Ririn tiba-tiba tidak bisa mengendalikan emosinya lagi. Dia langsung berteriak pada Laurence, "Aku hanya memikirkan kebaikan putramu, tapi kamu malah mengataiku seperti ini!" Teriakannya bahkan membuat Phillip terkejut.Phillip bergegas melangkah ke hadapan ibunya dan mengadang ibunya dari Ririn.Dia pun berkata, "Sudah kubilang, jangan menggila di sini. Kalau kamu punya masalah, kamu bisa pulang ke rumah Keluarga Sandiga.""Lucy!"Phillip sudah menekan tombol di interkom untuk memanggil sekretarisnya, tetapi Ririn masih terus berseru, "Aku hanya memikirkan kebaikanmu! Kenapa kamu nggak memahami perasaanku?""Kenapa kamu hanya selalu melihat wanita itu? Padahal dia menipumu!""Kalau bukan untuk mendekatimu, mana mungkin dia sengaja pura-pura di hadapanmu seperti itu ....""Kamu sangat berhati-hati, bukankah kamu juga tertipu olehnya hingga terekam di video itu?""Kenapa kamu nggak mengenali kenyataan ini? Apa yang sebenarnya kamu sukai darinya?"Ririn masih tenggelam dalam perasaan yan
Dian langsung membuka pintu ruang baca Fabian, sehingga pintunya terbanting. Sedangkan Fabian hanya duduk di depan mejanya dan menatap Dian dengan tatapan santai."Kamu sudah bukan anak kecil lagi, kenapa kamu begitu gegabah? Sudah pulang pun kamu nggak bisa ketuk pintu, ya?" kata Fabian.Dian langsung menerjang ke hadapan ayahnya dan menopang kedua tangannya di meja kerja ayahnya sambil berseru, "Ayah, apa yang sebenarnya mau Ayah lakukan?""Sudah kubilang, Phillip menyelamatkanku. Dia juga sudah menjelaskan semuanya pada Ayah, kenapa Ayah malah mengancamnya dengan video itu, padahal hal itu jelas-jelas nggak berhubungan dengannya?!"Fabian pun berkata, "Kalau dia sama sekali nggak berhubungan dengan hal ini, mana mungkin Ayah bisa mengancamnya?""Kamu ini terlalu naif, hingga kamu memercayai semua ucapannya. Tapi, sebaik apa pun dia, dia tetap seorang pria. Ayah lebih memahami pria daripada kamu."Ucapan Fabian membuat Dian merasa agak jijik."Aku memang nggak memahami pria, tapi aku
"Ayah juga tahu kalau orang-orang itu hanya asal bicara. Aku hanya mementingkan apa yang dipikirkan orang-orang yang kupedulikan.""Kenapa Ayah selalu memedulikan ucapan orang-orang yang hanya pernah berinteraksi beberapa kali dengan Ayah?""Memangnya mereka sepenting apa? Ayah terlalu memedulikan harga diri Ayah!"Fabian berkata, "Memangnya aku hanya memedulikan harga diriku? Aku juga memedulikan kepolosanmu.""Intinya, aku sudah menghubungi keluarganya. Sekarang, mereka juga sudah setuju. Kamu hanya perlu menunggu hari pernikahanmu.""Kamu harus tahu, aku sudah berusaha sangat keras agar kita bisa tiba di langkah ini. Kalaupun kamu nggak mau, kamu tetap harus menikah. Terlebih lagi, kamu harus memikirkan apakah Phillip setuju kalau kamu nggak menikahinya atau nggak."Dian langsung berseru, "Ayah seperti perampok!""Kenapa bisa ada orang seperti Ayah, sih?! Apakah Ayah masih ayahku yang sebelumnya?""Apakah Ayah benar-benar mengkhawatirkan apakah aku bisa menikah atau nggak, atau meme
"Biar kuberi tahu kamu, dia sama sekali nggak menyukaimu. Tadi, aku sudah memastikannya, dia hanya menyetujui segalanya untuk menghadapi Ayah.""Setelah dia mendapatkan rekaman kamera pemantau, dia akan langsung bercerai denganmu. Jujur saja, kamu nggak punya harapan lagi seumur hidupmu.""Kita sama-sama wanita, jadi aku tentu saja memahami perasaanmu padanya."Dian tidak tahu ke mana Ririn pergi tadi, tetapi mendengar Ririn berkata dengan begitu tegas bahwa dia tidak lagi memiliki harapan apa pun dengan Phillip, dia tetap merasa sangat sakit hati.Hanya saja, dia tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Oh ya? Kalau begitu, memangnya kamu punya kemungkinan dengannya?""Nona Ririn Sandiga benar-benar pandai menyusun rencana, ya. Hanya saja, kalau aku memanggilmu seperti ini, kamu benar-benar menganggap dirimu sebagai anggota Keluarga Sandiga, ya?""Ririn Sanders ....""Kalau aku nggak berhak untuk menikah dengannya, kamu lebih nggak berhak lagi."Lesti mengernyit sambil berkata, "Dian, ken
