"Apa kalian tidak memiliki hati nurani ingin mengusir mereka dari tempat ini?" "Leo?"Suara Leo yang tiba-tiba terdengar dari arah belakang jelas saja mengejutkan Arga, Alana dan juga Marco. Namun, keterkejutan Alana dan Marco tidak seperti keterkejutan Arga. Mata pria itu sampai membuka lebar melihat kedatangan Leo dan berjalan mendekati mereka dengan sikap dingin dan aura yang kuat.Namun, setelah dapat menguasai keterkejutannya, Arga memberikan tatapan sinis dan tajam. Bahkan teresenyum meremehkan juga mencibir. Rupanya, diusir pergi dari perusahaan tidak membuat Leo terlihat terpuruk atau mundur. Di matanya saat ini, Leo malah terlihat semakin beriwbawa dan memiliki aura yang kuat."Tuan-" Marco menyapa dan bersiap memberinya hormat, tapi tidak diteruskan karena melihat isyarat yang diberikan Leo padanya, sehingga Marco kembali menegakkan kepala dan memasang wajah dingin seperti biasanya, seolah mereka tidak pernah saling berhubungan.Sedangkan Alana sendiri terdiam dan bersikap
"Kenapa kamu biarkan mereka menemukan Alana? Bukankah kamu sudah berjanji untuk membawanya pergi jauh?""Bu, sejauh apa pun aku membawa Alana pergi, mereka akan tetap mencari keberadaannya. Cepat atau lambat mereka akan menemukan Alana juga karena mereka masih mengincar harta keluarga Charles," jelas Leo.Leo telah berusaha menyembunyikan dan menjauhkan Alana dari orang-orang yang dicurigai sedang mengincarnya. Dia juga telah mengubah identitasnya dari bocah kecil yang bernama Jingga, menjadi gadis cantik yang bernama Alana. Tapi nyatanya, Carlos masih bisa menemukannya. Pada akhirnya, Leo berpikir kalau dia tidak bisa lagi menghindari pertemuan ini, tidak bisa menghindari apa yang seharusnya terjadi dalam kehidupan Alana."Hanya dengan munculnya Alana dan membiarkan mereka merasa telah menguasainya, aku dan Damian memiliki peluang untuk membongkar kebusukan mereka dan aku ingin, Alana menyaksikan sendiri bagaimana tabir kebenaran itu terbuka." Mata Leo memancarkan tatapan tajam yang
"Bukankah mereka memiliki ijin khusus dari papa?" Mata Alana mengarah lekat pada Carlos."Kamu percaya itu?" Carlos malah mempertanyakan kepercayaan Alana tentang isu yang dia dengar."Aku tidak bisa mengatakan aku percaya karena aku belum melihat buktinya. Tapi, aku juga tidak bisa mengatakan aku tidak percaya," jawab Alana tenang.Bibir Carlos mengembangkan senyum penuh cibiran atas jawaban Alana. Bahkan dia tertawa kecil menanggapinya."Ijin khusus? Ijin khusus seperti apa yang mereka katakan? Selagi mereka tidak bisa memberikan bukti, maka semua itu tidak benar. Mereka tidak memiliki ijin apa-apa," ucap Carlos."Bukankah, saat itu Anda juga bersama papa ketika papa memberikan ijin khusus itu pada pengurus panti?"Alana dengan tegas mengungkapkan kehadiran Carlos bersama ayahnya saat perjanjian izin antara ayahnya dan pengurus panti sedang berlangsung. Walaupun dia belum menemukan bukti konkret, namun cara bicara dan ekspresi wajah Carlos memberikan keyakinan yang membuatnya merasa
"Tidak mungkin! Om Carlos pasti bohong!" "Alana, bukankah sudah aku katakan padamu, aku tidak ingin mengatakannya? Tapi, kamu sendiri yang meminta agar aku mengatakannya," ucap Carlos sedikit bernada kesal.Alana merasa tidak percaya atas apa yang baru saja diungkapkan oleh Carlos. Dia merasa Carlos pasti bohong dan dia tidak bisa mempercayai kabar yang berkembang tentang Leo. Saat ini, kakinya tiba-tiba merasa lemas, bahkan sampai terduduk karena merasakan shock setelah mendengar perkataan Carlos tentang siapa Leo sebenarnya dan apa hubungannya dengan Charles, papanya. "Tidak! Semua berita itu pasti tidak benar. Om Carlos hanya mengarang cerita saja," ucap Alana, lagi-lagi tidak ingin mempercayai apa yang dia dengar."Pa, Papa pasti bohong, kan?"Arga yang juga mendengarkan apa yang dikatakan Carlos pun merasa tidak percaya. Namun, sikapnya ini langsung mendapat tatapan lekat nan tajam dari Carlos, sehingga Arga memilih menutup mulut dan diam."Sekarang aku tanya padamu, pernahkah
"Kamu tahu, Marco?" Alana yang sudah mabuk berat, tiba-tiba merangkul pundak Marco dan membuat pria itu terkejut, tetapi tidak berani menghindar karena takut Alana marah. Dia pun hanya bisa pasrah dan terus menjaga agar kepala Alana tidak jatuh."Ternyata, Leo, suamiku itu adalah kakakku sendiri. Dia adalah anak haram papaku bersama teman kuliahnya dulu," sambung Alana mulai meracau dengan sesekali cegukan.Ketika Alana mengungkapkan bahwa Leo adalah kakaknya sendiri, Marco terkejut dan refleksinya membuat matanya membulat dan tubuhnya sedikit melonjak. Namun, dengan cepat ia mencoba untuk tenang kembali. Ia berpikir, bahwa apa yang dikatakan Alana hanyalah bualan belaka karena ia tahu bahwa saat ini Alana telah terlalu mabuk."Nyonya, apa yang Anda katakan? Itu semua tidak benar. Saat ini Anda mabuk, jangan bicara yang bukan-bukan! Bila ada yang mendengar, maka mereka akan berpikir salah," ucap Marco."Aku tidak sedang mabuk, Marco. Aku hanya minum sedikit saja."Namun, kejutan tida
"Siapa aku?" Mata Leo membulat. "Aku Leo, Alana, suamimu," seru Leo."Aku serius, Om." Alana pun berseru.Meski berseru, tetapi sesungguhnya ekspresi Leo hanyalah bercanda dengan tujuan menggoda Alana. Karena semalam dia telah mendengar apa yang sedang membuat pikiran Alana kacau, Leo pun menanggapi dengan tenang.Leo meraih tangan Alana dan memberinya tepukan lembut, tersenyum pun dengan lembut."Seberapa persen kepercayaanmu padaku yang masih tersisa?" tanya Leo dengan suara lembut.Alana terdiam. Dia tidak bisa memperkirakan, berapa persen kepercayaannya pada Leo saat ini. Mendengar perkataan Carlos tentang siapa Leo sebenarnya dan juga menghubungkan dengan apa yang pernah terjadi pada mereka tentang penolakan Leo berhubungan badan dengannya kala itu, membuat kepercayaan itu terasa terkikis."Alana?" Leo kembali bertanya."Aku tidak tau," jawab Alana.Alana menarik tangannya dari genggaman tangan Leo. Dia juga mengubah posisi hadapnya, menghindari Leo."Apa yang membuatmu meragukan
"Nyonya, ada apa Anda ke sini?"Santi yang merupakan seorang karyawati bagian keuangan terkejut melihat kehadiran Alana yang tiba-tiba. Bahkan Alana telah berdiri di depan mejanya dengan gestur tubuh tenang, tetapi mata menjelajah luas."Ini perusahaanku, apakah ada larangan aku datang ke sini?" ucap Alana terdengar tenang, tetapi tegas."Maaf, Nyonya. Maksud saya bukan begitu." Santi tampak gugup. "Maksud saya, kalau Anda butuh apa-apa yang berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan, seharusnya Anda bisa memanggil saya lewat telepon saja, maka saya yang akan datang ke ruangan Anda. Anda tidak harus datang ke sini," sambungnya menjelaskan maksud ucapannya tadi.Alana tersenyum tipis terkulum. Kaki jenjangnya pun segera melangkah pelan ke sisi meja lainnya. Sembari melangkah, sembari tangannya menyentuh beberapa lembar kertas yang tertumpuk di atas meja. Matanya juga menjelajah dengan jeli. Lalu, Alana kembali menghadap dan melihat Santi dengan sorot mata penuh."Aku butuh laporan
