Karena panggilan telepon kemarin, Livia tidak fokus sepanjang hari.Tidak ingin menghambat progres pekerjaannya, dia menyalakan ponselnya sejenak. Begitu dia menyalakan ponselnya, Rosita sudah membombardirnya dengan panggilan telepon beruntun. Ponselnya berdering lagi dan lagi.Dia tidak berdaya, hanya bisa mematikan ponselnya kembali.Kemarin, setelah selesai melakukan pengukuran di lantai tiga, hari ini dia berada di lantai enam sepanjang hari. Dia tidak melihat sosok bayangan Archie lagi.Malam hari saat jam pulang kerja, Daniel tiba-tiba muncul di dalam rumah sakit, datang menjemput Livia secara pribadi."Pak Daniel, mengapa Pak Daniel datang ke sini?" Melihat pria itu, Livia sangat terkejut."Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku, aku datang secara khusus untuk menjemputmu makan. Kamu ini selalu saja melewatkan makan, membuat orang khawatir saja. Bagaimana bisa aku nggak datang untuk mengawasimu makan?" kata Daniel dengan setengah bercanda.Livia merasa sangat tidak enak hati.Dia b
Pria itu mengenakan kemeja putih dan jas berwarna hitam. Dia duduk di tempat duduknya dengan santai. Dia sangat tampan, juga sangat dingin, sangat mudah menarik perhatian lawan jenis di sekelilingnya.Sisi wajah yang selalu terkesan dingin itu, hanya dengan meliriknya sekilas saja, seakan-akan sudah bisa terekam dalam benak Livia.Ada seorang wanita cantik yang duduk di seberang pria itu. Riasan wanita itu sangat indah, postur tubuhnya langsing, berbalut gaun berwarna hitam yang seksi. Hubungan antara kedua insan itu terlihat sangat akrab.Archie menyodorkan menu padanya, dia menyunggingkan seulas senyum manis pada pria itu, lalu menundukkan kepalanya untuk memesan makanan.Secara naluriah, Livia mengalihkan pandangannya."Eh, Dokter, pantas saja kamu nggak mau makan bersama kami, ternyata kamu sudah janjian dengan seorang wanita cantik."Daniel juga sudah melihat mereka. Dengan seulas senyum nakal menghiasi wajahnya, dia berjalan ke sana untuk menggoda Archie.Archie menyunggingkan se
Wanita ini tidak menyadari Archie bisa berubah secepat ini.Namun, melihat pria di hadapannya ini tidak bisa dia singgung, dia tidak berani ragu lagi. Cara pria ini sudah terkenal menakutkan di kalangan mereka. Terlebih lagi, pria ini berasal dari Keluarga Yansen Kota Jenewa, sebuah keluarga yang sangat berkuasa.Dia lebih memilih untuk menjauh dari pria seperti ini daripada memprovokasinya. Kalau nggak, dia bahkan tidak akan tahu bagaimana dia mati.Dia hanya bisa turun dari mobil dengan kecewa.Archie memutar setirnya, melaju kembali ke jalan yang telah dilewatinya tadi, lalu pada akhirnya berhenti di samping stasiun bus.Benar saja, dia melihat Livia masih belum pergi, wanita itu berdiri sendirian menunggu bus di sana."Masuk." Dia menurunkan jendela mobil, mengucapkan satu kata singkat itu.Melihat pria itu, Livia terkejut sejenak. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke dalam mobil pria itu. Kursi penumpang di samping kursi pengemudi sudah kosong, tidak ada orang lagi.'Eh? Wani
