"Nyonya, ada apa Anda ke sini?"Santi yang merupakan seorang karyawati bagian keuangan terkejut melihat kehadiran Alana yang tiba-tiba. Bahkan Alana telah berdiri di depan mejanya dengan gestur tubuh tenang, tetapi mata menjelajah luas."Ini perusahaanku, apakah ada larangan aku datang ke sini?" ucap Alana terdengar tenang, tetapi tegas."Maaf, Nyonya. Maksud saya bukan begitu." Santi tampak gugup. "Maksud saya, kalau Anda butuh apa-apa yang berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan, seharusnya Anda bisa memanggil saya lewat telepon saja, maka saya yang akan datang ke ruangan Anda. Anda tidak harus datang ke sini," sambungnya menjelaskan maksud ucapannya tadi.Alana tersenyum tipis terkulum. Kaki jenjangnya pun segera melangkah pelan ke sisi meja lainnya. Sembari melangkah, sembari tangannya menyentuh beberapa lembar kertas yang tertumpuk di atas meja. Matanya juga menjelajah dengan jeli. Lalu, Alana kembali menghadap dan melihat Santi dengan sorot mata penuh."Aku butuh laporan
"Mika, apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Carlos dengan suara menggelegar dari belakang tubuh Mika. Mendadak, Mika merasa terkejut dan langsung menegakkan punggung serta memutar badannya untuk melihat siapa yang berbicara."Tuan Carlos?" sapanya dengan gugup. Meski demikian, Mika tetap mencoba untuk menunjukkan sikap tenangnya meskipun kehadirannya diketahui oleh Carlos."Apa yang sebenarnya kamu lakukan di sini?" tanya Carlos sekali lagi dengan tatapan tajam nan lekat yang penuh dengan kecurigaan. Pandangan matanya seperti belati tajam menusuk langsung ke dalam hati Mika, memberikan peringatan keras bahwa ia tidak boleh berada di tempat ini. Namun, walaupun merasa tertekan dan takut, Mika tetap tegar dan tidak menunjukkan raut muka yang takut atau khawatir. Ia tidak gentar saat menghadapi musuh utama Leo dan Alana ini, bahkan ketika Carlos terus mempertanyakan alasan kehadirannya di sana.Sebaliknya, Mika memberikan senyum tipis terkulum sebagai respons terhadap wajah san
"Apa masih belum percaya penuh pada tuan Leo?" selidik Mika."Bukan. Bukan begitu maksudku. Aku-"Mika menjelaskan, "Meskipun saya tidak terlalu mengenal kehidupan pribadi tuan Leo, tapi saya tahu betapa besar perjuangannya dalam mempertahankan perusahaan ini. Namun, untuk menunjukkan rasa cinta dan kasih sayangnya kepada Anda, seharusnya Anda tidak perlu khawatir! Yang saya dengar, tuan Leo telah mengorbankan masa mudanya hanya untuk Anda."Memang benar, bahwa Mika tidak sepenuhnya paham tentang kehidupan pribadi Leo, terutama masa lalunya yang misterius. Meskipun dia adalah orang kepercayaan Leo di perusahaan, ia tidak terlalu mengenal sosok Leo di masa lalu. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa Leo selalu bekerja di balik layar dan hanya beberapa orang saja yang mengetahui identitas aslinya. Semua itu dilakukan demi melindungi perusahaan dari ancaman luar yang bisa membahayakan kelangsungan bisnis.Namun demikian, Mika meyakinkan bahwa apa pun yang terjadi, Leo akan selalu berusaha
