Share

Tangisan Lalita

Penulis: CitraAurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-05 22:59:06

Melihat Arga dipaksa berlutut membuat hati Lalita tak karuan, pria yang biasanya angkuh kini harus di bawah demi menyelamatkan dirinya.

"Mas aku mohon." Air mata terus Lalita terjatuh.

Pria itu tak tega melihat istrinya yang histeris melihatnya.

"Aku mohon lepaskan istriku." Pinta Arga sambil mendongakkan kepala.

Suara tawa kembali terdengar, kedua pria paruh baya saling tatap kemudian tersenyum licik.

"Baiklah tapi kamu jangan melawan apabila mereka memukulmu!"

Lalita yang tau kelicikan mereka berusaha memberi tahu Arga tapi pria itu lagi-lagi karena takut kehilangan istri dan anaknya mengiyakan keinginan penculik itu.

"Baiklah."

Sebuah kayu menghantam punggungnya, pria itu memejam menahan rasa sakit yang baru saja menghujamnya.

"Mas...... " Lalita berteriak sekerasnya bahkan dia memaki Arga dengan sebutan bodoh.

Makian Lalita tak berpengaruh, pria itu tetap berlutut.

Kembali dia mendapatkan pukulan lagi, dan kali ini dia sedikit mendoyongkan tubuhnya ke depan kare
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
ada apa??jadi takut...semoga aja hanya prank
goodnovel comment avatar
Isma
kasian Arga
goodnovel comment avatar
Elena
pasti udah habis, mana kelanjutannya Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Drama Tiga Pria Tampan

    Air mata Lalita mengalir deras, dia tak bisa membayangkan apabila hidup sendiri tanpa sang suami. Kakek? Anaknya? dan dirinya sendiri harus bagaimana? setelah Arga pergi. "Mas bangun! beraninya kamu pergi seperti ini Mas!" Lalita semakin histeris. Ketiga pria tampan di belakangnya nampak saling pandang, raut wajah mereka sulit dibayangkan. Terlebih Gilang, dia menggeleng semakin tak karuan. "Bagaimana ini." Cicitnya pelan. "Mas aku janji berapapun kamu mintanya akan aku penuhi tanpa lelah aku akan jadi istri penurut Mas... Tapi tolong bangunlah!" Teriak Lalita. Wanita itu membuka kain penutup tubuh suaminya, dia menciumi wajah tampan sang suami. Saat itu dia merasakan hal yang aneh. Setaunya orang yang sudah mati tubuhnya pasti dingin tapi tubuh suaminya tidak, apa mungkin karena baru meninggal? Rangga pun datang mendekat, dia meminta Lalita untuk ikhlas. "Aku nggak rela dia pergi Pak Rangga." Tatapannya tak lepas dari sang suami. "Semua sudah takdir kamu harus iklhas

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Sepupu Arga

    "Mas kamu so sweet sekali, tuh kan air mataku menetes." Kania menghapus air mata bahagianya. Damar tersenyum kemudian memeluk Kania dengan erat. "Semoga aku terus menjadi alasan air mata bahagiamu keluar sayang." Bisiknya penuh cinta. Usai makan, mereka kembali bekerja. Hingga jam pulang telah tiba. Sore itu Arga menghubungi Damar untuk membawanya pergi melihat Anan dan kliennya. Dia ingin melihat wajah orang yang telah membuat istrinya tersiksa waktu itu. Tak kurang dari satu jam Damar sudah tiba di rumah Arga, mereka segera berangkat agar sampai di penjara tidak kemalaman. Di rumah tahanan mereka sekarang, Damar meminta sipir untuk membawa keluar Anan. Melihat pria paruh baya itu darah Arga mendidih, ingin sekali dia membunuh pria itu dengan tangannya sendiri. "Lepaskan aku Arga." Pria itu menatap Arga dengan tatapan sinisnya. "Jangan bermimpi Anan!" Sahut Arga dengan mengepalkan tangan. Sebenarnya hukuman pak Anan dan klien satunya hanya sepuluh tahun saja tapi karena Ar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Mencicil