Archie tidak menyangka wanita ini bahkan berani melawan.Ekspresinya berubah menjadi sedikit muram. "Livia, kamu sangat keras kepala, ya?"Livia mengumpulkan keberaniannya dan melanjutkan. "Aku hanya berbicara jujur. Lagi pula, Pak Daniel sangat baik padamu, tapi kamu malah mengatakan hal-hal buruk tentangnya lagi dan lagi, berusaha untuk menghasutku menjauhinya. Dokter, terus terang saja, orang yang harus kujauhi itu adalah kamu."Archie mencengkeram kemudinya dengan erat, pembuluh-pembuluh darah di lengannya sudah tampak menonjol.'Bagus, sangat bagus!''Dia sudah berubah menjadi pandai bersilat lidah, ya. Seekor kelinci memang nggak akan memberikan aba-aba sebelum menggigit orang!''Sepertinya penampilan lemah yang ditunjukkannya saat berada di ranjang hanya pura-pura saja!' pikir Archie. Emosinya sudah mulai tersulut."Dokter, tolong buka pintunya." Livia melontarkan satu kalimat itu dengan datar.Archie menoleh, menatap Livia dengan tatapan intens. Di dalam kegelapan mobil, sorot
"Sial, berani-beraninya wanita jalang itu keluar dan menggoda pria lain tanpa sepengetahuanku ...."Kemudian, terdengar suara marah seorang pria mabuk dari arah luar, lalu terdengar suara barang-barang dibanting. Saking keras suara itu, pintunya bahkan sampai terguncang.Livia menyadari tetangganya sudah pulang.Dia hanya menyewa sebuah kamar kecil, berbagi ruang tamu dengan dua tetangga lainnya. Kebetulan tetangganya adalah pasangan suami istri paruh baya. Si suami sering pulang tengah malam sambil minum-minum dan melontarkan kata-kata kasar. Terkadang, pria itu bahkan menghancurkan barang-barang.Karena efek kedap suara di sini tidak bagus. Setiap kali, dia selalu terbangun oleh suara keributan itu.Pernah beberapa kali, pria itu bahkan melemparkan botol minuman keras ke pintunya, menyebabkannya ketakutan setengah mati sepanjang malam.Namun, karena biaya sewa di tempat seperti ini murah, tentu saja berbagai macam orang juga ada di sini. Dia tidak berdaya.Mendengar suara cacian dan
Sosok bayangan seseorang yang tinggi dan tegap langsung menerobos masuk!Dia menarik bagian belakang kerah baju pria mabuk itu, menyeretnya ke lantai. Kemudian, dengan iringan suara "bam" keras, pukulan yang keras mendarat di wajah pria mabuk tersebut.Satu demi satu pukulan itu, luar biasa kejam."Ahhh ...."Pria mabuk itu dihajar hingga tak berdaya untuk melawan, dia berbaring di lantai sambil berteriak dengan suara yang keras. Tanpa butuh waktu lama, wajahnya sudah berlumuran darah, dalam kondisi setengah sekarat.Hingga teriakan pria mabuk itu kian lemah, Archie kembali melayangkan beberapa tendangan keras ke arahnya dengan memasang ekspresi dingin. Setelah memastikan pria mabuk itu tidak bisa bangkit lagi, dia baru berdiri untuk pergi melihat situasi Livia."Bagaimana keadaanmu? Apa kamu terluka?"Livia bernapas dengan terengah-engah. Sambil mencengkeram seprai dengan erat, dia menutupi tubuhnya dengan selimut itu dengan erat. Bulir-bulir air mata mengalir deras membasahi pipinya.