Dian menghibur dirinya sendiri seperti ini, tetapi air matanya malah mengalir.Begitu dia memikirkan Phillip yang menatap dirinya dengan tatapan sedingin itu, seakan-akan Phillip sedang melihat sesuatu yang kotor, dia merasa sangat sedih.Dia tidak pernah berharap untuk memiliki akhir apa pun dengan Phillip. Dia hanya ingin bisa melihatnya dari jarak seperti ini, sebagai seorang teman dekat.Namun, dia tidak menyangka bahwa perbuatan ayahnya malah merusak hubungan mereka, sehingga hubungan mereka sama sekali tidak bisa berkembang lagi.Dian bahkan kehilangan statusnya sebagai seorang teman, sehingga dia merasa sangat tidak nyaman.Dia bisa memahami niat ayahnya. Sekarang, kondisi Perusahaan Sandiga sangat buruk. Kalau tidak, ayahnya tidak mungkin langsung mengancam Keluarga Sanders dengan begitu impulsif.Namun, setiap gerakannya benar-benar terlalu tidak bijak. Jika Phillip benar-benar marah, seluruh Keluarga Sandiga akan lenyap.Pada saat ini, Dian masih tidak tahu bahwa Fabian meren
"Kamu terlalu sering berlarian di luar, makanya sekarang kondisimu kurang baik. Mumpung kamu lagi di rumah, kamu bisa memanfaatkan waktu ini untuk beristirahat dengan baik."Dian menganggukkan kepalanya, lalu menunduk untuk makan. Dia terlihat sangat patuh.Saat Fabian melihat Dian, dia hanya merasa bahwa putrinya sudah dewasa dan mungkin sudah memahami penderitaannya.Namun, Fabian tidak pernah membayangkan bahwa Dian sudah berencana untuk mencari barang bukti itu di ruang bacanya setelah dia pergi.Di rumah ini, hanya Fabian yang harus pergi bekerja. Setelah Fabian pergi, suasana di meja makan ini berubah drastis. Dian tidak bersuara, tetapi dia berpindah untuk menjauh dari Lesti dan Ririn."Hei, bukannya tadi kamu masih berakting dengan baik, ya? Sekarang, kenapa kamu nggak duduk di sampingku lagi?" tanya Lesti.Dian tersenyum sambil menjawab, "Nggak, kok. Aku takut auraku terlalu jahat, hingga memengaruhi anak dalam perutmu."Dulu, saat Dian ingin mendekati Lesti, Lesti menghindar
"Hari ini, cuaca di luar cerah. Aku letakkan makanannya di meja kecil di taman bunga, ya, biar Nona bisa makan sambil berjemur?"Sri menarik napas dalam-dalam. Dia tahu bahwa kata-kata yang dia ucapkan untuk membela Dian tidak ada gunanya. Bagaimanapun, dia hanya asal mengucapkan kata-kata itu tanpa berpikir panjang.Selama ini, Dian juga bertahan seperti ini.Jadi, sebaiknya Dian meninggalkan meja makan ini dan menghindari orang-orang itu, supaya dia tidak perlu terus melihat mereka, sehingga nafsu makannya menghilang.Dian tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, tolong panaskan, ya. Nanti, aku akan ke sana."Dia menepuk-nepuk lengannya Sri, lalu menatap Lesti dan bertanya, "Bibi, apakah Bibi pernah memberi tahu Ayah hubungan Bibi dengan Juko Sanders?"Begitu Dian mengungkit nama pria ini, Lesti langsung menjadi gugup, tidak lagi santai seperti sebelumnya.Lesti pun berkata, "Apa katamu? Aku sama sekali nggak kenal dengan orang itu. Jadi, untuk apa aku mengungkit orang itu di hadapan ay
"Sampai usia delapan tahun, aku tinggal denganmu di gang bobrok itu. Sekarang, saat aku mengingatnya kembali, aku bahkan masih bisa mencium bau selokan itu.""Kalau kamu sudah lupa, aku belum melupakannya. Kalau kamu mau mengenangnya kembali, aku nggak akan menghentikanmu, tapi jangan bawa-bawa aku!"Lesti juga tidak memedulikan bahwa dia masih mengandung. Dia berdiri dan langsung pergi ke sisinya Ririn sambil berusaha untuk menutup mulutnya Ririn. "Kamu sudah gila, ya? Kenapa kamu bicara tanpa melihat tempat? Kapan aku bertemu dengannya?""Dian hanya teringat akan hal itu, makanya dia menanyakannya padaku. Sudah lama sekali aku nggak berhubungan dengan pria itu. Aku juga nggak melupakan bagaimana dia memperlakukan kita, jadi untuk apa aku menghubunginya?"Dian menyilangkan tangannya sambil menyaksikan pertunjukan ini. Ternyata peran Juko lebih berguna daripada yang dia bayangkan.Tak disangka, hanya dengan mengungkit nama ini saja ekspresi ibu dan anak ini langsung berubah.Sepertinya
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen