"Damian, ada apa?" "Perusahaan Jambore menarik dan mengajukan pembatalan kerjasama," jawab Damian dengan wajah kusut."Kalau begitu mau mereka, ya batalkan saja! Masih banyak perusahaan yang mau bekerjasama dengan kita," sahut Leo masih sibuk dengan pekerjaannya. "Lagi pula, perusahaan itu tidak terlalu baik untuk kita," sambungnya."Tapi-"Damian tidak melanjutkan perkataannya. Ada keraguan yang menyelinap dalam hati, terlebih saat melihat Leo sedang sibuk menekuni pekerjaannya."Ada apa?"Leo masih tetap tenang dan dingin ketika mendengar kabar dari Damian tentang pembatalan kerjasama. Namun, ketika melihat wajah tegang dan cemas Damian, dia mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia pun memutuskan untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Damian dengan penuh perhatian."Damian?" Sekali lagi Leo membutuhkan penjelasan atas wajah buruknya."Bukan hanya Perusahaan Jambore saja yang mengajukan pembatalan dan pemutusan kontrak, tetapi beb
"Beberapa hari ini, aku tidak melihat Arga, juga tidak ada pemberitahuan tentang ijin kerja. Ke mana dia?" Alana sembari memeriksa dokumen yang Carlos berikan padanya, Alana mempertanyakan keberadaan Arga.Setelah pesta berakhir sampai saat ini, Alana belum pernah bertemu dengan Arga. Dia sudah berusaha menghubungi. Nomornya aktif, tetapi setiap kali dihubungi, Arga tidak pernah menjawab panggilannya. Dia juga tidak pernah membalas pesan yang dia kirim."Dia-"Carlos terdiam dan bingung mencari cara untuk menjelaskan kepada Alana tentang keadaan Arga yang tak memberi kabar dalam beberapa hari terakhir. Dia sendiri juga tidak bisa menghubungi anak tirinya itu. Beberapa teman Arga sudah dihubungi, tetapi tidak ada satu pun yang mengetahui keberadaannya.Setelah beberapa saat, Carlos akhirnya berkata, "Dia?" dengan nada ragu, hingga tidak melanjutkan perkataannya. Hal ini menunjukkan bahwa Carlos merasa khawatir dan mungkin tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan Arga. Namun demikian,
"Bagaimana? Apakah kalian sudah menemukannya?" "Belum, Tuan.""Bodoh! Percuma aku bayar kalian mahal, menemukan anak ingusan itu saja tidak bisa!" "Maaf, Tuan. Kami sudah cari ke semua teman-temannya, tapi mereka juga tidak tau di mana tuan muda berada." "Sial! Kemana perginya anak itu? Sudah tau situasinya sedang genting begini, bisa-bisanya dia menghilang begitu saja."Carlos merasa marah dan kecewa ketika beberapa hari setelah pesta berakhir, ia tidak pernah bertemu dengan Arga. Anak tirinya itu juga tidak memberikan kabar padanya bahkan tidak pulang ke rumah. Setiap kali nomornya dihubungi, selalu tidak ada yang menjawab dan pesan yang ia kirim pun tidak bisa dihubungi. Bahkan sekarang nomor itu tidak aktif lagi. Carlos merasa bingung dan khawatir karena dia tidak tahu apa yang terjadi pada Arga. "Bagaimana hasil pelacakan yang aku minta?" Carlos mengarahkan pandang dengan tatapan tajam pada dua pria yang berdiri di hadapannya dengan tubuh kaku karena telah menerima kemarahan