Livia langsung tercengang.Dia benar-benar tidak menyangka Archie bisa mengucapkan kata-kata seperti itu, kepalanya terus berdengung-dengung.Dia adalah tipe orang yang tidak suka merepotkan orang lain. Kalau orang lain tidak menawarkan bantuan untuknya, dia tidak akan buka mulut untuk meminta bantuan. Biarpun dia sangat ketakutan, dia juga tidak ingin merepotkan orang lain.Apalagi orang itu adalah Archie.Beberapa jam yang lalu, dia baru saja bertengkar hebat dengan pria itu. Pria itu tidak membencinya saja, dia sudah bersyukur.Kemudian, Livia baru tersadar. Dengan mata memerah, dia menatap pria di hadapannya. Bibirnya tampak bergerak-gerak, tetapi dia tetap tidak punya keberanian untuk mengatakannya."Aku mohon padamu, bisakah kamu menampungku satu malam?" Setelah berpikir sejenak, dia menambahkan satu kalimat lagi dengan sopan. "Kalau nggak terlalu praktis, nggak masalah."Archie tidak bisa berkata-kata lagi.Jelas-jelas dia sudah membawa wanita itu ke depan gedung apartemennya. B
Setelah berdengung sejenak, kepala Livia seakan-akan sudah meledak.Menatap wajah tampan pria itu, telinganya langsung memerah.Dia tidak menyangka pria itu menggunakan nada bicara yang dingin dan santai seperti itu untuk mengutarakan kata-kata yang paling mengejutkan."Bagaimana?"Sorot mata Archie segelap langit malam di luar jendela, sorot mata dalam dan gelap itu, kembali memancarkan aura mengintimidasi itu.Saraf-saraf Livia langsung menegang, bulu-bulu di punggungnya seolah berdiri satu per satu."Aku ... aku nggak mau.""Tapi aku mau."Suara Archie yang memang sudah rendah dan dalam, menjadi makin dalam dan sedikit serak.Jari-jari Livia terkepal. Dia baru saja membuka mulutnya, ingin mengucapkan kata-kata penolakan, tetapi sudah tidak sempat lagi.Archie menahan lengannya, menariknya mendekat. Kemudian, menggunakan satu tangan untuk menahan bagian belakang kepalanya, lalu menunduk dan menciumnya dengan keras.Saat itu juga, kantong es dalam genggaman Livia terjatuh ke lantai.N
Ruang tamu gelap gulita, lampu tidak dinyalakan.Archie berjalan ke arah kamar tidur, melihat pecahan gelas berserakan di lantai dekat kepala tempat tidur. Di atas tempat tidur, ada seseorang yang meringkuk di dalam selimut hingga sudah hampir tidak kelihatan.Archie segera menyingkirkan selimut itu. Dia melihat wajah wanita itu memerah, kedua mata wanita itu terpejam, tampak sangat menderita.Hanya dengan sekali pandang saja, dia sudah tahu ada yang tidak beres."Kamu demam?"Archie mengerutkan keningnya, mengangkat lengannya, lalu menyentuh dahi wanita itu dengan punggung tangannya.Saking tingginya suhu tubuh wanita itu, ujung jarinya sampai bergetar sejenak.Suhu tubuhnya sudah terlalu tinggi!Archie melihat ke sekeliling, tidak menemukan adanya termometer. Dia segera kembali ke apartemennya dan membawa kotak medis kemari. Kemudian, dia mengeluarkan termometer untuk mengukur suhu tubuh wanita itu.Hasilnya 39,9 derajat.Saking tingginya suhu tubuhnya, otak wanita itu bahkan sudah h
Livia tidak sempat memikirkan untuk makan lagi, dia segera beranjak dan berlari menaiki tangga.Hingga dia menaiki satu langka dengan terengah-engah, dia mendengar suara langkah kaki pria itu dari lantai bawah. Kemudian, terdengar suara pemantik api dinyalakan, seperti sedang menyalakan rokok.Melalui celah belokan tangga, Livia bisa melihat dengan jelas sosok bayangan seseorang di lantai bawah itu.'Benar-benar dia!'Pria itu tampaknya tidak menyadari keberadaannya, tubuh yang tinggi dan tegap itu tengah bersandar dalam posisi miring pada sandaran tangan dengan sebatang rokok di antara jari-jari rampingnya, menghembuskan asap rokok dengan santai.Pria yang elegan, sekaligus bajingan.Livia tidak tahan berlama-lama di tempat itu lagi. Dia memperlambat langkah kakinya, melarikan diri di lantai atas dengan hati-hati....Sore harinya, hujan deras di luar.Awan hitam tampak berkejar-kejaran di langit, petir bergemuruh tiada henti. Setengah bagian dari langit sudah tampak gelap, bahkan par
