adalah suaminya sendiri, Leo, tanpa ragu-ragu, Alana langsung memeluknya dengan erat dan tak ingin melepaskannya lagi. Leo terkejut dengan reaksi istrinya dan kesulitan bernapas karena kekuatan pelukan tersebut. Namun, meskipun agak sulit untuk bernapas, Leo mencoba menahan diri agar tidak mengecewakan Alana."Maafkan aku, Alana. Aku nyaris tidak bisa menjaga dan melindungimu," sesal Leo dengan wajah sedih. Leo merasa sedih dan menyesal karena gagal menjaga dan melindungi Alana sehingga istrinya hampir kehilangan nyawa dan dia hampir kehilangan sosok wanita yang sangat dicintai. Saat melihat Alana terbaring tidak berdaya, kehidupannya pun ter
"Dokter, bagaimana? Apa yang sebenarnya terjadi pada istri saya?" Leo terlihat sangat cemas dan tidak sabar ingin mendengar penjelasan dokter mengenai penyakit istrinya. Padahal, hari ini Alana sudah diijinkan pulang oleh dokter yang merawatnya, tiba-tiba, Alana mual dan muntah. Hal ini jelas saja membuatnya panik dan cemas."Tuan, sepertinya kepulangan nyonya Alana harus ditunda terlebih dahulu," ucap dokter itu pada Leo."Tapi, Dokter. Setelah mendapatkan obat tadi, perutku sudah tidak terlalu mual lagi," ucap Alana.Dari ucapannya, Alana ingin menyampaikan kalau dia tidak ingin dirawat lebih lama lagi di rumah sakit. Dia ingin segera pulang. Rasanya sudah sangat rindu ingin tidur di kamar sendiri dengan tempat tidur yang besar dan kasur yang sangat empuk."Sayang?" Leo berusaha membujuk dengan wajah dan tatapan mata."Bear, aku mau pulang." Alana merengek sembari bergelayut pada lengan Leo.Leo kembali membujuk Alana agar sedikit bersabar. Setelah ber
"Tuan, seorang wanita hamil perlu ketenangan dan suasana nyaman. Dia juga perlu perasaan bahagia untuk tumbuh kembang janin dalam rahimnya," jelas dokter itu.Leo dan Alana terdiam sejenak, wajah mereka saling memandang dengan penuh tanda tanya. Mereka berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulut sang dokter, khususnya bagi Leo yang tampak kebingungan."Maaf, Dokter, bisa tolong jelaskan lagi apa maksud dari ucapan Anda? Saya belum sepenuhnya memahaminya," ucap Leo dengan sopan. Leo memilih untuk meminta penjelasan lebih lanjut dari dokter karena dia tidak ingin memiliki pandangan negatif terhadap penjelasannya. Meskipun begitu, ada pikiran yang muncul di kepala Leo tentang kemungkinan adanya kesalahpahaman dalam situasi ini. Leo ingin memastikan bahwa ia memahami sepenuhnya apa yang telah dikatakan oleh dokter dan tidak membuat kesimpulan yang salah. "Begini, Tuan." Sebelum menjelaskan ulang, dokter itu memperbaiki posisi duduknya dan membawa sedikit maju tubuhnya dengan