Share

Mama Sedih

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2024-12-04 20:57:02

CEO itu segera bertindak, dia meminta dokter yang merawat Lili melakukan yang terbaik, bahkan bila perlu mendatangkan dokter profesional.

Hingga sore datang, keadaan wanita itu tak ada perkembangan. Hingga Kirana dan Revan mulai putus asa.

"Aku takut terjadi apa-apa dengannya Mas." Ujar Kirana dengan menangis.

Revan menenangkan Kirana, dia mengatakan bahkan Lili akan baik baik saja.

Karena keadaan Lili masih sama, Kirana dan Revan melihat anak mereka, saat itulah mereka berpapasan dengan Arga dan Lalita yang hendak memeriksakan anaknya.

"Arga." Revan memanggil Arga.

Mendengar namanya disebut Arga pun menoleh, "Revan." Dia memanggil balik.

Revan segera mendekati Arga, dia nampak bersalah kepada Arga karena bagaimanapun juga Lili adalah sepupu Arga.

"Siapa yang sakit?" Tanpa basa-basi Arga langsung to the point.

Revan dan Kirana saling pandang, lalu kemudian dia bersuara. "Sepupu kamu Arga."

Arga dan Lalita mengerutkan alis mereka. Sepupu? Nama Lili telah mereka lupa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
CitraAurora
siap kak ...
goodnovel comment avatar
Fahriani Bidaria
udahlah kak..lili smpai disini aja hehe
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Terganggu gara-gara Arcello

    Malam itu Lalita dan Arga bersantai sejenak di balkon, mereka mengobrol random hingga obrolan mereka membahas Lili yang kini di rumah sakit. "Lili kasian ya Mas." Kata Lalita dengan menunjukkan raut sedihnya. "Tidak, itu balasan untuk wanita jahat sepertinya." Seketika raut wajah Arga berubah menjadi malas. "Sudahlah Sayang jangan bahas wanita setan itu!" Kekesalannya semakin bertambah. Lalita menghela nafas, tapi agaknya wanita itu belum mau menyudahi bahasan tentang Lili. "Bentar Mas satu lagi, bagaimana bisa teman kamu yang bertanggung jawab atas keadaan Lili? apa jangan-jangan anak Lili anak teman kamu?" Sambil membulatkan mata, Lalita menatap sang suami. Arga berdecak kesal, "Mana mungkin, Revan adalah orang yang setia sama seperti aku." Usai berucap demikian Arga justru tertawa, dia berbangga diri dengan mengklaim dirinya adalah pria yang setia. "Alah, setia apaan kadang masih jelalatan tuh mata lihat yang seger-seger!" Lalita kini yang kesal. Pria itu se

    Last Updated : 2024-12-06
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Jangan-Jangan

    "Entah Sayang, tiba-tiba aku mual." Ujar Damar sambil menutup mulutnya. Kania nampak mengerutkan alis, kilatan ingatan semalam datang. Dia masih ingat bagaimana sang suami menghajarnya dengan rasa nikmat di bathup semalam. "Pasti masuk angin, kamu sih Mas ngajak bercinta di kamar mandi kan gini Akibatnya." Kania mengelus punggung sang suami. Pria itu terkekeh lalu dia mengangguk membenarkan ucapan istrinya. "Bisa jadi." Ucapnya. Karena tidak mungkin memakan masakan istrinya, Damar memutuskan berangkat tanpa sarapan. Siang harinya Arga mengajak Damar untuk makan siang bersama, pria itu meminta sang asisten untuk pergi ke restoran langgananya. Hal aneh terjadi kembali, perut Damar kembali bergejolak ketika melihat makanan yang Arga pesan. "Kamu kenapa?" tanya Arga yang melihat gelagat asistennya. "Saya mual." Jawab Damar. Arga tentu mengerutkan alisnya, "Mual?" Katanya heran. "Iya Pak, mungkin saya sedang masuk angin, " sahut Damar. Tanpa memperdulikan asistennya

    Last Updated : 2024-12-08
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Hamil?