    Setiap hari melihat Arga yang menyayangi istrinya membuat Lili iri, bahkan dia mulai membayangkan dirinya yang berada di posisi Lalita. Suatu hari Lalita sehabis minum obat sangat mengantuk, dia yang biasanya menunggu Arga pulang malam ini tidur terlebih dahulu. Melihat istrinya yang sudah tidur Arga tak ingin membangunkannya, dia kembali turun karena perutnya lapar. Sesampainya di ruang makan, kerutan-kerutan mulai kentara. Perasaan dia belum memerintah pelahyan untuk menyiapkan makanan tapi di meja makan sudah tersaji aneka menu makanan. Ketika hendak menarik kursi, terlihat Lili membawa semangkung sup ikan. "Eh Mas Arga, sudah pulang?" Wanita itu berbasa-basi kepada sepupunya. "Tidak usah melempar pertanyaan retoris!" Kata Arga sarkasme. Lili terdiam, dia menunduk. "Maaf Mas Arga." Cicitnnya pelan-pelan. "Sudahlah." Arga tak peduli. Pria itu melihat menu-menu di meja, dia sungguh bingung ingin makan yang mana. Namun dengan lancangnya Lili hendak meletakkan lauk d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Gombalan Maut Di Pagi Hari

    Kania menggelengkan kepala, sungguh calon suaminya pintar sekali memainkan kata. "Memangnya kamu mau mencicil apanya dulu Mas?" tanya Kania. "Rambut, mata, telinga, tangan, kaki dan lainnya." Pria itu kembali tertawa. "Itu nggak nyicil tapi kontan." Sahut Kania bersungut. Pria itu menyabukkan tangan di pinggang calon istrinya, dia menatap wanitanya begitu dalam. "Kamu mau apa Mas?" tanya Kania dengan bibir yang memucat. Segera kedua bibir mereka bertemu, pautan tak dapat terelakkan. Keduanya begitu menikmati pautan panas mereka hingga lupa apabila mereka masih di aula. Para petugas hotel yang ingin membersihkan aula harus ternodai matanya karena ulah pasangan itu. Tau ada pelayan hotel yang ingin bersih-bersih, Damar menyudahi pautannya. "Ternyata ada yang melihat live kita." Dia berbisik di telinga sang kekasih. "Kamu sih mas, ciuman disini," sahut Kania. Akhirnya mereka pindah ke kamar yang baru saja Damar booking. "Mas kenapa kita tidak pulang saja." Kania d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Benar-Benar Cinta

    Arga dan Lalita memutuskan kembali ke kamar mereka, tapi ketika akan masuk ke dalam ruangan pribadi mereka, tiba-tiba Lili datang dengan memegangi perutnya. "Arga tolong antar aku ke rumah sakit." Pintanya sambil menahan sakit. Pria itu terlihat santai menatap Lili yang kesakitan, sedangkan Lalita begitu gugup takut terjadi apa-apa dengan bayi yang berada di dalam kandungan wanita itu. "Mas antar dia ke rumah sakit." Lalita segera meminta Arga untuk mengantarnya ke rumah sakit. Namun bukannya segera menolong Lili, Arga justru berjalan menuju tangga, dari tempatnya berdiri dia berteriak memerintah pelayan untuk memanggil sopir, lalu dia kembali ke tempat istrinya dan Lili berada. "Bentar lagi sopir akan kemari, aku mau ke kantor jadi kamu diantar sopir saja." Lalu Arga masuk ke dalam kamarnya. Sementara itu, Lalita bingung harus bagaimana. Sungguh suaminya sangat tega."Sabar Lili." Lalita mengelus perut Lili. 'Kenapa jadi sopir yang mengantar aku.' batin Lili kesal. Wanita itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Salah Paham Akan Kejutan

    "Pak kerja sama dengan Bu Indah telah terjalin, keuntungan yang mungkin akan kita dapat setelah proyek ini berjalan kira-kira mencapai puluhan milyar bahkan sampai di angka triliun." Damar memberikan laporannya. Senyuman tersungging di bibir Arga, kerja sama dengan semua klien selalu berjalan mulus bahkan keuntungan yang dia dapat tak tanggung-tanggung. Sebagai rasa terima kasih kepada kliennya, Arga memerintahkan Damar untuk memberi hadiah mewah. "Beli hadiah yang disukai wanita Damar." Ujar Arga. "Baik Pak." Damar mengangguk kemudian pamit kembali ke meja kerjanya. Di dalam ruangan rapi itu, Damar memikirkan hadiah apa yang cocok untuk wanita. Perhiasan? mobil? atau apa? lama berpikir akhirnya pilihannya jatuh pada perhiasan.Pria itu bergegas keluar kantor untuk membeli mumpung dia agak longgar. Kalung yang bertaburan berlian menjadi pilihannya, mengingat klien CEOnya adalah seorang wanita dengan usia yang cukup matang."Kalung ini pasti tidak mempermalukan Pak Arga." Meliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Menginap

