"Tidak mungkin! Om Carlos pasti bohong!" "Alana, bukankah sudah aku katakan padamu, aku tidak ingin mengatakannya? Tapi, kamu sendiri yang meminta agar aku mengatakannya," ucap Carlos sedikit bernada kesal.Alana merasa tidak percaya atas apa yang baru saja diungkapkan oleh Carlos. Dia merasa Carlos pasti bohong dan dia tidak bisa mempercayai kabar yang berkembang tentang Leo. Saat ini, kakinya tiba-tiba merasa lemas, bahkan sampai terduduk karena merasakan shock setelah mendengar perkataan Carlos tentang siapa Leo sebenarnya dan apa hubungannya dengan Charles, papanya. "Tidak! Semua berita itu pasti tidak benar. Om Carlos hanya mengarang cerita saja," ucap Alana, lagi-lagi tidak ingin mempercayai apa yang dia dengar."Pa, Papa pasti bohong, kan?"Arga yang juga mendengarkan apa yang dikatakan Carlos pun merasa tidak percaya. Namun, sikapnya ini langsung mendapat tatapan lekat nan tajam dari Carlos, sehingga Arga memilih menutup mulut dan diam."Sekarang aku tanya padamu, pernahkah
"Kamu tahu, Marco?" Alana yang sudah mabuk berat, tiba-tiba merangkul pundak Marco dan membuat pria itu terkejut, tetapi tidak berani menghindar karena takut Alana marah. Dia pun hanya bisa pasrah dan terus menjaga agar kepala Alana tidak jatuh."Ternyata, Leo, suamiku itu adalah kakakku sendiri. Dia adalah anak haram papaku bersama teman kuliahnya dulu," sambung Alana mulai meracau dengan sesekali cegukan.Ketika Alana mengungkapkan bahwa Leo adalah kakaknya sendiri, Marco terkejut dan refleksinya membuat matanya membulat dan tubuhnya sedikit melonjak. Namun, dengan cepat ia mencoba untuk tenang kembali. Ia berpikir, bahwa apa yang dikatakan Alana hanyalah bualan belaka karena ia tahu bahwa saat ini Alana telah terlalu mabuk."Nyonya, apa yang Anda katakan? Itu semua tidak benar. Saat ini Anda mabuk, jangan bicara yang bukan-bukan! Bila ada yang mendengar, maka mereka akan berpikir salah," ucap Marco."Aku tidak sedang mabuk, Marco. Aku hanya minum sedikit saja."Namun, kejutan tida
"Siapa aku?" Mata Leo membulat. "Aku Leo, Alana, suamimu," seru Leo."Aku serius, Om." Alana pun berseru.Meski berseru, tetapi sesungguhnya ekspresi Leo hanyalah bercanda dengan tujuan menggoda Alana. Karena semalam dia telah mendengar apa yang sedang membuat pikiran Alana kacau, Leo pun menanggapi dengan tenang.Leo meraih tangan Alana dan memberinya tepukan lembut, tersenyum pun dengan lembut."Seberapa persen kepercayaanmu padaku yang masih tersisa?" tanya Leo dengan suara lembut.Alana terdiam. Dia tidak bisa memperkirakan, berapa persen kepercayaannya pada Leo saat ini. Mendengar perkataan Carlos tentang siapa Leo sebenarnya dan juga menghubungkan dengan apa yang pernah terjadi pada mereka tentang penolakan Leo berhubungan badan dengannya kala itu, membuat kepercayaan itu terasa terkikis."Alana?" Leo kembali bertanya."Aku tidak tau," jawab Alana.Alana menarik tangannya dari genggaman tangan Leo. Dia juga mengubah posisi hadapnya, menghindari Leo."Apa yang membuatmu meragukan
"Nyonya, ada apa Anda ke sini?"Santi yang merupakan seorang karyawati bagian keuangan terkejut melihat kehadiran Alana yang tiba-tiba. Bahkan Alana telah berdiri di depan mejanya dengan gestur tubuh tenang, tetapi mata menjelajah luas."Ini perusahaanku, apakah ada larangan aku datang ke sini?" ucap Alana terdengar tenang, tetapi tegas."Maaf, Nyonya. Maksud saya bukan begitu." Santi tampak gugup. "Maksud saya, kalau Anda butuh apa-apa yang berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan, seharusnya Anda bisa memanggil saya lewat telepon saja, maka saya yang akan datang ke ruangan Anda. Anda tidak harus datang ke sini," sambungnya menjelaskan maksud ucapannya tadi.Alana tersenyum tipis terkulum. Kaki jenjangnya pun segera melangkah pelan ke sisi meja lainnya. Sembari melangkah, sembari tangannya menyentuh beberapa lembar kertas yang tertumpuk di atas meja. Matanya juga menjelajah dengan jeli. Lalu, Alana kembali menghadap dan melihat Santi dengan sorot mata penuh."Aku butuh laporan