    Damar tertawa mendengar ucapan Arga, mana mungkin dia ngidam. Dimana-mana yang ngidam itu wanita bukannya pria. "Anda ada-ada saja Pak, mana mungkin saya ngidam." Ujarnya sambil menggelengkan kepala heran dengan atasannya. "Mana mungkin pria hamil." Sambungnya kemudian. Damar lalu menghidupkan mesin mobil, dan cuitan Arga kembali dia dengar. "Bukan kamu tapi Kania." Mendadak pria itu menginjak rem, "Apa Pak?" Dia segera menatap ke belakang. Sementara itu Arga menatapnya kesal karena hampir saja kepalanya terbentur jok. "Mau aku pecat!" tatapannya tajam. Asisten itu terkekeh kemudian meminta maaf. Setelah masalah itu selesai dia kembali bertanya akan maksud Arga. "Tadi anda bilang Kania hamil?" "Iya, mungkin itu yang membuat kamu ngidam." Ujar Arga. Sepanjang jalan kembali ke kantor, Damar sangat senang, jika Kania benar hamil pastilah dia menjadi manusia terbahagia di dunia. Sepulang dari kantor, Damar bergegas keluar untuk pulang terlebih dahulu, dia melupa

    Last Updated : 2024-12-09
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Prank Arga

    Hati Kirana sangat sakit mendengar Revan mengucap kata cinta untuk Lili tapi keadaan mereka kini dalam keadaan yang darurat. Namun upaya penyelamatan itu tidak membuahkan hasil, mata Lili tetap menutup untuk selamanya. Revan menangis, kilatan ingatan bersama Lili teringat kembali. Tak bisa dipungkiri dia juga memiliki perasaan yang sama hanya saja rasa itu terus dia tekan karena tidak ingin menyakiti Kirana. Arga pun diberitahu perihal meninggalnya Lili, awalnya Arga tidak peduli tapi Lalita tentu sangat sedih bahkan saat pemakaman Lili wanita itu turut hadir. ##### Setelah menghadiri pemakaman Lili, Arga dan Lalita duduk bersama sang kakek di ruang keluarga. Pria tua itu juga sedih dengan apa yang menimpa Lili. "Kasian sebenarnya anak itu." Ujar kakek. Tak terasa waktu terus berlalu, Arcello kini telah bisa berjalan. Tentu hal ini Arga meminta baby sitter dan Lalita untuk siaga. Suatu ketika, saat Lalita dan Arcello di taman, ponselnya berbunyi. Melihat K

    Last Updated : 2024-12-09
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Menginap Di Hotel

    Kian hari Arcello semakin mahir berjalan hingga membuat Lalita harus ekstra mengikuti langkah kaki anaknya. Wanita itu sengaja tidak mengekang Arcello, dia membebaskan sang anak yang ingin bermain diluar sambil mengasah kemampuan berjalan.Kemanapun sang anak pergi dia mengikutinya hingga dirinya begitu kelelahan. "Nyonya biar saya saja." Baby sitter meminta Lalita untuk istirahat. Dengan senang dia mengangguk. "Baiklah." Ujar Lalita lalu duduk. Namun baru saja meletakkan pantatnya, Arcello mendekatinya untuk mengajak bermain. Baby sitter yang kesian kepada Lalita berusaha membujuk Arcello tapi kelihatannya bayi itu hanya ingin ditemani oleh sang mama. "Ayo." Dengan menghela nafas Lalita mengikuti langkah kaki sang anak. Hingga siang Arcello masih ingin bermain di taman padahal Lalita sudah sangat lelah. Kelelahan mengurus Arcello membuat Lalita mengabaikan kedatangan Arga. Biasanya Lalita begitu manis ketika dia datang kali ini nampak cuek, bahkan istrinya masih menggun

    Last Updated : 2024-12-10
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Lebih Mengerti Lagi

    "Bukan aku yang jahat tapi kamu Sayang! kamu terus saja mengabaikan aku!" Emosi Arga memuncak. Lalita tertawa mendengar ucapan suaminya, dia menolak bukan tanpa sebab karena memang sang buah hati dalam fase pertumbuhan. Dari bangun tidur dia tidak berhenti sama sekali, usai mengurus suami dia harus mengurus anak dan itu benar-benar membuatnya lelah. "Kamu tau kan jika alasan aku menolak karena Arcello, aku lelah! tapi kamu malah di hotel dengan sekretaris itu!" Air mata Lalita mengalir, hatinya tergores akan ucapan Arga. Kerutan di kening Arga mulai kentara, pria itu menatap istrinya dengan lekat. "Aku memang di hotel tapi bukan sama sekretaris!" Pria itu menatap Lalita dengan tajam. "Bohong! mana mungkin ada orang pria booking kamar hotel sendiri kalau bukan membawa jalang!" Kata Lalita dengan keras. "Terserah kamu percaya apa nggak! lagipula aku menginap di hotel bukan tanpa alasan." Pria itu mencoba menahan emosinya. Lalita masih tak percaya dan lagi dia semakin

    Last Updated : 2024-12-11
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Ibu Pingsan

    Hari itu Arga datang ke kantor dengan wajah sumringah, dia juga tidak marah-marah seperti beberapa hari sebelumnya. Yang lebih mengejutkannya lagi sikapnya terhadap Damar. "Kalau kamu masih mual pelan-pelan saja Damar kalau tidak selesai bisa kamu kerjakan besok." Ucapan Pria itu membuat kerutan-kerutan di dahi Damar terlihat jelas, dari tatapan matanya juga nampak apabila dia bingung. "Tapi kemarin anda bilang.... " Belum sempat melanjutkan kata-katanya, Arga menyilangkan jari telunjuk di bibirnya. "Ucapan kemarin jangan diambil hati." Lalu pria itu berjalan keluar ruangan asistennya. Siang itu Lalita datang ke kantor untuk mengantar makan siang untuk Arga. Dia yang masih merasa bersalah ingin menunjukkan perhatiannya kepada sang suami. "Mas." Dengan langkah cepat dia menuju meja kerja suaminya. Melihat istrinya datang, Arga nampak senang. "Sayang." Ujar Arga. Lalita segera memeluk suaminya seraya berkata kangen. "Aku juga sayang," sahut Arga. Beginilah jika

    Last Updated : 2024-12-12
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Meninggal

    "Ibu kenapa meminta maaf." Lalita menggenggam tangan ibundanya. Wanita paruh baya itu tersenyum sambil memercing kesakitan. Melihat keadaan wanita tak berdaya itu, Rangga segera memanggil Dokter. Dia tentu tidak ingin terjadi apa-apa dengan ibunda Lalita. Tak berselang lama, dokter datang. Mereka segera diminta untuk memeriksa ibunda Lalita kembali. Dokter menunduk, Rangga yang tau ekspresi ini mengajak sang dokter bicara diluar. "Apa yang terjadi dengan pasien Dok?" Pria hangat itu bertanya dengan tatapan tajam. Ekspresi ketakutan tersirat di wajah sang dokter sehingga membuat Dokter penyakit dalam itu hanya diam. "Apa yang terjadi?" Suara Rangga mencuat. Segera Dokter menatap orang yang paling berkuasa di rumah sakit itu, "Dari hasil tes pencitraan rontgen, sel berbahaya sudah menyebar ke seluruh tubuh pasien itulah yang menyebabkan kami bingung harus bagaimana Pak Rangga." Ujar dokter. "Kenapa sebagai dokter kamu bingung! cepat bertindak!" Rangga yang tidak ingi

    Last Updated : 2024-12-13

Latest chapter

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Akhirnya

    "Pak Rangga kenapa anda disini?" Vina nampak terkejut, pikirannya kemana-mana. Apa dia sudah tau jika yang tidur dengannya malam itu adolah Amira? "Tentu mengunjungi calon istri aku." Rangga malas untuk berdrama lagi, dia ingin segera mengungkap semua kebenarannya. "Mas...." Amira mengkode Rangga agar bisa menahan diri tapi pria itu sudah muak pada Vina terlebih Vina telah membunuh calon bayinya. "Apa anda sudah tau semuanya?" Ucap Vina gugup. "Menurutmu!" Sahut Rangga. Wajah Vina menjadi pucat pasi, tak ada harapan lagi akhirnya dia meminta maaf. Wanita itu juga memohon pada Amira agar dimaafkan. "Aku sangat mencintai Pak Rangga Mir mangkanya aku berbohong." Vina memegang tangan Amira. Namun Amira yang sudah kecewa dan sakit hati pada sahabatnya dengan segera melepas tangan Vina. "Amira kita kan sahabat." Vina kembali berekspresi sedih berharap Amira berubah pikiran namun Amira tidak mau tertipu lagi. Mungkin jika dia hanya ingin bersama Rangga tidak masalah tapi

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Kamu Salah

    Sore itu sepulang dari kantor, Rangga pergi ke Villa untuk menemui Vina, dia tidak bisa mengulur waktu lagi untuk mengungkap kedok wanita jahat itu. Rencananya dia akan menjebak Vina agar mengakui semua di hadapannya dan Amira. Melihat kedatangan Rangga, Vina sangat senang. Dia langsung menyambut mantan atasannya itu. "Sore Pak Rangga." Sapanya dengan tersenyum manis. Rangga membalas senyuman Vina. meski sebenarnya hatinya enggan bersikap manis terhadap wanita yang telah membunuh calon bayinya. "Sore." Dia duduk lalu menyandarkan kepalanya dia sofa. "Vina, waktu itu di club aku tidak memakai pengaman apa kamu tidak merasakan tanda-tanda kehamilan?" Pertanyaan Rangga membuat Vina berpikir, bagaimana bisa hamil sedangkan yang tidur dengan Rangga adalah Amira. "Memangnya kenapa Pak?" tanya Vina was-was. "Tidak apa-apa, aku ingin mengumumkan pernikhaan secepatnya." Jawaban Rangga membuat Vina senang, saking bahagianya dia segera memeluk CEO itu. "Sudah lepas,

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Vina lagi Vina lagi!