    "Kejutan?" Pria itu balik bertanya. "Iya Mas." Jawab Kania sambil tersenyum. Mungkin Damar lupa jadi Kania mengingatkannya tapi calon suaminya yang tidak ingin memberikan kejutan tentu menggelengkan kepala. "Tidak sayang." Raut wajah Kania berubah, 'Tidak' pikirnya. Pikiran wanita itu mulai ramai, "Apa akan diberikan besok?" Dia bermonolog dalam hati. Kania meyakinkan dirinya kembali, mungkin Damar memberikan kalung itu ketika di kantor. Kemudian wanita itu tersenyum dan mengangguk sendiri. Hari sudah larut, sudah waktunya Kania pulang tapi Damar yang masih ingin bersama Kania agaknya enggan membiarkan calon istrinya itu pulang. "Menginap disini saja ya Sayang." Pinta Damar. "Kamu ngawur Mas, nanti Mama dan Papa kalau marah gimana?" Kania menatap Damar. Namun tiba-tiba Kania kepikiran akan kalung tadi, apa mungkin Damar memintanya tetap tinggal karena besok pagi ingin memberikan kalung itu padanya? ah so sweet. Kania begitu bahagia membayangkan hal itu. "Tapi jika k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Perkara Kalung

    Sepanjang hari Kania gusar karena Damar tak kunjung memberikan hadiah kalungnya. Apalagi ketika jam makan siang Damar justru keluar sendiri tanpa mengajaknya. Kania yang tidak bisa menahan rasa hatinya pergi menemui sang atasan untuk bertanya langsung urusan Damar keluar kantor. "Arga, apa Damar ada meeting dengan klien?" Segera Kania mengeluarkan pertanyaan saat dia memasuki ruangan CEO. Arga yang masih sibuk menatap Kania sesaat lalu dia menggeleng. "Tidak ada meeting?" Sekali lagi Kania memastikan. "Tidak Kania, jika kamu ingin tahu dimana dia sekarang kenapa tidak menelponnya saja!" Merasa terganggu akan pertanyaan Kania, Arga pun sedikit kesal. Wanita itu mengangguk, kemudian dia pamit kembali ke ruang kerjanya. "Apa aku telpon saja ya." Sepanjang lorong menuju ruangannya Kania bergumam. Dia masih ragu antara menelpon Damar atau tidak. Hingga akhirnya Kania memencet kontak Damar. Panggilan tersambung tapi calon suaminya tak kunjung menerima panggilannya. "Dima

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15

Bab terbaru

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Ciuman Kembali

    Pagi itu Amira datang menghadap dengan membawa desainnya. Dia mempreseantasikan kepada Rangga detail desainnya itu. Pria itu puas akan kerja keras Amira, inilah desain yang dia cari. "Desain kamu sangat bagus Amira." Puja-puji keluar dari mulut Rangga, sehingga membuat Amira tersipu malu. Sebagai bentuk apresiasi akan kerja keras Amira, Rangga mengajak pegawai magang itu untuk makan siang bersama. "Jangan lupa nanti makan siang bersamaku." Titah pria itu. "Baik Pak." Sahut Amira lalu pamit. Di ambang pintu ada Monica yang juga ingin menghadap, dia juga membawa desain yang akan dia tunjukkan kepada Rangga. Mendengar Rangga ingin mengajak Amira makan siang membuat Monica kesal, bagaimana bisa seorang pegawai magang mendapatkan keistimewaan seperti itu sementara dia yang merupakan senior belum pernah sekalipun diajak makan siang oleh orang nomor satu siputra Group itu. Jam makan siang telah tiba, Amira sudah bersiap untuk pergi makan siang, dia menunggu sang CEO di park

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Salah Paham

    Buru-buru Amira melepaskan diri, dia segera menunduk, "Maafkan saya Pak." "Tidak apa-apa." Sahut Rangga. Amira segera pamit pergi sementara Rangga terus menatap punggung wanita itu. "Apa dia yang kupaksa malam itu?" Tak ingin terus memikirkan Amira, Rangga kembali ke ruangannya.Di atas mejanya sudah banyak berkas yang menumpuk, padahal ketika dia pergi tadi mejanya sudah kosong. "Apa lagi ini." Gumamnya yang merasa malas mengerjakan berkas-berkas tersebut. Tak selang lama, Gilang datang melapor. Dia menunjukkan salah satu desain yang perusahaan perlukan. "Bagus sekali siapa yang mendesain?" tanya Rangga sambil menelisik desain yang diberikan oleh Gilang. "Amira salah satu pegawai magang." Jawab Gilang. Rangga mengerutkan alisnya, "Apa dia yang tadi menghadap?" Kini tatapannya beralih ke Gilang. Asisten itu mengangguk, dia kembali menunjukkan desain Amira yang lain. CEO tampan nan hangat itu mengukir senyuman, "Dia lagi." Sungguh Rangga tak menyangka, jika seorang

