Archie tidak menyangka wanita ini bahkan berani melawan.Ekspresinya berubah menjadi sedikit muram. "Livia, kamu sangat keras kepala, ya?"Livia mengumpulkan keberaniannya dan melanjutkan. "Aku hanya berbicara jujur. Lagi pula, Pak Daniel sangat baik padamu, tapi kamu malah mengatakan hal-hal buruk tentangnya lagi dan lagi, berusaha untuk menghasutku menjauhinya. Dokter, terus terang saja, orang yang harus kujauhi itu adalah kamu."Archie mencengkeram kemudinya dengan erat, pembuluh-pembuluh darah di lengannya sudah tampak menonjol.'Bagus, sangat bagus!''Dia sudah berubah menjadi pandai bersilat lidah, ya. Seekor kelinci memang nggak akan memberikan aba-aba sebelum menggigit orang!''Sepertinya penampilan lemah yang ditunjukkannya saat berada di ranjang hanya pura-pura saja!' pikir Archie. Emosinya sudah mulai tersulut."Dokter, tolong buka pintunya." Livia melontarkan satu kalimat itu dengan datar.Archie menoleh, menatap Livia dengan tatapan intens. Di dalam kegelapan mobil, sorot
"Sial, berani-beraninya wanita jalang itu keluar dan menggoda pria lain tanpa sepengetahuanku ...."Kemudian, terdengar suara marah seorang pria mabuk dari arah luar, lalu terdengar suara barang-barang dibanting. Saking keras suara itu, pintunya bahkan sampai terguncang.Livia menyadari tetangganya sudah pulang.Dia hanya menyewa sebuah kamar kecil, berbagi ruang tamu dengan dua tetangga lainnya. Kebetulan tetangganya adalah pasangan suami istri paruh baya. Si suami sering pulang tengah malam sambil minum-minum dan melontarkan kata-kata kasar. Terkadang, pria itu bahkan menghancurkan barang-barang.Karena efek kedap suara di sini tidak bagus. Setiap kali, dia selalu terbangun oleh suara keributan itu.Pernah beberapa kali, pria itu bahkan melemparkan botol minuman keras ke pintunya, menyebabkannya ketakutan setengah mati sepanjang malam.Namun, karena biaya sewa di tempat seperti ini murah, tentu saja berbagai macam orang juga ada di sini. Dia tidak berdaya.Mendengar suara cacian dan
Sosok bayangan seseorang yang tinggi dan tegap langsung menerobos masuk!Dia menarik bagian belakang kerah baju pria mabuk itu, menyeretnya ke lantai. Kemudian, dengan iringan suara "bam" keras, pukulan yang keras mendarat di wajah pria mabuk tersebut.Satu demi satu pukulan itu, luar biasa kejam."Ahhh ...."Pria mabuk itu dihajar hingga tak berdaya untuk melawan, dia berbaring di lantai sambil berteriak dengan suara yang keras. Tanpa butuh waktu lama, wajahnya sudah berlumuran darah, dalam kondisi setengah sekarat.Hingga teriakan pria mabuk itu kian lemah, Archie kembali melayangkan beberapa tendangan keras ke arahnya dengan memasang ekspresi dingin. Setelah memastikan pria mabuk itu tidak bisa bangkit lagi, dia baru berdiri untuk pergi melihat situasi Livia."Bagaimana keadaanmu? Apa kamu terluka?"Livia bernapas dengan terengah-engah. Sambil mencengkeram seprai dengan erat, dia menutupi tubuhnya dengan selimut itu dengan erat. Bulir-bulir air mata mengalir deras membasahi pipinya.