"Tuan?""Duduklah!" Leo meminta Marco kembali duduk kala pria itu bangkit hendak pergi."Om, kenapa ke sini?" Alana pun bingung dan kaget dengan kedatangan Leo di siang bolong."Apa kamu tidak suka aku datang ke sini?" Leo memberi wajah tidak sedap dipandang untuk menanggapi Alana.Alana tidak memperdulikan bagaimana Leo mempertanyakan tentang respon penyambutannya. Tanpa ragu, dia langsung bangkit dari tempat duduknya dan menuju pintu. Dengan hati-hati, Alana membuka sedikit pintu tersebut dan menjorokkan kepalanya keluar untuk memeriksa apakah ada orang yang mencurigakan yang mungkin melihat kedatangan Leo. Dia sangat berhati-hati karena tidak ingin ada orang yang tahu bahwa Leo ada di sana. Karena itu, Alana memastikan bahwa sekeliling aman."Tidak perlu dikunci!" larang Leo saat Alana membuat gerakan ingin mengunci pintu."Kenapa?" Alana bingung."Kalau kamu kunci, maka akan menimbulkan kecurigaan. Sebaiknya biarkan saja seperti itu! Bila perlu, buka saja sedikit!" Alana semakin
"Leo, ada apa dengan wajahmu?"Damian terkejut ketika Leo masuk ke dalam mobil, dilihatnya sisi wajah Leo memerah dan sepertinya ada cap jari di sana."Tidak apa-apa," jawab Leo tanpa menunjukkan wajah sedihnya.Untuk membuktikan pertanyaan Damian, Leo memutar kaca spion dalam mobil dan melihat wajahnya sendiri dalam pantulan cermin. Ya, jari-jari Alana tergambar dan membekas pada wajahnya. Meski sedikit terasa panas kala Alana mendaratkan tamparan pada wajahnya, namun Leo tidak menyesali dan tidak pernah menyalahkan Alana dalam hal ini. Bibirnya malah menyunggingkan senyum, membuat Damian semakin bingung."Ada apa?" tanya Damian lagi semakin penasaran."Ayo pergi! Jangan sampai mereka menyusahkan Alana karena melihat kita di sini," ucap Leo, sementara mengabaikan pertanyaan dan rasa penasaran Damian.Setelah meninggalkan perusahaan Alana dan selama dalam perjalanan, Leo baru menceritakan segalanya pada Damian. Damian yang tadinya khawatir dan cemas, akhirnya mendukung apa yang telah
"Siapa kamu?"Damian terkejut, tiba-tiba orang asing masuk ke dalam mobilnya, di saat dia sedang menunggu Leo."Jalan saja!" perintah pria asing itu pada Damian dengan suara tegas, sedikit bergetar bas.Damian menghela napas panjang merasa marah. Tatapannya pun tajam menghunus, sedangkan bibirnya siap meluncurkan kata-kata kemarahannya."Silakan keluar dan pergi!" Damian sedang berjuang untuk menahan kemarahannya saat ia meminta pria asing itu untuk keluar dari mobilnya dan pergi. Dia dengan tegas mengusirnya dan bahkan membukakan pintu untuknya, namun sayangnya, si pria tetap menolak. Ia terus duduk dengan santai dan tidak peduli dengan kemarahan yang dirasakan oleh Damian. Situasi ini semakin membuat Damian merasa kesal dan frustasi karena ia tak dapat mengambil tindakan apa pun terhadap orang yang tetap berada di dalam mobilnya. Meskipun begitu, Damian mencoba untuk tetap tenang dan mengendalikan emosinya agar situasi ini tidak semakin rumit."Jangan paksa aku melakukan sesuatu h
"Jelas aku ingin dia datang," jawab Alana dengan suara lirih bercampur sedih.Alana menundukkan kepala menahan sesak dalam dada. Di dalam keramaian dan hiruk pikuk pesta, hatinya merasa kesepian. Ternyata kehadiran Leo sangat berarti baginya. "Kau merindukannya?" Damian meraih tangan Alana, bertanya tentang rasa rindu yang Alana rasakan, tetapi ekor matanya melihat ke arah Smith dengan lirikan dan senyum tipis.Alana mengangkat wajah menatap Damian dengan mata nanar."Aku takut," aku Alana.Ketakutan itu bukan hanya keluar dari bibirnya saja, tetapi Damian dapat melihat dari pancaran mata dan ekspresi wajahnya."Miss, what are you afraid of?"Smith yang sejak tadi diam, tetapi memperhatikan setiap ekspresi dan gerakan Alana, akhirnya buka suara dan menyapanya tentang ketakutan yang Alana rasakan.Alana memperhatikan Smith dengan seksama, membuat Smith sedikit merasa gugup. Dia khawatir Alana mengenali penyamarannya."Mr. Alana is the Leo's wife. You've heard it, is not it?"Cepat-ce