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Pekerja Magang

    Rangga dillanda kebingungan hingga dia menemukan sebuah catatan kecil yang terjatuh di lantai. Senyum pria itu merekah, "Ternyata." kini dia tahu siapa wanita yang telah dia paksa untuk melayani hasrat biologisnya semalam. Amira Ningrum, seorang gadis muda yang kini magang di kantor Rangga, semalam dia berada di club karena diminta menghadiri pesta teman sekelasnya dulu. Alhasil dia yang ingin pulang terlebih dahulu malah nyasar.. Namun siapa sangka, gadis polos itu justru berakhir di tempat tidur bersama CEOnya sendiri. Semalaman Amira memikirkan hal tragis yang terjadi padanya namun dia juga tidak berani berkomentar atau menceritakan nasib tragisnya kepada sang teman. "Aku perhatikan dari semalam kamu terlihat sedih, ada apa?" tanya Vina yang merupakan teman seperjuangannya. "Apa terjadi sesuatu ketika di club semalam?" Kembali Vina melanjutkan ucapannya. "Tidak apa-apa Vina, aku hanya teringat akan almarhum adik," sahut Amira berbohong. Tak ingin membuat Vina terus bertanya

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Bertanggung Jawab

    Pikiran Arga sangat liar sehingga dia mengajak sang istri bercinta diluar ruangan, Lalita yang awalnya menolak kini justru merasa senang. Sungguh ide suaminya kini sangat brilian, bercinta di bawah sinar rembulan yang diiringi suara ombak benar-benar pengalaman bercinta yang amazing. "Ini akan menjadi kenangan yang sangat indah" Arga nampak ngos-ngosan setelah mendapatkan pelepasannya. "Iya Mas ternyata seru ya." Ujar Lalita. Sementara Arga dan Lalita menikmati malam panas mereka diluar ruangan, Rangga duduk sendiri di teras villanya yang mengadap kelaut. Dia meminta Gilang untuk membawakan sebotol minuman beralkohol, dia ingin menikmati malam di pulau dewata sembari menghangatkan tubuh. "Anda yakin ingin minum pak?" Gilang nampak mengerutkan alisnya. "Sedikit minum aku rasa tidak apa-apa, malam sangat dingin." Sahut Rangga sambil tersenyum. Tiba-tiba ingin minum bukan tanpa alasan, pria itu sangat stres dengan perasaannya. Awalnya dia dang Gilang nampak baik-saja

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Gak Jadi Sedih

    Hari yang ditentukan untuk pergi berlibur telah tiba, Satu jet pribadi khusus untuk CEO dan asistennya satu lagi pesawat pribadi untuk para petinggi kantor. "Mari kita berangkat." Gilang terlihat sangat senang. Dia melangkahkan kaki terlebih dahulu menaiki tangga jet tersebut. Para CEO yang biasanya berpakaian formal kini menjelma pria casual dengan tampilan santainya. Sungguh pemandangan yang sangat meremajakan mata. "Astaga Mas Rangga ganteng banget." Mata Lalita terus menatap Rangga yang berpakaian kasual ala-ala anak muda. Mendengar puja-puji yang keluar dari mulut istrinya tentu membuat Arga cemburu. "Kamu pikir dia saja yang ganteng!" Ujarnya kesal. "Iya lah Mas.... " Tanpa sadar Lalita berkata demikian, namun beberapa detik kemudian wanita itu menutup mulutnya. Dia terkekeh menatap Arga. "Maksud aku setelah kamu Mas." Rangga tersenyum senang, meski tidak bisa memiliki Lalita paling tidak wanita itu ngefans pada dirinya. "Pindah ke pesawat satunya Rangga." Tak senang A