Sepulang ke rumah, Livia terjaga sepanjang malam.Hingga fajar menyingsing, dia juga tidak berhasil menemukan solusi yang bagus.Saat berangkat bekerja keesokan harinya, dia juga tidak berani langsung keluar. Dia mengintip dari balik pintu sangat lama, hingga pria yang tinggal di apartemen seberang itu pergi, dia baru keluar perlahan-lahan.Baru tiba di perusahaan, dia menerima pesan dari Daniel, pria itu mengatakan hari ini akan pergi dinas, dalam beberapa hari ini tidak akan berada di Kota Jenewa, tidak bisa membimbingnya lagi, memintanya untuk mengikuti progres proyek bersama rekan kerjanya.Livia sibuk bekerja seharian di rumah sakit.Dia bekerja bersama seorang rekan kerjanya yang merupakan seorang insinyur yang sudah memiliki lima tahun pengalaman konstruksi. Semua orang memanggilnya Linda, adalah seorang arsitek yang memegang wewenang paling tinggi selain Daniel di seluruh departemen desain, juga merupakan orang dengan temperamen paling buruk.Linda tidak menyukai Livia, kali in
Ternyata pria itu memasang kamera pengawas di dalam rumah!Bahkan menyalin rekaman itu, memutarnya lagi dan lagi di hadapannya!Benar-benar sudah gila!Jantung Livia berdegup dengan kencang, dia melompat ingin merebut ponsel pria itu. Namun, Archie jauh lebih tinggi darinya. Menghadapi pria itu, dia seakan-akan tidak tahu diri.Livia menurunkan suaranya dan bertanya pada pria itu, "Sebenarnya apa yang kamu inginkan?"Archie mematikan ponselnya, lalu mencubit wajah wanita itu dan lanjut menciuminya.Saat ini, kemampuan pengendalian dirinya dan sikap tenangnya sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak, samar-samar hanya tersisa sifat buruk seorang pria yang tersimpan dalam dirinya. Dia hanya ingin menindas wanita ini, mempermainkan wanita ini sesuka hatinya.Tepat pada saat ini, terdengar suara getaran dari arah tubuh Livia.Dia melepaskan dirinya dari pria itu, mengeluarkan ponselnya dan melirik layar ponselnya. Nama Daniel tampak berkedip-kedip di layar ponselnya.Saat dia hendak menja
"Kamu ...."Sebelum Livia selesai berbicara, pria itu langsung menundukkan kepala dan mencium bibirnya, ciuman yang cukup keras dan dalam.Napas dan suhu tubuh pria itu terasa panas. Aroma alkohol yang menyengat disertai dengan aroma khas pria itu langsung menusuk indra penciumannya. Ciuman itu mengintimidasi pernapasannya, cukup kuat seperti hukuman yang ganas."Archie ... lepaskan."Livia dicium oleh pria itu sampai-sampai hampir tidak bisa bernapas. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mendorong pria itu.Namun, upayanya itu sama sekali tidak membuahkan hasil.Pria itu sama sekali tidak mengizinkannya untuk melarikan diri. Ciuman panas itu kian dalam, seakan-akan melahap semua suara isakan dan teriakan rendahnya hingga lenyap tak bersisa.Livia meronta dengan sekuat tenaganya, tetapi telapak tangan pria itu menahan pinggangnya, membenamkan tubuhnya ke dalam tubuh pria itu.Jari-jari ramping pria itu melewati sela-sela rambut panjangnya dan menahan bagian kepalanya, memaksanya u