    Dari rumah sakit Rangga kembali ke kontrakan Amira lagi, dia mengkonfirmasi Amira terkeit obat penggugur kandungan. Mendengar ucapan Rangga, Amira sangat shock. Bagaimana bisa vitamin menjadi obat penggugur kandungan? "Aku sungguh tidak tahu." Dengan raut wajah sedih Amira menunduk. Sementara Rangga berpikir keras, secara logika tidak mungkin ada dokter yang sengaja memberikan obat penggugur kandungan, pihak farmasi juga tidak mungkin melakukan kelalaian yang fatal jadi permasalahannya di Amira. Apakah obat itu tertukar atau gimana? "Apa ada yang kesini sebelum kamu keguguran?" Tanya Rangga dengan menatap sang wanita. Amira terperangah menatap Rangga, dia baru menyadari kedatangan Vina beberapa hari lalu. "Mas Vina datang kesini, dia menginap juga." Ucapan Amira membuat Rangga mengepalkan tangan, dia yakin Vina lah yang membunuh calon bayinya. "Beraninya dia melenyapkan calon bayiku." Ujar Rangga. Rangga bangkit, dia ingin membuat perhitungan dengan Vina, dia

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Keguguran

    Amira terus kesakitan, dia mencoba menghubungi Rangga tapi Pria itu tidak mengangkat panggilannya. Berkali-kali Amira menghubungi Rangga tapi tetap sama, Rangga tidak menerima satu pun panggilan darinya. Sakit yang semakin menusuk membuat Amira tak tahan. Saat bersamaan terdengar pintu diketuk. Sambil menahan rasa sakit, wanita itu membukakan pintu. "Andi." Kata Amira pelan. Melihat sahabatnya yang sangat pucat dan kesakitan membuat Andi khawatir, "Kamu kenapa Amira?" tanyanya panik. "Perut aku sakit." Jawabnya. Tak tahan akan sakit di perutnya, Amira lalu pingsan. Andi sempat kebingungan hingga akhirnya dia membawa Amira ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, dengan tangannya Andi membawa tubuh Amira masuk ke dalam. "Dokter Dokter! " Teriak Andi. Beberapa dokter yang mendengar teriakan segera sigap, lalu menggiring Andi ke ruang gawat darurat.Tau jika pasien mengalami keguguran, Dokter segera melakukan tindakan. "Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Andi cem

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Kedatangan Vina

    Tatapan Lalita kini mengarah ke Amira, dia tersenyum melihat Rangga datang dengan seorang wanita. "Kekasih kamu ya Mas." Goda Lalita. Rangga tersenyum lalu mengangguk. Lalita cukup senang akhirnya Rangga sudah menemukan wanita. Masih mempertahankan senyumannya Lalita duduk di samping Amira. "Hay, aku Lalita." Dia menyodorkan tangan pada Amira. "Hay, saya Amira." Amira melakukan hal yang sama. Lalita dan Amira mengobrol, dan bersamaan dokter keluar dari ruang operasi. "Bagaimana keadaan istri saya Dok?" Damar segera bertanya. "Baik, kedua bayinya juga sehat." Ucapan Dokter membuat Damar menitikkan air mata, kini statusnya berubah menjadi seorang ayah. Rangga yang melihat teman serta rekan kerjanya bahagia pun turut bahagia, dia dapat merasakan kebahagian Damar. "Selamat atas kelahiran anak kamu." Ujarnya dengan senyuman hangatnya. "Terima kasih Pak Rangga." Pria itu memeluk Rangga. Tak selang lama, dua orang suster keluar membawa dua bayi mungil,