"Apa menurutmu, aku mengetahui keberadaannya?" Leo balik bertanya pada Alana."Entahlah. Aku merasa kamu mengetahui keberadaan Arga," jawab Alana dengan helaan napas halus dan kembali menyandarkan kepala pada dada Leo.Saat Alana memikirkan tentang hilangnya Arga, ia merasa bahwa hal itu mungkin ada hubungannya dengan Leo. Namun, ia tidak tahu apa yang membuatnya memiliki pikiran seperti itu. Yang pasti, setiap kali Alana membicarakan tentang kepergian Arga, Leo selalu menanggapinya dengan sikap tenang. Selain itu, suaminya juga tidak banyak memberikan komentar atau penjelasan mengenai hal tersebut. Sebagai atasan dari Arga, Alana merasa sangat penasaran dan ingin mencari tahu lebih lanjut tentang keberadaannya. Dia pikir, dengan bertanya pada Leo secara langsung, dia akan mendapatkan jawaban yang jelas. Namun sayangnya, Leo tidak memberikan informasi apapun yang dapat membantunya menemukan Arga."Aku tidak punya waktu untuk memikirkan pria brengsek itu, Alana. Daripada aku memikirk
"Bagaimana penampilanku?"Sebelum keluar mobil, Leo kembali mematut diri, melihat penampilan wajahnya menggunakan pantulan cermin pada layar ponselnya sendiri."Apa pria tua itu tidak akan mengenaliku seperti yang lain?"Wanita yang duduk di sampingnya tersenyum lebar, bahkan hampir tertawa mendengar pertanyaan Leo tentang penampilannya dan kemungkinan reaksi orang yang akan mereka temui."Bukankah Damian mengatakan, mereka saja tidak bisa mengenali Anda di acara pesta? Saya pikir dia juga pasti tidak akan bisa mengenali Anda, Tuan. Karena, yang ada dalam otaknya hanya uang."Menurut wanita itu, penampilan Leo dalam rupa Smith tidak akan mungkin dicurigai oleh Carlos. Kalaupun dia curiga, Leo juga tidak sedang menipu karena nama Smith adalah benar namanya yang lain yang dia gunakan untuk memperluas bisnisnya di luar negeri. Hanya saja selama ini Leo menyembunyikan rupa wajahnya, makanya dia dijulukan sebagai orang yang misterius.Leo tersenyum menanggapi perkataan Angel tentang penam
"Carlos, jelaskan pada kami! Apa maksud dari semua ini?" marah Arnold, salah satu pria dari dua pria yang menemani Carlos."Kamu membohongi kami, Carlos!" timpal Van. Pria itu bangkit dari duduknya dan berdiri menunjukkan kemarahan dan rasa kecewanya pada Carlos.Dua pria itu marah besar pada Carlos dan meminta penjelasan atas kebohongan yang dilakukannya. Arnold bahkan membanting dokumen jual beli yang baru saja dipelajari di hadapan Carlos sebagai tanda kemarahan dan rasa kecewanya. Mereka merasa telah dikhianati oleh Carlos dan ingin mengetahui maksud dari semua yang mereka dengar dan lihat. Mereka mengharap penjelasan yang jelas dan transparan dari Carlos untuk semua ini, terlebih maksud dari dokumen jual beli itu."Perusahaan mengalami masa krisis dan mungkin sebentar lagi akan bangkrut, lalu hancur. Aku hanya ingin menyelamatkan harta yang masih ada," ucap Carlos memberi penjelasan tentang kondisi perusahaan pada Arnold dan Van.Kedua pria tersebut semakin meradang. Mereka me
"Kalian pikir, saya memiliki banyak waktu untuk mendengarkan perdebatan kalian ini?" Suara Smith terdengar sedang memperhitungkan untung dan rugi atas waktunya yang sia-sia karena harus mendengarkan perdebatan yang mungkin pikir mereka tidak berguna bagi Smith. Padahal, setiap kata yang keluar dari bibir mereka merupakan informasi yang dia butuhkan."Tuan Smith, maafkan saya. Tidak seharusnya saya membiarkan Anda menyaksikan keributan ini," sesal Carlos. Meski berbicara dengan Smith, tetapi matanya menatap sinis dan tajam ke arah Arnold dan Van."Tuan Carlos, setiap detik waktu tuan Smith itu sangatlah berharga. Hari ini, Anda bahkan membiarkan tuan Smith menghabiskan banyak waktu hanya untuk mendengarkan perdebatan kalian yang sama sekali tidak menguntungkan baginya," ucap Angel menjadi penyambung lidah Smith."Nona Angel, maafkan saya. Saya tidak bermaksud untuk melakukan hal itu pada tuan Smith. Ini semua di luar dugaan saya. Sekali lagi, saya mohon maaf," ucap S