"Mika, apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Carlos dengan suara menggelegar dari belakang tubuh Mika. Mendadak, Mika merasa terkejut dan langsung menegakkan punggung serta memutar badannya untuk melihat siapa yang berbicara."Tuan Carlos?" sapanya dengan gugup. Meski demikian, Mika tetap mencoba untuk menunjukkan sikap tenangnya meskipun kehadirannya diketahui oleh Carlos."Apa yang sebenarnya kamu lakukan di sini?" tanya Carlos sekali lagi dengan tatapan tajam nan lekat yang penuh dengan kecurigaan. Pandangan matanya seperti belati tajam menusuk langsung ke dalam hati Mika, memberikan peringatan keras bahwa ia tidak boleh berada di tempat ini. Namun, walaupun merasa tertekan dan takut, Mika tetap tegar dan tidak menunjukkan raut muka yang takut atau khawatir. Ia tidak gentar saat menghadapi musuh utama Leo dan Alana ini, bahkan ketika Carlos terus mempertanyakan alasan kehadirannya di sana.Sebaliknya, Mika memberikan senyum tipis terkulum sebagai respons terhadap wajah san
"Sudah, Bear. Aku kenyang," ucap Alana.Alana menolak suapan Leo dengan menutup mulutnya menggunakan tangan. Dia juga menoleh sedikit ke samping menghindari sendok yang disodorkan Leo padanya."Satu kali lagi, Sayang. Kamu sudah mengeluarkan banyak tenaga saat melahirkan. Sekarang, kamu harus mengganti tenagamu dengan makan yang banyak," ucap Leo."Bear, sampai siang ini saja kamu sudah memintaku makan banyak makanan. Kalau tidak salah ingat, kamu sudah memberi aku makan tiga kali, dua kali makanan ringan, dua kali jus buah. Perutku rasanya seperti mau pecah karena kekenyangan," ucap Alana melakukan protes atas tindakan Leo yang terus membujukkan untuk makan.Leo tertawa mendengar keluhan dari Alana. Dia berpikir bahwa karena istrinya telah melalui perjuangan yang melelahkan untuk melahirkan putra mereka, maka dia harus memberikan makanan bergizi yang cukup agar istrinya bisa pulih dengan cepat. Namun, ternyata usahanya tersebut menimbulkan protes dari Alana. "Baiklah. Kali ini aku t
"Dokter, bagaimana?" Leo tidak sabar menunggu penjelasan hasil pemeriksaan kehamilan istrinya."Usia kehamilan istri Anda sudah cukup bulan, Tuan. Tinggal menunggu waktu lahir saja," jelas dokter.Dokter itu mengarahkan pandang pada Alana dengan senyum ramahnya."Nyonya, kelahiran seperti apa yang Anda inginkan?""Dokter, aku tidak ingin istriku kesakitan saat melahirkan. Bisakah kami ajukan untuk melakukan operasi saja?" ucap Leo cepat sebelum Alana memberi jawaban."Bear!" Alana memberi wajah protes."Sayang." Leo meraih tangan Alana dan mengenggamnya lembut. "Aku tidak mau melihatmu kesakitan."Wajah Leo tampak sedih membayangkan istrinya kesakitan saat melahirkan. Makanya, dia ingin kelahiran anak mereka melalui operasi caesar saja dengan tehnologi terbaru agar istrinya tidak merasakan sakit. Namun, niat baik Leo melindungi istrinya dari rasa sakit mendapat penolakan tegas dari Alana."Aku tidak mau, Bear. Aku mau melahirkan secara normal saja," u