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Kania Di Opersi

    Mual dan muntah semakin parah, hingga Amira ijin tidak masuk karena lemas. "Apa yang kamu perlukan Amira? akan aku belikan." Vina menunjukkan wajah khawatirnya. Bukan khawatir karena sahabatnya sakit tapi dia khawatir jikalau Amira hamil. "Tidak perlu Vin, terima kasih." Ujar Amira. Karena harus kembali ke villa, Vina pun pamit dan sebelum pergi dia bilang jika akan datang lagi. Amira mengangguk, meski dia sedikit heran dengan sikap Vina yang tiba-tiba berubah jadi perhatian. Tak ingin ambil pusing, Amira mengabaikan kecurigaannya.Di sisi lain, Rangga yang mendengar kabar jika Amira sakit jadi panik, dia segera pergi ke kontrakan Amira untuk menjenguk kekasihnya itu. "Pak Rangga." Kedua bola mata Amira membulat melihat kedatangan sang pria. "Masih saya panggil Pak." Rangga menjentikkan jarinya pelan dia dahi sang wanita. Amira menggosok dahinya dengan tangan, meski jentikn tangga Rangga tidak sakit tapi dia sedikit lebay di hadapan CEO itu. "Iya Mas." Ujarnya. Ingat akan

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Gagal Total

    "Sa-saya.... " Belum sempat melanjutkan kata-katanya Rangga sudah menjatuhkan bibirnya, hal ini membuat Amira terkejut lalu mendorong tubuh Rangga. "Pak, jangan seperti ini." Katanya dengan marah. "Kamu telah membohongi aku Amira." Rangga menatap sendu Amira. Melihat tatapan Rangga, Amira nampak iba. Dia tahu dia berbohong tapi mereka tidak ada hubungan apa-apa. "Dimana letak salahnya Pak, kita juga tidak ada hubungan apa-apa." Ujar Amira. Pria itu mematung, memang benar mereka tidak ada hubungan apa-apa tapi apa yang telah dia lakukan seharusnya Amira paham jika itu adalah bentuk dari rasa cintanya. "Meskipun tidak diungkap, seharusnya kamu bisa merasakan gelagatku Amira," ungkap Rangga. "Iya Pak," cicit Amira pelan. Untuk mengikat Amira, akhirnya Rangga mengungkap perasaannya, dia juga mengajak wanita itu untuk melanjutkan ke tahap yang serius mengingat ucapannya dulu jika dia akan bertanggung jawab. #### Hari ini semua bagian desain sangat sibuk, terlebih Moni

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Ketahuan

    "Hubungi Amira suruh datang ke pameran." Titah Rangga. "Tapi kita masih disini Pak." Gilang mencoba protes. Rangga hanya melempar tatapannya. Tak ingin membantah asisten itu menuruti kemauan sang CEO. Niat awalnya, Rangga ingin datang ke Villa untuk mengambil sesuatu tapi setelah melihat Amira dan Andi, pria itu meminta Gilang putar balik dan kembali. Sementara itu, Amira tidak membuka pesan yang Gilang kirim dia juga tidak menerima panggilan dari asisten CEO-nya itu. Setelah susah payah mencari akhirnya Amira dan Andi, berhasil menemukan alamat Vina. "Pantas nggak ketemu," kata andi. Amira segera memencet bel lalu seorang satpam membukakan pagar. Setelah memberi tahu tujuannya, satpam meminta mereka masuk. Di depan rumah, Andi dan Amira menunggu Vina. Tak selang lama Vina keluar. "Kalian!" Mata Vina terbelalak melihat kedua sahabatnya datang. Dengan wajah gugup dia mendekat. "Bagaimana bisa kalian mendapatkan alamat Villa ini?" tanya Vina dengan menatap A

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Kenapa Berbohong?

    "Masih di atas tempat tidur, Rangga dan Amira berbincang tentang langkah selanjutnya, apa langsung meminta Vina mengaku? atau membuat permainan dan mengikuti alur Vina? " Bagaimana menurut kamu Amira?" tanya Rangga. "Kita lihat saja rencana Vina Pak Rangga setelah Anda tidak bisa menikahinya, tapi anda jangan bilang kalau saya sudah mengakui semua." Pinta Amira. Rangga mengangguk, jika itu yang Amira minta. Kalau sebenarnya dari dia pribadi ingin langsung mengusir Vina. Keesokannya, sepulang dari kerja Andi menemui Amira kembali bahkan kali ini Andi ikut Amira pulang. Di kontrakan, mereka berbincang kembali tentang Vina. "Andi apa Vina pernah dendam atau sakit hati padaku?" Dengan wajah nanar Amira menatap Andi yang duduk di sebelahnya. "Dendam gimana maksud kamu?" tanya Andi. "Barangkali aku pernah menyakitinya sehingga dia pergi dan seolah tidak menganggap aku temannya padahal selama ini kita selalu bersama." Jawab Amira. Andi menggeleng, dia tidak tahu. Selama

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status