"Maksudmu apa, Pa? Kamu tidak mau memberikan uang itu padaku?" Setelah Carlos menolak memberikan uang hasil penjualan perusahaan kepada Tanty dengan alasan tidak memiliki uang itu, Tanty menjadi tidak bisa berbicara pelan dan rendah lagi. Namun, Carlos mencoba untuk menenangkan istrinya dan berjanji akan menjelaskan situasinya. Meskipun begitu, situasi ini tetap membuat Tanty merasa kesal dan frustasi atas keputusan Carlos."Ma, biar aku jelaskan." Carlos meminta istrinya untuk tenang."Ya, kamu harus jelaskan padaku, Pa, kemana uang itu! Atau jangan-jangan ...."Tanty terdiam tanpa menyelesaikan kalimatnya dengan lengkap. Namun, tatapan matanya yang tajam dan penuh arti mengisyaratkan kecurigaan yang dalam. Tanty merasa curiga bahwa suaminya sendiri telah melakukan penyelewengan terhadap uang tersebut. Hal ini membuat Tanty merasa khawatir dan tidak tenang karena uang tersebut merupakan milik bersama mereka. Dia berusaha untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan uang te
"Sudah, Bear. Aku kenyang," ucap Alana.Alana menolak suapan Leo dengan menutup mulutnya menggunakan tangan. Dia juga menoleh sedikit ke samping menghindari sendok yang disodorkan Leo padanya."Satu kali lagi, Sayang. Kamu sudah mengeluarkan banyak tenaga saat melahirkan. Sekarang, kamu harus mengganti tenagamu dengan makan yang banyak," ucap Leo."Bear, sampai siang ini saja kamu sudah memintaku makan banyak makanan. Kalau tidak salah ingat, kamu sudah memberi aku makan tiga kali, dua kali makanan ringan, dua kali jus buah. Perutku rasanya seperti mau pecah karena kekenyangan," ucap Alana melakukan protes atas tindakan Leo yang terus membujukkan untuk makan.Leo tertawa mendengar keluhan dari Alana. Dia berpikir bahwa karena istrinya telah melalui perjuangan yang melelahkan untuk melahirkan putra mereka, maka dia harus memberikan makanan bergizi yang cukup agar istrinya bisa pulih dengan cepat. Namun, ternyata usahanya tersebut menimbulkan protes dari Alana. "Baiklah. Kali ini aku t
"Dokter, bagaimana?" Leo tidak sabar menunggu penjelasan hasil pemeriksaan kehamilan istrinya."Usia kehamilan istri Anda sudah cukup bulan, Tuan. Tinggal menunggu waktu lahir saja," jelas dokter.Dokter itu mengarahkan pandang pada Alana dengan senyum ramahnya."Nyonya, kelahiran seperti apa yang Anda inginkan?""Dokter, aku tidak ingin istriku kesakitan saat melahirkan. Bisakah kami ajukan untuk melakukan operasi saja?" ucap Leo cepat sebelum Alana memberi jawaban."Bear!" Alana memberi wajah protes."Sayang." Leo meraih tangan Alana dan mengenggamnya lembut. "Aku tidak mau melihatmu kesakitan."Wajah Leo tampak sedih membayangkan istrinya kesakitan saat melahirkan. Makanya, dia ingin kelahiran anak mereka melalui operasi caesar saja dengan tehnologi terbaru agar istrinya tidak merasakan sakit. Namun, niat baik Leo melindungi istrinya dari rasa sakit mendapat penolakan tegas dari Alana."Aku tidak mau, Bear. Aku mau melahirkan secara normal saja," u