“Damian, ada apa?” tanya Leo dengan wajah penasaran sembari berjalan meninggalkan Alana dengan langkah hati-hati agar langkahnya tidak menimbulkan suara. “Apa Marco sudah memberitahumu?” tanya Damian di ujung sana, di balik teleponnya. Suaranya terdengar tidak biasa seperti ada sesuatu yang terjadi.“Apa?” tanya Leo semakin penasaran.“Siang tadi, Arga berusaha memberontak dengan melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan. Saat mereka mengejar dan mencarinya, mungkin juga karena panik, pria itu tidak melihat jalanan. Dia juga tidak melihat ada truk yang melintas saat menyeberang jalan,” cerita Damian.Damian menceritakan tentang kecelakaan yang dialami oleh Arga saat pria itu melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan mereka. Karena ceroboh dan mungkin juga panik karena takut penjaga mengejarnya, Arga tidak memperhatikan ada truk yang melintas dengan kecepatan tinggi saat dia menyeberang jalan, sehingga tubuhnya tertabrak dan terpental hingga beberapa meter.“Mereka baru
“Sayang, kamu cantik sekali menggenakan pakaian ini,” puji Leo sembari mengelus perut buncit Alana."Bear, kamu mengejutkan aku?" Alana kaget, tiba-tiba Leo memeluknya dari belakang.Sore ini Alana mengenakan pakaian daster tidak berlengan, sehingga perutnya yang besar terlihat. Bahan yang lembut dan jatuh membuat perut Alana yang membesar terlihat menonjol dan lebih seksi ditambah dengan bentuk tubuhnya yang memang indah semakin membuat Leo tidak mau melepaskan pelukannya."Kenapa berdiri di sini sendirian?" lirih Leo."Pemandangannya bagus, Bear. Lihat itu!" Alana menunjuk langit sore, di mana matahari hampir tenggelam di antara bukit-bukit hijau. Bias sinar yang mulai redup menghias langit sore tampak semburat merah keemasan memberi warna indah yang membuat mata sejuk dan hati teduh."Indah banget langitnya!" decak kagum Alana.Leo tersenyum. Peluknya semakin erat. Meski perut Alana sudah membesar, tetapi tidak menjadi penghalang untuk tetap memeluknya. Sebaliknya, perut besar Ala
"Nyonya, teh Anda."Dona mendekati Alana yang sedang duduk santai di bangku taman yang berada di dekat kolam renang belakang rumah. Kemudian, memberikan secangkir teh yang masih hangat pada Alana dengan penuh kebaikan hati."Terima kasih."Alana pun merasa sangat berterima kasih dan mengucapkan kata-kata itu dengan senyum yang manis, lalu menyeruput teh hangat sembari menunggu Dona duduk di depannya.Suasana taman sore ini terasa semakin nyaman dan tenang dengan hadirnya secangkir teh hangat tersebut."Mulai hari ini, jangan panggil aku nyonya lagi! Aku bukan nyonyamu," kata Alana sembari meletakkan cangkir di atas meja.Dona tercengang kaget."Kenapa? Apa aku telah melakukan kesalahan?" Dona merasa perlu tau alasan Alana. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. Hubungan mereka beberapa hari ini juga baik-baik saja, tetapi tiba-tiba Alana mengatakan hal itu padanya. Jelas saja hal ini membuatnya bingung dan bertanya-tanya.Melalui ekspresi kagetnya saja, seharusnya Alana sudah mengerti
“Bear,sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Alana bingung.Leo menoleh, lalu memberi senyum manisnya.“Bukankah kita sudah membicarakannya, Sayang? Aku akan membawamu ke tempat yang tenang dan sejuk. Kita akan ke luar kota,” jawab Leo mengingatkan Alana tentang apa yang sudah pernah mereka bicarakan.“Tapi, kenapa pakaian yang kamu bawa sangat banyak?” Alana melempar pandangnya ke arah tumpukan pakaian dalam koper yang belum tertutup.Leo pun melirik ke arah yang dikatakan istrinya. Bibirnya kembali menyunggingkan senyum.“Karena kita akan melakukan liburan dalam waktu yang lumayan cukup lama,” jawab Leo.Dia sibuk mengemas beberapa pakaian mereka dan memasukkan ke dalam koper. Ada dua koper di sana, salah satunya sudah terisi penuh dengan pakaian Leo sendiri. saat ini suami Alana itu sedang menegmas pakai Alana. Tadinya, Alana ingin membantu, tetapi Leo melarangnya dan memintanya duduk saja di tempat tidur.Setelah merasa cukup dan selesai, Leo bangkit dari tempatnya, lalu mendekati A
