"Dokter, sudah waktunya aku berangkat kerja, aku nggak akan mengganggumu lagi. Pinjam kamar tidurmu sebentar, ya. Aku berganti pakaian dulu."Livia menyela ucapan pria itu, tidak menunggunya selesai bicara. Kemudian, dia langsung bangkit dan berlari masuk ke dalam kamar tidur.Pagi ini, dia tidak hanya memesan sedikit makanan, dia juga memaksakan diri untuk memesan satu setelan pakaian. Pakaian tersebut tiba di apartemen Archie bersamaan dengan makanan-makanan yang dipesan.Waktunya sangat terbatas, dia juga tidak sempat mencuci pakaian itu lagi. Dia langsung membuka mereknya dan mengenakan pakaian itu. Kemudian, dia memakai sepatu kain yang paling murah itu, lalu bersiap untuk pergi dengan tergesa-gesa.Untungnya semalam dia makan bersama Daniel, kotak alatnya berada di mobil Daniel. Hari ini dia bisa langsung berangkat ke perusahaan saja.Hingga dia keluar dari pintu apartemen tersebut, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi pada Archie.Archie duduk di ruang tamu, pandangannya
Di ujung telepon, Archie langsung menolaknya tanpa ragu. "Apartemenku nggak pernah disewakan."Daniel menghela napas dan berkata, "Aku juga terdesak oleh keadaan. Dengan mempertimbangkan hubungan pertemanan kita selama bertahun-tahun, bantulah aku, sewakan satu bulan juga boleh."Archie berkata, "Untuk apa kamu menyewa apartemen?"Daniel berkata, "Semalam seorang gadis muda perusahaan mengalami musibah, mau pindah. Lingkungan tempat tinggalnya itu sangat kacau, aku nggak tenang. Karena itulah, aku berpikir untuk menyediakan asrama karyawan, memintanya untuk pindah ke Baliom?""Livia?" tanya Archie dengan datar."Wah, kamu bisa menebaknya secepat itu? Sepertinya aku nggak bisa menyembunyikan apa pun darimu. Bagaimanapun juga, dia adalah muridku, aku selalu berpikir untuk sedikit menjaganya. Tapi, kalau kamu nggak bersedia menyewakannya padaku, ya sudah, aku akan cari yang lain."Daniel tahu kepribadian Archie, seorang dokter sedikit banyak pasti pembersih, tidak suka orang lain menyentu
'Eh ... ini ... seperti sihir saja!'Dia tidak hanya satu gedung dengan Archie, tetapi apartemen tempat tinggalnya hanya tepat di seberang apartemen pria itu?Di apartemen kelas atas seperti ini, hanya ada dua apartemen satu lantai. Kalau begitu, bukankah hanya ada dia dan Archie di seluruh lantai ini?Livia langsung merasa gelisah."Guru, apakah ini adalah asrama karyawan yang disiapkan oleh perusahaan?" tanyanya, masih enggan menyerah."Ya, untuk saat ini hanya tersisa yang satu ini. Tapi, tempat ini sudah sangat lama nggak ditinggali, mungkin kamu perlu membersihkannya."Daniel mengangkat lengannya, memasukkan kata sandi. Tak lama kemudian, pintu pun terbuka.Dekorasi di dalam apartemen itu terpampang nyata di hadapannya.Melihat dekorasi dan tatanan perabot di dalam apartemen tersebut, Livia kembali tercengang.'Sofa, meja, lemari, tempat tidur ... mengapa semuanya sama persis dengan apartemen Archie?'Kalau bukan karena arahnya berlawanan, dia pasti mengira dia salah masuk.Menyad
Archie bersandar di depan pintu, seolah-olah sama sekali tidak terkejut melihat kemunculannya. Ekspresi pria itu sangat tenang."Sudah pindah?" tanya pria itu dengan tenang.Livia mengangguk, memaksakan seulas senyum dan berkata, "Ya, benar. Kebetulan sekali, Dokter. Kita bertetangga."Takut Archie merasa dirinya sengaja mendekati pria itu, Livia memberi penjelasan. "Ini adalah asrama karyawan yang disediakan oleh perusahaan. Sore hari ini aku baru mengajukannya, pembagiannya secara acak, benar-benar sangat kebetulan, ya."Archie mendengus dingin dan berkata, "Perusahaan kalian cukup baik, ya."Livia tidak berbicara lagi.Tidak tahu mengapa, dia selalu bisa mendengar nada bicara menyindir dalam ucapan pria itu.Dia berbalik, ingin pergi membuang sampah, tetapi pria itu memanggilnya dari arah belakangnya, "Tunggu."Secara naluriah, Livia menoleh dan bertanya, "Ada apa?""Ada sesuatu yang ingin kukembalikan padamu."Archie berbalik, masuk ke dalam apartemennya. Beberapa detik kemudian, d
Dia langsung mengangkat kepalanya menatap Archie, matanya membelalak kaget.'Bisa-bisanya dia ... menggodaku dengan terang-terangan di hadapan Daniel?!'"Livia, ada apa?" tanya Daniel dengan refleks."Nggak apa-apa, tadi tanganku kram."Livia mengambil sendoknya, lalu mendongak, melemparkan sorot mata peringatan ke arah Archie.Namun, Archie sedang mengalihkan pandangannya ke bawah, meminum sup ikannya dengan santai. Tidak ada gejolak emosi apa pun di wajahnya, sorot matanya juga tampak tenang, berpenampilan layaknya orang yang tak berhasrat seperti biasanya.Seolah-olah kaki yang usil tadi bukanlah kakinya.'Pria ini benar-benar ... pandai berpura-pura.'Livia menggenggam sendoknya dengan erat, diam-diam dia menggeser kakinya ke belakang.Namun, detik berikutnya, pria itu berulah lagi, kaki pria itu melewati lututnya, lalu menjelajahi sela-sela kakinya sedikit demi sedikit ....Makin dia menjauh, pria itu makin menjadi-jadi.Dia tidak bisa menahan diri lagi dan mendongak, tatapannya b
'Apa?'Livia langsung tercengang, dia mendongak dan menatap pria itu.Saat ini, pria itu sudah sangat dekat, tepat di hadapannya. Di bawah pencahayaan yang redup, sorot mata pria itu sedikit gelap. Tidak sulit untuk melihat hasrat di dalamnya.Pria itu sudah bersiap untuk "melahapnya".Livia membuka mulutnya, merasakan tenggorokannya agak kering dan serak."Ikut denganmu? Apa maksudmu?""Kamu nggak mengerti? Kalau begitu, aku katakan saja secara langsung. Aku ingin memeliharamu, bersifat jangka panjang. Selagi sekarang aku masih sedikit berminat padamu, kamu bisa meminta bayaran tinggi."Archie mencubit wajah wanita itu dan berkata dengan sangat santai, "Jadi, bukalah hargamu, Livia. Kamu boleh meminta bayaran berapa saja. Aku ingin memeliharamu.""Duar ...."Livia merasa seperti ada gemuruh petir yang baru saja menyambar telinganya.Dia membelalak kaget. Beberapa saat kemudian, akhirnya dia baru tersadar kembali. Dia merasakan ujung jari-jarinya bergetar dengan kencang.'Ternyata sera
Livia membuka keran air, membiarkan air panas mengalir dari kepalanya hingga ke bawah. Dia ingin menyingkirkan hal-hal yang tidak penting ini.Beberapa hari berikutnya, Livia tidak bertemu dengan Archie lagi.Biarpun tinggal di apartemen tepat di seberang apartemen pria itu, dia tidak pernah berpapasan dengan pria itu lagi.Setiap hari, dia pergi pagi pulang malam. Pagi hari hingga sore harinya, dia mengikuti Daniel ke lokasi, mempelajari desain. Pulang kerja malam harinya, dia mengulang kembali hal-hal yang telah dipelajarinya.Daniel memujinya bisa mempelajari sesuatu dengan cepat, perputaran otaknya cukup cepat. Karena itulah, dia harus lebih giat belajar lagi.Hanya dalam sekejap mata saja, satu minggu sudah berlalu.Livia mulai mengikuti Daniel mengunjungi rumah sakit setiap hari. Hari-harinya cukup sibuk, tetapi juga sangat bermakna.Saat menjelang jam pulang kerja, Livia membawa alat-alatnya ke garasi mobil. Sekarang dia sudah tinggal di kompleks yang sama dengan Daniel, jadi se
Hanya menatap wajah itu saja, Diego sudah diliputi perasaan takut."Paman, kapan kamu datang ke sini? Mengapa kamu nggak bersuara?"Archie menatapnya dengan tatapan dingin dan berkata dengan datar, "Hal yang seharusnya kulihat dan seharusnya nggak kulihat, aku sudah melihat semuanya."Dalam sekejap, hawa dingin langsung merayapi punggung Diego."Aku ... aku hanya bercanda pada gadis itu. Aku nggak melakukan apa pun padanya. Jangan menatapku seperti itu."Archie mengalihkan pandangannya dari keponakannya itu, lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor seseorang. Suara terdengar sedingin es."Putramu hampir saja melakukan tindak pemerkosaan, dicurigai terlibat dalam penculikan, tindak kekerasan, melakukan tindak kejahatan berkelompok. Kalau hari ini kamu nggak bisa mengurus putramu lagi, aku nggak keberatan untuk melemparkannya ke kantor polisi."Diego gugup bukan main setelah mendengar ucapan pamannya!"Paman, kamu ...."Tidak tahu apa yang diucapkan oleh orang di ujung telepon,
Ruang tamu gelap gulita, lampu tidak dinyalakan.Archie berjalan ke arah kamar tidur, melihat pecahan gelas berserakan di lantai dekat kepala tempat tidur. Di atas tempat tidur, ada seseorang yang meringkuk di dalam selimut hingga sudah hampir tidak kelihatan.Archie segera menyingkirkan selimut itu. Dia melihat wajah wanita itu memerah, kedua mata wanita itu terpejam, tampak sangat menderita.Hanya dengan sekali pandang saja, dia sudah tahu ada yang tidak beres."Kamu demam?"Archie mengerutkan keningnya, mengangkat lengannya, lalu menyentuh dahi wanita itu dengan punggung tangannya.Saking tingginya suhu tubuh wanita itu, ujung jarinya sampai bergetar sejenak.Suhu tubuhnya sudah terlalu tinggi!Archie melihat ke sekeliling, tidak menemukan adanya termometer. Dia segera kembali ke apartemennya dan membawa kotak medis kemari. Kemudian, dia mengeluarkan termometer untuk mengukur suhu tubuh wanita itu.Hasilnya 39,9 derajat.Saking tingginya suhu tubuhnya, otak wanita itu bahkan sudah h
Livia tidak sempat memikirkan untuk makan lagi, dia segera beranjak dan berlari menaiki tangga.Hingga dia menaiki satu langka dengan terengah-engah, dia mendengar suara langkah kaki pria itu dari lantai bawah. Kemudian, terdengar suara pemantik api dinyalakan, seperti sedang menyalakan rokok.Melalui celah belokan tangga, Livia bisa melihat dengan jelas sosok bayangan seseorang di lantai bawah itu.'Benar-benar dia!'Pria itu tampaknya tidak menyadari keberadaannya, tubuh yang tinggi dan tegap itu tengah bersandar dalam posisi miring pada sandaran tangan dengan sebatang rokok di antara jari-jari rampingnya, menghembuskan asap rokok dengan santai.Pria yang elegan, sekaligus bajingan.Livia tidak tahan berlama-lama di tempat itu lagi. Dia memperlambat langkah kakinya, melarikan diri di lantai atas dengan hati-hati....Sore harinya, hujan deras di luar.Awan hitam tampak berkejar-kejaran di langit, petir bergemuruh tiada henti. Setengah bagian dari langit sudah tampak gelap, bahkan par
Sepulang ke rumah, Livia terjaga sepanjang malam.Hingga fajar menyingsing, dia juga tidak berhasil menemukan solusi yang bagus.Saat berangkat bekerja keesokan harinya, dia juga tidak berani langsung keluar. Dia mengintip dari balik pintu sangat lama, hingga pria yang tinggal di apartemen seberang itu pergi, dia baru keluar perlahan-lahan.Baru tiba di perusahaan, dia menerima pesan dari Daniel, pria itu mengatakan hari ini akan pergi dinas, dalam beberapa hari ini tidak akan berada di Kota Jenewa, tidak bisa membimbingnya lagi, memintanya untuk mengikuti progres proyek bersama rekan kerjanya.Livia sibuk bekerja seharian di rumah sakit.Dia bekerja bersama seorang rekan kerjanya yang merupakan seorang insinyur yang sudah memiliki lima tahun pengalaman konstruksi. Semua orang memanggilnya Linda, adalah seorang arsitek yang memegang wewenang paling tinggi selain Daniel di seluruh departemen desain, juga merupakan orang dengan temperamen paling buruk.Linda tidak menyukai Livia, kali in
Ternyata pria itu memasang kamera pengawas di dalam rumah!Bahkan menyalin rekaman itu, memutarnya lagi dan lagi di hadapannya!Benar-benar sudah gila!Jantung Livia berdegup dengan kencang, dia melompat ingin merebut ponsel pria itu. Namun, Archie jauh lebih tinggi darinya. Menghadapi pria itu, dia seakan-akan tidak tahu diri.Livia menurunkan suaranya dan bertanya pada pria itu, "Sebenarnya apa yang kamu inginkan?"Archie mematikan ponselnya, lalu mencubit wajah wanita itu dan lanjut menciuminya.Saat ini, kemampuan pengendalian dirinya dan sikap tenangnya sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak, samar-samar hanya tersisa sifat buruk seorang pria yang tersimpan dalam dirinya. Dia hanya ingin menindas wanita ini, mempermainkan wanita ini sesuka hatinya.Tepat pada saat ini, terdengar suara getaran dari arah tubuh Livia.Dia melepaskan dirinya dari pria itu, mengeluarkan ponselnya dan melirik layar ponselnya. Nama Daniel tampak berkedip-kedip di layar ponselnya.Saat dia hendak menja
"Kamu ...."Sebelum Livia selesai berbicara, pria itu langsung menundukkan kepala dan mencium bibirnya, ciuman yang cukup keras dan dalam.Napas dan suhu tubuh pria itu terasa panas. Aroma alkohol yang menyengat disertai dengan aroma khas pria itu langsung menusuk indra penciumannya. Ciuman itu mengintimidasi pernapasannya, cukup kuat seperti hukuman yang ganas."Archie ... lepaskan."Livia dicium oleh pria itu sampai-sampai hampir tidak bisa bernapas. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mendorong pria itu.Namun, upayanya itu sama sekali tidak membuahkan hasil.Pria itu sama sekali tidak mengizinkannya untuk melarikan diri. Ciuman panas itu kian dalam, seakan-akan melahap semua suara isakan dan teriakan rendahnya hingga lenyap tak bersisa.Livia meronta dengan sekuat tenaganya, tetapi telapak tangan pria itu menahan pinggangnya, membenamkan tubuhnya ke dalam tubuh pria itu.Jari-jari ramping pria itu melewati sela-sela rambut panjangnya dan menahan bagian kepalanya, memaksanya u
Akhirnya hukuman sudah selesai dijalankan.Seakan-akan bebannya sudah terangkat, Livia duduk kembali ke sofa. Dia merasakan sebagian besar energinya sudah terkuras habis.Sekelompok orang pria kalangan kelas atas ini benar-benar pandai bermain.Ronde berikutnya dimulai, Devon yang tetap bertugas membagi kartu, sedangkan orang-orang lainnya membuka kartu.Sesuai dugaan, kali ini yang mendapatkan kartu AS hati adalah Archie."Eh, kena Dokter Archie."Archie melemparkan kartunya ke atas meja dengan santai, kilatan tajam melintas di matanya."Aku pilih ...." Dia melirik orang-orang di sekeliling ruangan itu, lalu berkata, "Jujur.""Sudah kuduga dia pasti akan pilih Jujur. Dengan karakter pembersihnya, jangan harap dia akan mencium sembarang orang."Devon terkekeh pelan, kilatan licik melintas di matanya.Benar saja, pertanyaannya langsung bersifat eksplosif. "Kapan terakhir kalinya kamu melakukan hubungan intim? Satu malam berapa kali?"Sambil bertopang dagu, samar-samar Archie melirik ora
Livia bahkan tidak perlu menoleh, dia sudah tahu siapa orang itu.Dia sedang kooperatif dengan Daniel dalam menerima hukuman, untuk apa pria itu menatapnya seperti itu?Livia tidak sempat memedulikan tatapan pria itu lagi, dia hanya fokus menyuapi Daniel minum.Di belakangnya, sorot mata Archie tertuju pada wanita itu. Makin lama, sorot matanya makin dalam.Dari sudut pandangnya, setengah bagian tubuh wanita itu miring menghadapnya. Kebetulan, dia bisa melihat pinggang ramping wanita itu, serta lekuk tubuh indah wanita itu.Seminggu yang lalu, tubuh itu masih berada di bawahnya, pinggang ramping itu hampir saja patah dibuatnya.Namun, seminggu kemudian, wanita itu malah menyuapi pria lain. Apakah ini yang wanita itu maksud dengan berusaha menaikkan status sendiri dengan mengandalkan kemampuan sendiri?Archie memijat-mijat keningnya, dia merasa makin kesal.Di sisi lain, setelah menyuapi Daniel minum satu gelas, di bawah sorakan orang banyak, Livia kembali menuangkan minuman.Livia mele
Daniel berkata, "Aku akan menggantikannya menerima hukuman."Ada orang yang ingin memanas-manasi situasi, berseru, "Eh, Pak Daniel sedang memainkan peran sebagai pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik?"Daniel tersenyum dan berkata, "Aku yang membawanya kemari, tentu saja aku yang melindunginya. Dia masih muda, aku nggak bisa membiarkannya ditindas, kalian juga jangan menakut-nakutinya.""Jangan bicara begitu, kami hanya menanyakan sedikit pertanyaan, nggak melakukan apa pun.""Lihatlah ciuman panas tadi, itu baru cara bermain kami biasanya."Satu per satu dari mereka mulai berkomentar, seakan-akan menyudutkan Livia.Livia menggigit bibirnya. Dia baru saja mengatakan dia ingin menerima hukuman sendiri, tetapi Daniel sudah terlebih dahulu buka suara."Aku akan menggantikannya menerima hukuman dua kali lipat itu."Begitu mendengar ucapannya, beberapa orang lainnya juga tidak mempersulitnya lagi, melainkan melambaikan tangan dan memberinya hukuman yang mudah."Kalau begitu minum dua ge
Livia baru pertama kali menyaksikan pemandangan seperti itu, dia langsung tercengang.Orang-orang di sekeliling bersorak tanpa henti. Sementara itu, kedua insan itu berciuman tanpa henti, tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, bahkan ciuman mereka makin kian memanas.Samar-samar, dia bisa melihat pria itu sudah memasukkan tangannya ke dalam gaun wanita tersebut ....Hingga sebuah tangan besar menutupi pandangannya.Livia mendongak, melihat wajah tampan sekaligus hangat Daniel. Sorot mata hangat itu seakan-akan bisa membersihkan sedikit debu dalam hatinya.Daniel mendekati telinganya dan berbisik, "Jangan terlalu takut, biasakan diri saja."Membiasakan diri?Apakah kelak dia harus sering-sering membiasakan diri dengan situasi dan pemandangan seperti ini?Livia menundukkan kepalanya, suasana hatinya sedikit rumit, sulit dideskripsikan dengan kata-kata.Melalui sudut matanya, dia melirik ke arah kananya. Dia mendapati Archie sedang bersandar di sofa dengan malas. Dari sudut pandangn