Akhirnya hukuman sudah selesai dijalankan.Seakan-akan bebannya sudah terangkat, Livia duduk kembali ke sofa. Dia merasakan sebagian besar energinya sudah terkuras habis.Sekelompok orang pria kalangan kelas atas ini benar-benar pandai bermain.Ronde berikutnya dimulai, Devon yang tetap bertugas membagi kartu, sedangkan orang-orang lainnya membuka kartu.Sesuai dugaan, kali ini yang mendapatkan kartu AS hati adalah Archie."Eh, kena Dokter Archie."Archie melemparkan kartunya ke atas meja dengan santai, kilatan tajam melintas di matanya."Aku pilih ...." Dia melirik orang-orang di sekeliling ruangan itu, lalu berkata, "Jujur.""Sudah kuduga dia pasti akan pilih Jujur. Dengan karakter pembersihnya, jangan harap dia akan mencium sembarang orang."Devon terkekeh pelan, kilatan licik melintas di matanya.Benar saja, pertanyaannya langsung bersifat eksplosif. "Kapan terakhir kalinya kamu melakukan hubungan intim? Satu malam berapa kali?"Sambil bertopang dagu, samar-samar Archie melirik ora
Livia bahkan tidak perlu menoleh, dia sudah tahu siapa orang itu.Dia sedang kooperatif dengan Daniel dalam menerima hukuman, untuk apa pria itu menatapnya seperti itu?Livia tidak sempat memedulikan tatapan pria itu lagi, dia hanya fokus menyuapi Daniel minum.Di belakangnya, sorot mata Archie tertuju pada wanita itu. Makin lama, sorot matanya makin dalam.Dari sudut pandangnya, setengah bagian tubuh wanita itu miring menghadapnya. Kebetulan, dia bisa melihat pinggang ramping wanita itu, serta lekuk tubuh indah wanita itu.Seminggu yang lalu, tubuh itu masih berada di bawahnya, pinggang ramping itu hampir saja patah dibuatnya.Namun, seminggu kemudian, wanita itu malah menyuapi pria lain. Apakah ini yang wanita itu maksud dengan berusaha menaikkan status sendiri dengan mengandalkan kemampuan sendiri?Archie memijat-mijat keningnya, dia merasa makin kesal.Di sisi lain, setelah menyuapi Daniel minum satu gelas, di bawah sorakan orang banyak, Livia kembali menuangkan minuman.Livia mele
Daniel berkata, "Aku akan menggantikannya menerima hukuman."Ada orang yang ingin memanas-manasi situasi, berseru, "Eh, Pak Daniel sedang memainkan peran sebagai pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik?"Daniel tersenyum dan berkata, "Aku yang membawanya kemari, tentu saja aku yang melindunginya. Dia masih muda, aku nggak bisa membiarkannya ditindas, kalian juga jangan menakut-nakutinya.""Jangan bicara begitu, kami hanya menanyakan sedikit pertanyaan, nggak melakukan apa pun.""Lihatlah ciuman panas tadi, itu baru cara bermain kami biasanya."Satu per satu dari mereka mulai berkomentar, seakan-akan menyudutkan Livia.Livia menggigit bibirnya. Dia baru saja mengatakan dia ingin menerima hukuman sendiri, tetapi Daniel sudah terlebih dahulu buka suara."Aku akan menggantikannya menerima hukuman dua kali lipat itu."Begitu mendengar ucapannya, beberapa orang lainnya juga tidak mempersulitnya lagi, melainkan melambaikan tangan dan memberinya hukuman yang mudah."Kalau begitu minum dua ge
Livia baru pertama kali menyaksikan pemandangan seperti itu, dia langsung tercengang.Orang-orang di sekeliling bersorak tanpa henti. Sementara itu, kedua insan itu berciuman tanpa henti, tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, bahkan ciuman mereka makin kian memanas.Samar-samar, dia bisa melihat pria itu sudah memasukkan tangannya ke dalam gaun wanita tersebut ....Hingga sebuah tangan besar menutupi pandangannya.Livia mendongak, melihat wajah tampan sekaligus hangat Daniel. Sorot mata hangat itu seakan-akan bisa membersihkan sedikit debu dalam hatinya.Daniel mendekati telinganya dan berbisik, "Jangan terlalu takut, biasakan diri saja."Membiasakan diri?Apakah kelak dia harus sering-sering membiasakan diri dengan situasi dan pemandangan seperti ini?Livia menundukkan kepalanya, suasana hatinya sedikit rumit, sulit dideskripsikan dengan kata-kata.Melalui sudut matanya, dia melirik ke arah kananya. Dia mendapati Archie sedang bersandar di sofa dengan malas. Dari sudut pandangn