"Dokter, bagaimana?""Nyonya, apakah Anda merasa baik-baik saja?" tanya dokter pada Alana. Leo tampak sangat cemas menatap wajah dokter yang memeriksa kondisi kandungan istrinya. Apalagi saat dokter itu tidak segera menjawab pertanyaannya, melainkan mengarahkan pandang pada Alana dengan sorot mata yang tidak baik-baik saja. Refleks dia pun ikut mengarahkan pandangnya pada Alana, lalu meraih tangan Alana dan menggenggamnya."Dokter?" Setelah Leo menyapa dokter, dokter tersebut menghela napas panjang dengan suara yang terdengar berat saat memandang Leo. Reaksi ini membuat Leo merasa semakin cemas dan khawatir akan kondisi istrinya. Meskipun tidak diketahui secara pasti apa yang dipikirkan oleh dokter, namun dari reaksinya itu dapat diartikan bahwa ada sesuatu yang membuatnya khawatir tentang kesehatan Alana dan bayi dalam kandungannya. Hal ini tentunya menambah kekhawatiran bagi Leo dan membuatnya merasa semakin tidak tenang."Dalam kondisi kehamilan yang masih muda, seharusnya istri
"Leo-""Sstt!" Leo segera meletakkan jari telunjuknya di depan bibir ketika Damian datang dan berjalan ke arahnya sembari berbicara. Karena hal ini, Damian pun menghentikan ucapannya dan memperlambat serta memperhalus langkahnya. Sembari mendekat, matanya tertarik memperhatikan wanita yang tertidur di sofa dengan kepala di atas pangkuan Leo."Apa istrimu sakit?" tanyanya dengan suara lirih setelah duduk di depan Leo. Matanya masih memperhatikan wajah lelap Alana yang menurutnya sedikit pucat dan tampak sedikit lelah."Tidak, tapi dia tidak baik-baik saja," jawab Leo juga mengarahkan pandangnya pada wajah Alana.Damian menoleh dan memiringkan kepalanya sedikit, sedangkan matanya menyipit ketika mendengar perkataan Leo. Ia kemudian bertanya, "Ada apa?"Melihat ekspresi Damian yang penasaran, akhirnya Leo menceritakan tentang masalah yang dialami Alana. Dia bercerita tentang mimpi buruk yang membuat Alana ketakutan dan sulit tidur hingga pagi hari. Karena itu, Leo memutuskan untuk tidak
"Jangan bunuh anakku! Aku mohon," mohon Alana dalam rintih kesakitan dan tangis.Tenaganya telah habis dan suara tangisnya hampir tak terdengar lagi. Arga telah melakukan hal yang membuat dunianya runtuh dan tak berarti lagi. Meskipun ia memberontak dan menjerit, tak seorang pun yang bisa menolongnya. Hidupnya telah hancur dan kini ia berada pada titik terdalam kesedihan yang tak terbayangkan. Semua harapan dan impian yang pernah dimilikinya kini sirna, meninggalkan dirinya dalam kehancuran yang sangat menyakitkan. Alana kembali berteriak histeris sembari memberontak menggunakan sisa tenaganya. Meski merasa tidak lagi memiliki harapan karena Arga terus menghujam tubuhnya dengan maksud untuk membunuh bayi dalam perutnya, Alana, dia berharap masih memiliki harapan untuk menyelamatkan anaknya."Berhentilah melawan, Alana! Tidak ada yang bisa menyelamatkan anakmu," ujar Arga dengan bengisnya."Dasar bajingan! Aku bersumpah akan membunuhmu, Arga!" sumpah Alana.Plak!Arga kembali melayang