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Liburan Bersama

    Pria itu segera bangkit, dia mencoba membangunkan Kania tapi agaknya wanita itu tidak mau membuka matanya. Segera Damar menggendong tubuh Kania untuk dibawa ke rumah sakit. "Sayang kamu kenapa!" Damar terlihat begitu panik. Memiliki skil mengemudi yang cukup baik membuat dia dengan cepat tiba di rumah sakit. Segera Damar memanggil suster, dan setelah dilakukan pemeriksaan Dokter mengatakan jika Kania kekurangan nutrisi. "Bagaimana bisa dia kekurangan nutrisi?" Damar begitu syok. "Apa istri anda diet?" tanya Sang dokter. "Sepertinya tidak." Jawab Damar ragu-ragu. Tapi jika diingat lagi, beberapa hari ini dia tidak melihat istrinya makan berbeda dengan sebelumnya. Mengingat hal yang memicu pingsan adalah kekurangan nutrisi Dokter segera mengalihkan pemeriksaan Kania ke dokter kandungan, bagaimanapun juga kondisi calon bayi di dalam harus diperiksa. Ketika dokter melakukan USG, kerutan-kerutan terlihat di dahinya, pemeriksaan awalnya menunjukan satu janin saja tapi mengapa tiba

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Selalu Lapar!

    Seiring berjalannya kehidupan Arga dan Lalita normal kembali, siang itu Lalita datang ke kantor untuk mengantar makan siang suaminya. "Mas." Lalita berjalan menuju meja kerja sang suami. Sementara Arga yang sangat fokus dengan pekerjaannya tidak menyadari kedatangan sang istri. Dia mengira suara langkah kaki yang mendekat adalah langkah sekertarisnya Mawar. Tanpa meliaht dia mengusir sekertarisnya itu yang sebenarnya adalah sang istri. "Letakkan berkasnya lalu pergilah!" Ujar Arga. Lalita hanya tersenyum melihat sang suami. "Aku baru datang tapi kamu sudah menyuruh pergi saja Mas." Sahut Lalita. Sangat mengenal suara itu dengan jelas, Arga pun mengalihkan pandangannya. Dia terkejut jika yang berada di hadapannya adalah sang istri. "Sayang." Dia pun menjeda pekerjaannya. Senyumam manis Arga tunjukkan. "Aku ngantar makan siang tapi malah diusir." Goda Lalita sambil tertawa. "Maaf Sayang, aku kira sekretaris aku." Arga menjelaskan. CEO itu mengajak Lalita dudu

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Sadar

    Lalita terus larut dalam kesedihan, membuat Arga tak tahu lagi harus bagaimana. Dia sudah membujuk Lalita tapi istrinya terus saja bilang dia harus mengerti. "Terserah kamu lah Sayang." Pagi itu Arga pergi ke kantor dengan marah. Dia sudah tidak bisa mentolerir sikap Lalita lagi, bukan tidak boleh bersedih tapi suami juga ada batasannya. Kekecewaan serta kekesalannya kepada sang istri Arga alihkan ke pekerjaan sehingga pria itu perlahan gila kerja kembali. Pagi buta dia berangkat larut baru pulang, tak terasa sudah sebulan dia seperti itu. Malam itu, Arcello demam tinggi. Baby Sitter sangat panik dan bingung. "Bagaimana ini." Seraut wajah bingung terlihat. Dengan langkah cepat dia memberanikan diri mengetuk pintu kamar majikannya. Tak berselang lama, Lalita keluar. "Maaf Bu, Tuan Arcello demam." Lalita sangat panik lalu dia berlari ke kamar sang anak. Segera wanita itu membawa Arcello ke rumah sakit, seusai diperiksa Dokter meminta Arcello agar di rawat mengingat bayi setahu

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Sedih Yang Mendalam

    Pria itu terus menatap istri sahabatnya, meski dokter bilang keadaan Lalita baik-baik saja dia tetap saja khawatir bahkan jika Lalita tak kunjung siuman maka dia akan meminta dokter untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh. Tak selang lama Lalita siuman, dia menangis lagi mencari ibunya. "Lalita! terimalah kenyataan jika ibu sudah tiada! kamu pastinya paham jika kita tidak boleh meratapi!" Selama kenal dengan Lalita, inilah kali pertama Rangga membentaknya. "Sabar lah, relakan kepergian ibu." Ujar pria itu kemudian. Wanita itu mengangguk, dan untuk kesekian kalinya Rangga membawa wanita rapuh itu ke dalam pelukannya. "Ada aku Lalita, ada suami kamu, biarkan ibu pulang dengan tenang." Rangga semakin mengerutkan pelukannya. Lalita yang terbawa suasana juga memeluk Rangga dengan erat, dia kini bak seorang adik yang tengah memeluk kakaknya. Sementara itu disisi lain, Arga barus selesai rapat. Dia yang lupa tidak membawa ponsel tentu tidak bisa dihubungi. Kedua netra

DMCA.com Protection Status