"Sumpah! Rasanya aku ingin merobek mulut si tua bangka itu," lirih Leo pada Damian."Aku pun begitu. Rasanya, aku ingin mencabik-cabik bibirnya dan menjadikan lidahnya sebagai makanan hewan ternak," sahut Damian. Dia pun tidak kalah marah dan geram mendengar Carlos menyebar gosip tentang identitas Leo di depan banyak orang. Namun, semua ini sudah mereka duga sebelumnya."Om, apa yang kamu katakan?""Alana, semua yang aku katakan ini benar. Kamu dan Leo benar-benar memiliki hubungan darah," ucap Carlos menoleh dan melihat Alana.Ketika Carlos mengungkapkan hasil tes menunjukkan bahwa Leo dan Alana memiliki hubungan darah yang hampir sempurna, kejutan dan rasa kaget melanda semua orang di ruangan tersebut. Namun, yang paling terkejut dan shock adalah Alana sendiri. Bahkan tubuhnya hampir jatuh ketika Carlos menunjukkan bukti hasil tes tersebut. Alana tidak percaya bahwa dia memiliki hubungan darah dengan Leo, dan dengan tegas menyangkal hasil tes itu."Tidak mungkin!" Alana menolak unt
"Sudah, Bear. Aku kenyang," ucap Alana.Alana menolak suapan Leo dengan menutup mulutnya menggunakan tangan. Dia juga menoleh sedikit ke samping menghindari sendok yang disodorkan Leo padanya."Satu kali lagi, Sayang. Kamu sudah mengeluarkan banyak tenaga saat melahirkan. Sekarang, kamu harus mengganti tenagamu dengan makan yang banyak," ucap Leo."Bear, sampai siang ini saja kamu sudah memintaku makan banyak makanan. Kalau tidak salah ingat, kamu sudah memberi aku makan tiga kali, dua kali makanan ringan, dua kali jus buah. Perutku rasanya seperti mau pecah karena kekenyangan," ucap Alana melakukan protes atas tindakan Leo yang terus membujukkan untuk makan.Leo tertawa mendengar keluhan dari Alana. Dia berpikir bahwa karena istrinya telah melalui perjuangan yang melelahkan untuk melahirkan putra mereka, maka dia harus memberikan makanan bergizi yang cukup agar istrinya bisa pulih dengan cepat. Namun, ternyata usahanya tersebut menimbulkan protes dari Alana. "Baiklah. Kali ini aku t
"Dokter, bagaimana?" Leo tidak sabar menunggu penjelasan hasil pemeriksaan kehamilan istrinya."Usia kehamilan istri Anda sudah cukup bulan, Tuan. Tinggal menunggu waktu lahir saja," jelas dokter.Dokter itu mengarahkan pandang pada Alana dengan senyum ramahnya."Nyonya, kelahiran seperti apa yang Anda inginkan?""Dokter, aku tidak ingin istriku kesakitan saat melahirkan. Bisakah kami ajukan untuk melakukan operasi saja?" ucap Leo cepat sebelum Alana memberi jawaban."Bear!" Alana memberi wajah protes."Sayang." Leo meraih tangan Alana dan mengenggamnya lembut. "Aku tidak mau melihatmu kesakitan."Wajah Leo tampak sedih membayangkan istrinya kesakitan saat melahirkan. Makanya, dia ingin kelahiran anak mereka melalui operasi caesar saja dengan tehnologi terbaru agar istrinya tidak merasakan sakit. Namun, niat baik Leo melindungi istrinya dari rasa sakit mendapat penolakan tegas dari Alana."Aku tidak mau, Bear. Aku mau melahirkan secara normal saja," u