“Damian, ada apa?” tanya Leo dengan wajah penasaran sembari berjalan meninggalkan Alana dengan langkah hati-hati agar langkahnya tidak menimbulkan suara. “Apa Marco sudah memberitahumu?” tanya Damian di ujung sana, di balik teleponnya. Suaranya terdengar tidak biasa seperti ada sesuatu yang terjadi.“Apa?” tanya Leo semakin penasaran.“Siang tadi, Arga berusaha memberontak dengan melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan. Saat mereka mengejar dan mencarinya, mungkin juga karena panik, pria itu tidak melihat jalanan. Dia juga tidak melihat ada truk yang melintas saat menyeberang jalan,” cerita Damian.Damian menceritakan tentang kecelakaan yang dialami oleh Arga saat pria itu melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan mereka. Karena ceroboh dan mungkin juga panik karena takut penjaga mengejarnya, Arga tidak memperhatikan ada truk yang melintas dengan kecepatan tinggi saat dia menyeberang jalan, sehingga tubuhnya tertabrak dan terpental hingga beberapa meter.“Mereka baru
“Sayang, kamu cantik sekali menggenakan pakaian ini,” puji Leo sembari mengelus perut buncit Alana."Bear, kamu mengejutkan aku?" Alana kaget, tiba-tiba Leo memeluknya dari belakang.Sore ini Alana mengenakan pakaian daster tidak berlengan, sehingga perutnya yang besar terlihat. Bahan yang lembut dan jatuh membuat perut Alana yang membesar terlihat menonjol dan lebih seksi ditambah dengan bentuk tubuhnya yang memang indah semakin membuat Leo tidak mau melepaskan pelukannya."Kenapa berdiri di sini sendirian?" lirih Leo."Pemandangannya bagus, Bear. Lihat itu!" Alana menunjuk langit sore, di mana matahari hampir tenggelam di antara bukit-bukit hijau. Bias sinar yang mulai redup menghias langit sore tampak semburat merah keemasan memberi warna indah yang membuat mata sejuk dan hati teduh."Indah banget langitnya!" decak kagum Alana.Leo tersenyum. Peluknya semakin erat. Meski perut Alana sudah membesar, tetapi tidak menjadi penghalang untuk tetap memeluknya. Sebaliknya, perut besar Ala
"Nyonya, teh Anda."Dona mendekati Alana yang sedang duduk santai di bangku taman yang berada di dekat kolam renang belakang rumah. Kemudian, memberikan secangkir teh yang masih hangat pada Alana dengan penuh kebaikan hati."Terima kasih."Alana pun merasa sangat berterima kasih dan mengucapkan kata-kata itu dengan senyum yang manis, lalu menyeruput teh hangat sembari menunggu Dona duduk di depannya.Suasana taman sore ini terasa semakin nyaman dan tenang dengan hadirnya secangkir teh hangat tersebut."Mulai hari ini, jangan panggil aku nyonya lagi! Aku bukan nyonyamu," kata Alana sembari meletakkan cangkir di atas meja.Dona tercengang kaget."Kenapa? Apa aku telah melakukan kesalahan?" Dona merasa perlu tau alasan Alana. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. Hubungan mereka beberapa hari ini juga baik-baik saja, tetapi tiba-tiba Alana mengatakan hal itu padanya. Jelas saja hal ini membuatnya bingung dan bertanya-tanya.Melalui ekspresi kagetnya saja, seharusnya Alana sudah mengerti
“Bear,sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Alana bingung.Leo menoleh, lalu memberi senyum manisnya.“Bukankah kita sudah membicarakannya, Sayang? Aku akan membawamu ke tempat yang tenang dan sejuk. Kita akan ke luar kota,” jawab Leo mengingatkan Alana tentang apa yang sudah pernah mereka bicarakan.“Tapi, kenapa pakaian yang kamu bawa sangat banyak?” Alana melempar pandangnya ke arah tumpukan pakaian dalam koper yang belum tertutup.Leo pun melirik ke arah yang dikatakan istrinya. Bibirnya kembali menyunggingkan senyum.“Karena kita akan melakukan liburan dalam waktu yang lumayan cukup lama,” jawab Leo.Dia sibuk mengemas beberapa pakaian mereka dan memasukkan ke dalam koper. Ada dua koper di sana, salah satunya sudah terisi penuh dengan pakaian Leo sendiri. saat ini suami Alana itu sedang menegmas pakai Alana. Tadinya, Alana ingin membantu, tetapi Leo melarangnya dan memintanya duduk saja di tempat tidur.Setelah merasa cukup dan selesai, Leo bangkit dari tempatnya, lalu mendekati A