"Mika, apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Carlos dengan suara menggelegar dari belakang tubuh Mika. Mendadak, Mika merasa terkejut dan langsung menegakkan punggung serta memutar badannya untuk melihat siapa yang berbicara."Tuan Carlos?" sapanya dengan gugup. Meski demikian, Mika tetap mencoba untuk menunjukkan sikap tenangnya meskipun kehadirannya diketahui oleh Carlos."Apa yang sebenarnya kamu lakukan di sini?" tanya Carlos sekali lagi dengan tatapan tajam nan lekat yang penuh dengan kecurigaan. Pandangan matanya seperti belati tajam menusuk langsung ke dalam hati Mika, memberikan peringatan keras bahwa ia tidak boleh berada di tempat ini. Namun, walaupun merasa tertekan dan takut, Mika tetap tegar dan tidak menunjukkan raut muka yang takut atau khawatir. Ia tidak gentar saat menghadapi musuh utama Leo dan Alana ini, bahkan ketika Carlos terus mempertanyakan alasan kehadirannya di sana.Sebaliknya, Mika memberikan senyum tipis terkulum sebagai respons terhadap wajah san
"Apa masih belum percaya penuh pada tuan Leo?" selidik Mika."Bukan. Bukan begitu maksudku. Aku-"Mika menjelaskan, "Meskipun saya tidak terlalu mengenal kehidupan pribadi tuan Leo, tapi saya tahu betapa besar perjuangannya dalam mempertahankan perusahaan ini. Namun, untuk menunjukkan rasa cinta dan kasih sayangnya kepada Anda, seharusnya Anda tidak perlu khawatir! Yang saya dengar, tuan Leo telah mengorbankan masa mudanya hanya untuk Anda."Memang benar, bahwa Mika tidak sepenuhnya paham tentang kehidupan pribadi Leo, terutama masa lalunya yang misterius. Meskipun dia adalah orang kepercayaan Leo di perusahaan, ia tidak terlalu mengenal sosok Leo di masa lalu. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa Leo selalu bekerja di balik layar dan hanya beberapa orang saja yang mengetahui identitas aslinya. Semua itu dilakukan demi melindungi perusahaan dari ancaman luar yang bisa membahayakan kelangsungan bisnis.Namun demikian, Mika meyakinkan bahwa apa pun yang terjadi, Leo akan selalu berusaha
"Tuan?""Duduklah!" Leo meminta Marco kembali duduk kala pria itu bangkit hendak pergi."Om, kenapa ke sini?" Alana pun bingung dan kaget dengan kedatangan Leo di siang bolong."Apa kamu tidak suka aku datang ke sini?" Leo memberi wajah tidak sedap dipandang untuk menanggapi Alana.Alana tidak memperdulikan bagaimana Leo mempertanyakan tentang respon penyambutannya. Tanpa ragu, dia langsung bangkit dari tempat duduknya dan menuju pintu. Dengan hati-hati, Alana membuka sedikit pintu tersebut dan menjorokkan kepalanya keluar untuk memeriksa apakah ada orang yang mencurigakan yang mungkin melihat kedatangan Leo. Dia sangat berhati-hati karena tidak ingin ada orang yang tahu bahwa Leo ada di sana. Karena itu, Alana memastikan bahwa sekeliling aman."Tidak perlu dikunci!" larang Leo saat Alana membuat gerakan ingin mengunci pintu."Kenapa?" Alana bingung."Kalau kamu kunci, maka akan menimbulkan kecurigaan. Sebaiknya biarkan saja seperti itu! Bila perlu, buka saja sedikit!" Alana semakin
"Leo, ada apa dengan wajahmu?"Damian terkejut ketika Leo masuk ke dalam mobil, dilihatnya sisi wajah Leo memerah dan sepertinya ada cap jari di sana."Tidak apa-apa," jawab Leo tanpa menunjukkan wajah sedihnya.Untuk membuktikan pertanyaan Damian, Leo memutar kaca spion dalam mobil dan melihat wajahnya sendiri dalam pantulan cermin. Ya, jari-jari Alana tergambar dan membekas pada wajahnya. Meski sedikit terasa panas kala Alana mendaratkan tamparan pada wajahnya, namun Leo tidak menyesali dan tidak pernah menyalahkan Alana dalam hal ini. Bibirnya malah menyunggingkan senyum, membuat Damian semakin bingung."Ada apa?" tanya Damian lagi semakin penasaran."Ayo pergi! Jangan sampai mereka menyusahkan Alana karena melihat kita di sini," ucap Leo, sementara mengabaikan pertanyaan dan rasa penasaran Damian.Setelah meninggalkan perusahaan Alana dan selama dalam perjalanan, Leo baru menceritakan segalanya pada Damian. Damian yang tadinya khawatir dan cemas, akhirnya mendukung apa yang telah