“Damian, ada apa?” tanya Leo dengan wajah penasaran sembari berjalan meninggalkan Alana dengan langkah hati-hati agar langkahnya tidak menimbulkan suara. “Apa Marco sudah memberitahumu?” tanya Damian di ujung sana, di balik teleponnya. Suaranya terdengar tidak biasa seperti ada sesuatu yang terjadi.“Apa?” tanya Leo semakin penasaran.“Siang tadi, Arga berusaha memberontak dengan melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan. Saat mereka mengejar dan mencarinya, mungkin juga karena panik, pria itu tidak melihat jalanan. Dia juga tidak melihat ada truk yang melintas saat menyeberang jalan,” cerita Damian.Damian menceritakan tentang kecelakaan yang dialami oleh Arga saat pria itu melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan mereka. Karena ceroboh dan mungkin juga panik karena takut penjaga mengejarnya, Arga tidak memperhatikan ada truk yang melintas dengan kecepatan tinggi saat dia menyeberang jalan, sehingga tubuhnya tertabrak dan terpental hingga beberapa meter.“Mereka baru
“Sayang, kamu cantik sekali menggenakan pakaian ini,” puji Leo sembari mengelus perut buncit Alana."Bear, kamu mengejutkan aku?" Alana kaget, tiba-tiba Leo memeluknya dari belakang.Sore ini Alana mengenakan pakaian daster tidak berlengan, sehingga perutnya yang besar terlihat. Bahan yang lembut dan jatuh membuat perut Alana yang membesar terlihat menonjol dan lebih seksi ditambah dengan bentuk tubuhnya yang memang indah semakin membuat Leo tidak mau melepaskan pelukannya."Kenapa berdiri di sini sendirian?" lirih Leo."Pemandangannya bagus, Bear. Lihat itu!" Alana menunjuk langit sore, di mana matahari hampir tenggelam di antara bukit-bukit hijau. Bias sinar yang mulai redup menghias langit sore tampak semburat merah keemasan memberi warna indah yang membuat mata sejuk dan hati teduh."Indah banget langitnya!" decak kagum Alana.Leo tersenyum. Peluknya semakin erat. Meski perut Alana sudah membesar, tetapi tidak menjadi penghalang untuk tetap memeluknya. Sebaliknya, perut besar Ala
"Nyonya, teh Anda."Dona mendekati Alana yang sedang duduk santai di bangku taman yang berada di dekat kolam renang belakang rumah. Kemudian, memberikan secangkir teh yang masih hangat pada Alana dengan penuh kebaikan hati."Terima kasih."Alana pun merasa sangat berterima kasih dan mengucapkan kata-kata itu dengan senyum yang manis, lalu menyeruput teh hangat sembari menunggu Dona duduk di depannya.Suasana taman sore ini terasa semakin nyaman dan tenang dengan hadirnya secangkir teh hangat tersebut."Mulai hari ini, jangan panggil aku nyonya lagi! Aku bukan nyonyamu," kata Alana sembari meletakkan cangkir di atas meja.Dona tercengang kaget."Kenapa? Apa aku telah melakukan kesalahan?" Dona merasa perlu tau alasan Alana. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. Hubungan mereka beberapa hari ini juga baik-baik saja, tetapi tiba-tiba Alana mengatakan hal itu padanya. Jelas saja hal ini membuatnya bingung dan bertanya-tanya.Melalui ekspresi kagetnya saja, seharusnya Alana sudah mengerti
“Bear,sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Alana bingung.Leo menoleh, lalu memberi senyum manisnya.“Bukankah kita sudah membicarakannya, Sayang? Aku akan membawamu ke tempat yang tenang dan sejuk. Kita akan ke luar kota,” jawab Leo mengingatkan Alana tentang apa yang sudah pernah mereka bicarakan.“Tapi, kenapa pakaian yang kamu bawa sangat banyak?” Alana melempar pandangnya ke arah tumpukan pakaian dalam koper yang belum tertutup.Leo pun melirik ke arah yang dikatakan istrinya. Bibirnya kembali menyunggingkan senyum.“Karena kita akan melakukan liburan dalam waktu yang lumayan cukup lama,” jawab Leo.Dia sibuk mengemas beberapa pakaian mereka dan memasukkan ke dalam koper. Ada dua koper di sana, salah satunya sudah terisi penuh dengan pakaian Leo sendiri. saat ini suami Alana itu sedang menegmas pakai Alana. Tadinya, Alana ingin membantu, tetapi Leo melarangnya dan memintanya duduk saja di tempat tidur.Setelah merasa cukup dan selesai, Leo bangkit dari tempatnya, lalu mendekati A