Livia langsung tercengang.Dia benar-benar tidak menyangka Archie bisa mengucapkan kata-kata seperti itu, kepalanya terus berdengung-dengung.Dia adalah tipe orang yang tidak suka merepotkan orang lain. Kalau orang lain tidak menawarkan bantuan untuknya, dia tidak akan buka mulut untuk meminta bantuan. Biarpun dia sangat ketakutan, dia juga tidak ingin merepotkan orang lain.Apalagi orang itu adalah Archie.Beberapa jam yang lalu, dia baru saja bertengkar hebat dengan pria itu. Pria itu tidak membencinya saja, dia sudah bersyukur.Kemudian, Livia baru tersadar. Dengan mata memerah, dia menatap pria di hadapannya. Bibirnya tampak bergerak-gerak, tetapi dia tetap tidak punya keberanian untuk mengatakannya."Aku mohon padamu, bisakah kamu menampungku satu malam?" Setelah berpikir sejenak, dia menambahkan satu kalimat lagi dengan sopan. "Kalau nggak terlalu praktis, nggak masalah."Archie tidak bisa berkata-kata lagi.Jelas-jelas dia sudah membawa wanita itu ke depan gedung apartemennya. B
Setelah berdengung sejenak, kepala Livia seakan-akan sudah meledak.Menatap wajah tampan pria itu, telinganya langsung memerah.Dia tidak menyangka pria itu menggunakan nada bicara yang dingin dan santai seperti itu untuk mengutarakan kata-kata yang paling mengejutkan."Bagaimana?"Sorot mata Archie segelap langit malam di luar jendela, sorot mata dalam dan gelap itu, kembali memancarkan aura mengintimidasi itu.Saraf-saraf Livia langsung menegang, bulu-bulu di punggungnya seolah berdiri satu per satu."Aku ... aku nggak mau.""Tapi aku mau."Suara Archie yang memang sudah rendah dan dalam, menjadi makin dalam dan sedikit serak.Jari-jari Livia terkepal. Dia baru saja membuka mulutnya, ingin mengucapkan kata-kata penolakan, tetapi sudah tidak sempat lagi.Archie menahan lengannya, menariknya mendekat. Kemudian, menggunakan satu tangan untuk menahan bagian belakang kepalanya, lalu menunduk dan menciumnya dengan keras.Saat itu juga, kantong es dalam genggaman Livia terjatuh ke lantai.N
"Kamu sudah kembali?"Pintu dapur terbuka, Livia berjalan keluar sambil membawakan dua jenis hidangan.Dia masih mengenakan jubah mandi semalam, bagian leher jubah mandi itu berbentuk V dan tampak longgar, samar-samar tulang selangka indahnya terlihat di balik kain tersebut. Wajah putihnya masih tampak sedikit merah dan membengkak, belum sepenuhnya hilang.Ya, tampak menyedihkan.Bagian lehernya tampak beberapa memar, itu ditinggalkan karena efek hasrat sesaat Archie ....Sorot mata Archie berubah menjadi sedikit gelap, pandangannya tertuju pada hidangan-hidangan di piring yang ditata rapi di atas meja. Sambil mengangkat alisnya, dia mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu."Semua ini masakanmu?"Livia mengangguk dan berkata, "Aku harus berterima kasih padamu telah menyelamatkanku semalam. Sarapan ini sebagai bentuk rasa terima kasihku."Archie duduk, lalu berkata sambil tersenyum tipis, "Bukankah semalam kamu sudah menunjukkan rasa terima kasihmu padaku?"Wajah Livia langsung meme
"Dokter, sudah waktunya aku berangkat kerja, aku nggak akan mengganggumu lagi. Pinjam kamar tidurmu sebentar, ya. Aku berganti pakaian dulu."Livia menyela ucapan pria itu, tidak menunggunya selesai bicara. Kemudian, dia langsung bangkit dan berlari masuk ke dalam kamar tidur.Pagi ini, dia tidak hanya memesan sedikit makanan, dia juga memaksakan diri untuk memesan satu setelan pakaian. Pakaian tersebut tiba di apartemen Archie bersamaan dengan makanan-makanan yang dipesan.Waktunya sangat terbatas, dia juga tidak sempat mencuci pakaian itu lagi. Dia langsung membuka mereknya dan mengenakan pakaian itu. Kemudian, dia memakai sepatu kain yang paling murah itu, lalu bersiap untuk pergi dengan tergesa-gesa.Untungnya semalam dia makan bersama Daniel, kotak alatnya berada di mobil Daniel. Hari ini dia bisa langsung berangkat ke perusahaan saja.Hingga dia keluar dari pintu apartemen tersebut, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi pada Archie.Archie duduk di ruang tamu, pandangannya
Di ujung telepon, Archie langsung menolaknya tanpa ragu. "Apartemenku nggak pernah disewakan."Daniel menghela napas dan berkata, "Aku juga terdesak oleh keadaan. Dengan mempertimbangkan hubungan pertemanan kita selama bertahun-tahun, bantulah aku, sewakan satu bulan juga boleh."Archie berkata, "Untuk apa kamu menyewa apartemen?"Daniel berkata, "Semalam seorang gadis muda perusahaan mengalami musibah, mau pindah. Lingkungan tempat tinggalnya itu sangat kacau, aku nggak tenang. Karena itulah, aku berpikir untuk menyediakan asrama karyawan, memintanya untuk pindah ke Baliom?""Livia?" tanya Archie dengan datar."Wah, kamu bisa menebaknya secepat itu? Sepertinya aku nggak bisa menyembunyikan apa pun darimu. Bagaimanapun juga, dia adalah muridku, aku selalu berpikir untuk sedikit menjaganya. Tapi, kalau kamu nggak bersedia menyewakannya padaku, ya sudah, aku akan cari yang lain."Daniel tahu kepribadian Archie, seorang dokter sedikit banyak pasti pembersih, tidak suka orang lain menyentu
Ruang tamu gelap gulita, lampu tidak dinyalakan.Archie berjalan ke arah kamar tidur, melihat pecahan gelas berserakan di lantai dekat kepala tempat tidur. Di atas tempat tidur, ada seseorang yang meringkuk di dalam selimut hingga sudah hampir tidak kelihatan.Archie segera menyingkirkan selimut itu. Dia melihat wajah wanita itu memerah, kedua mata wanita itu terpejam, tampak sangat menderita.Hanya dengan sekali pandang saja, dia sudah tahu ada yang tidak beres."Kamu demam?"Archie mengerutkan keningnya, mengangkat lengannya, lalu menyentuh dahi wanita itu dengan punggung tangannya.Saking tingginya suhu tubuh wanita itu, ujung jarinya sampai bergetar sejenak.Suhu tubuhnya sudah terlalu tinggi!Archie melihat ke sekeliling, tidak menemukan adanya termometer. Dia segera kembali ke apartemennya dan membawa kotak medis kemari. Kemudian, dia mengeluarkan termometer untuk mengukur suhu tubuh wanita itu.Hasilnya 39,9 derajat.Saking tingginya suhu tubuhnya, otak wanita itu bahkan sudah h
Livia tidak sempat memikirkan untuk makan lagi, dia segera beranjak dan berlari menaiki tangga.Hingga dia menaiki satu langka dengan terengah-engah, dia mendengar suara langkah kaki pria itu dari lantai bawah. Kemudian, terdengar suara pemantik api dinyalakan, seperti sedang menyalakan rokok.Melalui celah belokan tangga, Livia bisa melihat dengan jelas sosok bayangan seseorang di lantai bawah itu.'Benar-benar dia!'Pria itu tampaknya tidak menyadari keberadaannya, tubuh yang tinggi dan tegap itu tengah bersandar dalam posisi miring pada sandaran tangan dengan sebatang rokok di antara jari-jari rampingnya, menghembuskan asap rokok dengan santai.Pria yang elegan, sekaligus bajingan.Livia tidak tahan berlama-lama di tempat itu lagi. Dia memperlambat langkah kakinya, melarikan diri di lantai atas dengan hati-hati....Sore harinya, hujan deras di luar.Awan hitam tampak berkejar-kejaran di langit, petir bergemuruh tiada henti. Setengah bagian dari langit sudah tampak gelap, bahkan par
Sepulang ke rumah, Livia terjaga sepanjang malam.Hingga fajar menyingsing, dia juga tidak berhasil menemukan solusi yang bagus.Saat berangkat bekerja keesokan harinya, dia juga tidak berani langsung keluar. Dia mengintip dari balik pintu sangat lama, hingga pria yang tinggal di apartemen seberang itu pergi, dia baru keluar perlahan-lahan.Baru tiba di perusahaan, dia menerima pesan dari Daniel, pria itu mengatakan hari ini akan pergi dinas, dalam beberapa hari ini tidak akan berada di Kota Jenewa, tidak bisa membimbingnya lagi, memintanya untuk mengikuti progres proyek bersama rekan kerjanya.Livia sibuk bekerja seharian di rumah sakit.Dia bekerja bersama seorang rekan kerjanya yang merupakan seorang insinyur yang sudah memiliki lima tahun pengalaman konstruksi. Semua orang memanggilnya Linda, adalah seorang arsitek yang memegang wewenang paling tinggi selain Daniel di seluruh departemen desain, juga merupakan orang dengan temperamen paling buruk.Linda tidak menyukai Livia, kali in
Ternyata pria itu memasang kamera pengawas di dalam rumah!Bahkan menyalin rekaman itu, memutarnya lagi dan lagi di hadapannya!Benar-benar sudah gila!Jantung Livia berdegup dengan kencang, dia melompat ingin merebut ponsel pria itu. Namun, Archie jauh lebih tinggi darinya. Menghadapi pria itu, dia seakan-akan tidak tahu diri.Livia menurunkan suaranya dan bertanya pada pria itu, "Sebenarnya apa yang kamu inginkan?"Archie mematikan ponselnya, lalu mencubit wajah wanita itu dan lanjut menciuminya.Saat ini, kemampuan pengendalian dirinya dan sikap tenangnya sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak, samar-samar hanya tersisa sifat buruk seorang pria yang tersimpan dalam dirinya. Dia hanya ingin menindas wanita ini, mempermainkan wanita ini sesuka hatinya.Tepat pada saat ini, terdengar suara getaran dari arah tubuh Livia.Dia melepaskan dirinya dari pria itu, mengeluarkan ponselnya dan melirik layar ponselnya. Nama Daniel tampak berkedip-kedip di layar ponselnya.Saat dia hendak menja
"Kamu ...."Sebelum Livia selesai berbicara, pria itu langsung menundukkan kepala dan mencium bibirnya, ciuman yang cukup keras dan dalam.Napas dan suhu tubuh pria itu terasa panas. Aroma alkohol yang menyengat disertai dengan aroma khas pria itu langsung menusuk indra penciumannya. Ciuman itu mengintimidasi pernapasannya, cukup kuat seperti hukuman yang ganas."Archie ... lepaskan."Livia dicium oleh pria itu sampai-sampai hampir tidak bisa bernapas. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mendorong pria itu.Namun, upayanya itu sama sekali tidak membuahkan hasil.Pria itu sama sekali tidak mengizinkannya untuk melarikan diri. Ciuman panas itu kian dalam, seakan-akan melahap semua suara isakan dan teriakan rendahnya hingga lenyap tak bersisa.Livia meronta dengan sekuat tenaganya, tetapi telapak tangan pria itu menahan pinggangnya, membenamkan tubuhnya ke dalam tubuh pria itu.Jari-jari ramping pria itu melewati sela-sela rambut panjangnya dan menahan bagian kepalanya, memaksanya u
Akhirnya hukuman sudah selesai dijalankan.Seakan-akan bebannya sudah terangkat, Livia duduk kembali ke sofa. Dia merasakan sebagian besar energinya sudah terkuras habis.Sekelompok orang pria kalangan kelas atas ini benar-benar pandai bermain.Ronde berikutnya dimulai, Devon yang tetap bertugas membagi kartu, sedangkan orang-orang lainnya membuka kartu.Sesuai dugaan, kali ini yang mendapatkan kartu AS hati adalah Archie."Eh, kena Dokter Archie."Archie melemparkan kartunya ke atas meja dengan santai, kilatan tajam melintas di matanya."Aku pilih ...." Dia melirik orang-orang di sekeliling ruangan itu, lalu berkata, "Jujur.""Sudah kuduga dia pasti akan pilih Jujur. Dengan karakter pembersihnya, jangan harap dia akan mencium sembarang orang."Devon terkekeh pelan, kilatan licik melintas di matanya.Benar saja, pertanyaannya langsung bersifat eksplosif. "Kapan terakhir kalinya kamu melakukan hubungan intim? Satu malam berapa kali?"Sambil bertopang dagu, samar-samar Archie melirik ora
Livia bahkan tidak perlu menoleh, dia sudah tahu siapa orang itu.Dia sedang kooperatif dengan Daniel dalam menerima hukuman, untuk apa pria itu menatapnya seperti itu?Livia tidak sempat memedulikan tatapan pria itu lagi, dia hanya fokus menyuapi Daniel minum.Di belakangnya, sorot mata Archie tertuju pada wanita itu. Makin lama, sorot matanya makin dalam.Dari sudut pandangnya, setengah bagian tubuh wanita itu miring menghadapnya. Kebetulan, dia bisa melihat pinggang ramping wanita itu, serta lekuk tubuh indah wanita itu.Seminggu yang lalu, tubuh itu masih berada di bawahnya, pinggang ramping itu hampir saja patah dibuatnya.Namun, seminggu kemudian, wanita itu malah menyuapi pria lain. Apakah ini yang wanita itu maksud dengan berusaha menaikkan status sendiri dengan mengandalkan kemampuan sendiri?Archie memijat-mijat keningnya, dia merasa makin kesal.Di sisi lain, setelah menyuapi Daniel minum satu gelas, di bawah sorakan orang banyak, Livia kembali menuangkan minuman.Livia mele
Daniel berkata, "Aku akan menggantikannya menerima hukuman."Ada orang yang ingin memanas-manasi situasi, berseru, "Eh, Pak Daniel sedang memainkan peran sebagai pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik?"Daniel tersenyum dan berkata, "Aku yang membawanya kemari, tentu saja aku yang melindunginya. Dia masih muda, aku nggak bisa membiarkannya ditindas, kalian juga jangan menakut-nakutinya.""Jangan bicara begitu, kami hanya menanyakan sedikit pertanyaan, nggak melakukan apa pun.""Lihatlah ciuman panas tadi, itu baru cara bermain kami biasanya."Satu per satu dari mereka mulai berkomentar, seakan-akan menyudutkan Livia.Livia menggigit bibirnya. Dia baru saja mengatakan dia ingin menerima hukuman sendiri, tetapi Daniel sudah terlebih dahulu buka suara."Aku akan menggantikannya menerima hukuman dua kali lipat itu."Begitu mendengar ucapannya, beberapa orang lainnya juga tidak mempersulitnya lagi, melainkan melambaikan tangan dan memberinya hukuman yang mudah."Kalau begitu minum dua ge
Livia baru pertama kali menyaksikan pemandangan seperti itu, dia langsung tercengang.Orang-orang di sekeliling bersorak tanpa henti. Sementara itu, kedua insan itu berciuman tanpa henti, tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, bahkan ciuman mereka makin kian memanas.Samar-samar, dia bisa melihat pria itu sudah memasukkan tangannya ke dalam gaun wanita tersebut ....Hingga sebuah tangan besar menutupi pandangannya.Livia mendongak, melihat wajah tampan sekaligus hangat Daniel. Sorot mata hangat itu seakan-akan bisa membersihkan sedikit debu dalam hatinya.Daniel mendekati telinganya dan berbisik, "Jangan terlalu takut, biasakan diri saja."Membiasakan diri?Apakah kelak dia harus sering-sering membiasakan diri dengan situasi dan pemandangan seperti ini?Livia menundukkan kepalanya, suasana hatinya sedikit rumit, sulit dideskripsikan dengan kata-kata.Melalui sudut matanya, dia melirik ke arah kananya. Dia mendapati Archie sedang bersandar di sofa dengan malas. Dari sudut pandangn