"Dokter, bagaimana?""Nyonya, apakah Anda merasa baik-baik saja?" tanya dokter pada Alana. Leo tampak sangat cemas menatap wajah dokter yang memeriksa kondisi kandungan istrinya. Apalagi saat dokter itu tidak segera menjawab pertanyaannya, melainkan mengarahkan pandang pada Alana dengan sorot mata yang tidak baik-baik saja. Refleks dia pun ikut mengarahkan pandangnya pada Alana, lalu meraih tangan Alana dan menggenggamnya."Dokter?" Setelah Leo menyapa dokter, dokter tersebut menghela napas panjang dengan suara yang terdengar berat saat memandang Leo. Reaksi ini membuat Leo merasa semakin cemas dan khawatir akan kondisi istrinya. Meskipun tidak diketahui secara pasti apa yang dipikirkan oleh dokter, namun dari reaksinya itu dapat diartikan bahwa ada sesuatu yang membuatnya khawatir tentang kesehatan Alana dan bayi dalam kandungannya. Hal ini tentunya menambah kekhawatiran bagi Leo dan membuatnya merasa semakin tidak tenang."Dalam kondisi kehamilan yang masih muda, seharusnya istri
"Leo-""Sstt!" Leo segera meletakkan jari telunjuknya di depan bibir ketika Damian datang dan berjalan ke arahnya sembari berbicara. Karena hal ini, Damian pun menghentikan ucapannya dan memperlambat serta memperhalus langkahnya. Sembari mendekat, matanya tertarik memperhatikan wanita yang tertidur di sofa dengan kepala di atas pangkuan Leo."Apa istrimu sakit?" tanyanya dengan suara lirih setelah duduk di depan Leo. Matanya masih memperhatikan wajah lelap Alana yang menurutnya sedikit pucat dan tampak sedikit lelah."Tidak, tapi dia tidak baik-baik saja," jawab Leo juga mengarahkan pandangnya pada wajah Alana.Damian menoleh dan memiringkan kepalanya sedikit, sedangkan matanya menyipit ketika mendengar perkataan Leo. Ia kemudian bertanya, "Ada apa?"Melihat ekspresi Damian yang penasaran, akhirnya Leo menceritakan tentang masalah yang dialami Alana. Dia bercerita tentang mimpi buruk yang membuat Alana ketakutan dan sulit tidur hingga pagi hari. Karena itu, Leo memutuskan untuk tidak
"Jangan bunuh anakku! Aku mohon," mohon Alana dalam rintih kesakitan dan tangis.Tenaganya telah habis dan suara tangisnya hampir tak terdengar lagi. Arga telah melakukan hal yang membuat dunianya runtuh dan tak berarti lagi. Meskipun ia memberontak dan menjerit, tak seorang pun yang bisa menolongnya. Hidupnya telah hancur dan kini ia berada pada titik terdalam kesedihan yang tak terbayangkan. Semua harapan dan impian yang pernah dimilikinya kini sirna, meninggalkan dirinya dalam kehancuran yang sangat menyakitkan. Alana kembali berteriak histeris sembari memberontak menggunakan sisa tenaganya. Meski merasa tidak lagi memiliki harapan karena Arga terus menghujam tubuhnya dengan maksud untuk membunuh bayi dalam perutnya, Alana, dia berharap masih memiliki harapan untuk menyelamatkan anaknya."Berhentilah melawan, Alana! Tidak ada yang bisa menyelamatkan anakmu," ujar Arga dengan bengisnya."Dasar bajingan! Aku bersumpah akan membunuhmu, Arga!" sumpah Alana.Plak!Arga kembali melayang