"Dokter, bagaimana?""Nyonya, apakah Anda merasa baik-baik saja?" tanya dokter pada Alana. Leo tampak sangat cemas menatap wajah dokter yang memeriksa kondisi kandungan istrinya. Apalagi saat dokter itu tidak segera menjawab pertanyaannya, melainkan mengarahkan pandang pada Alana dengan sorot mata yang tidak baik-baik saja. Refleks dia pun ikut mengarahkan pandangnya pada Alana, lalu meraih tangan Alana dan menggenggamnya."Dokter?" Setelah Leo menyapa dokter, dokter tersebut menghela napas panjang dengan suara yang terdengar berat saat memandang Leo. Reaksi ini membuat Leo merasa semakin cemas dan khawatir akan kondisi istrinya. Meskipun tidak diketahui secara pasti apa yang dipikirkan oleh dokter, namun dari reaksinya itu dapat diartikan bahwa ada sesuatu yang membuatnya khawatir tentang kesehatan Alana dan bayi dalam kandungannya. Hal ini tentunya menambah kekhawatiran bagi Leo dan membuatnya merasa semakin tidak tenang."Dalam kondisi kehamilan yang masih muda, seharusnya istri
"Leo-""Sstt!" Leo segera meletakkan jari telunjuknya di depan bibir ketika Damian datang dan berjalan ke arahnya sembari berbicara. Karena hal ini, Damian pun menghentikan ucapannya dan memperlambat serta memperhalus langkahnya. Sembari mendekat, matanya tertarik memperhatikan wanita yang tertidur di sofa dengan kepala di atas pangkuan Leo."Apa istrimu sakit?" tanyanya dengan suara lirih setelah duduk di depan Leo. Matanya masih memperhatikan wajah lelap Alana yang menurutnya sedikit pucat dan tampak sedikit lelah."Tidak, tapi dia tidak baik-baik saja," jawab Leo juga mengarahkan pandangnya pada wajah Alana.Damian menoleh dan memiringkan kepalanya sedikit, sedangkan matanya menyipit ketika mendengar perkataan Leo. Ia kemudian bertanya, "Ada apa?"Melihat ekspresi Damian yang penasaran, akhirnya Leo menceritakan tentang masalah yang dialami Alana. Dia bercerita tentang mimpi buruk yang membuat Alana ketakutan dan sulit tidur hingga pagi hari. Karena itu, Leo memutuskan untuk tidak
"Jangan bunuh anakku! Aku mohon," mohon Alana dalam rintih kesakitan dan tangis.Tenaganya telah habis dan suara tangisnya hampir tak terdengar lagi. Arga telah melakukan hal yang membuat dunianya runtuh dan tak berarti lagi. Meskipun ia memberontak dan menjerit, tak seorang pun yang bisa menolongnya. Hidupnya telah hancur dan kini ia berada pada titik terdalam kesedihan yang tak terbayangkan. Semua harapan dan impian yang pernah dimilikinya kini sirna, meninggalkan dirinya dalam kehancuran yang sangat menyakitkan. Alana kembali berteriak histeris sembari memberontak menggunakan sisa tenaganya. Meski merasa tidak lagi memiliki harapan karena Arga terus menghujam tubuhnya dengan maksud untuk membunuh bayi dalam perutnya, Alana, dia berharap masih memiliki harapan untuk menyelamatkan anaknya."Berhentilah melawan, Alana! Tidak ada yang bisa menyelamatkan anakmu," ujar Arga dengan bengisnya."Dasar bajingan! Aku bersumpah akan membunuhmu, Arga!" sumpah Alana.Plak!Arga kembali melayang