Phillip yang berjalan di belakang Fabian juga menyaksikan adegan itu dengan jelas. 'Eh? Benar-benar pertunjukan yang menarik.''Sepertinya kehidupan Nona Besar Keluarga Sandiga ini benar-benar nggak mudah. Setiap hari dia harus berhadapan dengan dua wanita yang jago akting itu. Pantas saja, begitu menginjak usia dewasa, dia langsung pindah keluar dari rumah dan tinggal sendiri di luar.'Awalnya Phillip mengira kenyataan sudah terpampang jelas di depan mata. Namun, Fabian malah memasang ekspresi muram. Dengan langkah cepat, dia menghampiri putrinya dan bertanya dengan nada seperti menyalahkan, "Dian, mengapa kamu menindas adikmu?"Lesti menangis tanpa henti. Dengan langkah gontai, dia menghampiri putrinya dan berlutut di hadapan putrinya. Dia menangkup wajah putrinya dan meraba-raba tubuh putrinya, seakan-akan sedang memeriksa apakah ada bagian lain dari tubuh putrinya yang terluka."Ririn, beri tahu Ibu, apakah ada bagian lain dari tubuhmu yang terasa sakit?"Sambil terisak, Ririn meng
Phillip tidak tersenyum, dia hanya melontarkan beberapa patah kata. "Orang-orang di luar sana selalu mengatakan Pak Fabian adalah orang yang sangat adil. Aku nggak menyangka, kenyataannya memang begitu. Pak Fabian memperlakukan kedua putri Bapak dengan adik tanpa membedakan siapa yang merupakan putri kandung Bapak."Ekspresi Lesti langsung berubah menjadi muram. 'Apa maksud pemuda ini?''Barusan apa kata Fabian? Dia adalah Pak Phillip dari Perusahaan Sanders? Menurut informasi yang beredar di luar sana, walau masih muda, pemuda ini adalah seorang presdir yang sangat unggul. Tapi, mengapa ucapannya sangat pedas?'Tentu saja Fabian juga bisa menyadari makna tersirat dari ucapan Phillip.Dia melirik Dian, lalu melirik Phillip dengan linglung. Secara logika, seharusnya mereka berdua tidak pernah bertemu. Mengapa Phillip kedengarannya seperti sedang menyatakan protes atas ketidakadilan yang dialami oleh Dian?Dian juga mengalihkan pandangannya ke arah Phillip, lalu menundukkan kepalanya. So
"Kalau Ayah benar-benar nggak peduli padamu, bagaimana mungkin Ayah mengadakan perjamuan ini?""Ayah mengadakan perjamuan ini untuk memperkenalkanmu kepada semua orang, agar semua orang tahu kamu adalah Nona Besar Keluarga Sandiga yang sesungguhnya!"Begitu mendengar ucapan Fabian, Ririn dan Lesti langsung saling melempar pandangan. 'Apa maksudnya?'Lesti tertawa dengan sangat natural, lalu melangkah maju beberapa langkah dan menggandeng lengan Fabian."Dian, dengarkan kata-kata ayahmu, ya. Demi menghubungi tamu-tamu undangan ini, ayahmu sudah menguras banyak waktu dan pikirannya. Bahkan ayahmu sampai mengundang Pak Phillip kemari!""Walau kamu tahu kamu nggak suka acara seperti ini, bagaimanapun juga kamu sudah berusia dua puluh tahun. Kamu adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, bukankah sudah seharusnya kamu memberi sebuah contoh yang baik untuk adikmu?""Kamu jangan sampai menghancurkan reputasi Keluarga Sandiga, ya."'Cih! Benar-benar konyol! Apa kamu pikir orang luar sepertimu berhak
Phillip sedikit menganggukkan kepalanya dan berkata, "Nona Dian. Aku nggak menyangka Nona Dian yang merupakan tuan rumah juga nggak menyukai suasana di dalam."Karena sudah bertemu dengan Phillip di sini, Dian juga sudah malas untuk berpura-pura lagi. Dia meletakkan gaunnya ke bawah, lalu menepuk-nepuknya. Di tangannya, masih ada beberapa potong kue yang diambilnya di dapur tadi.Untuk memastikan penampilannya tetap terjaga dengan sempurna, hingga sekarang dia bahkan masih belum makan. Perutnya sudah lama terasa keroncongan."Ya, benar. Kamu saja nggak suka, apa aku nggak boleh nggak suka?""Tuan Phillip, sepertinya kamu sudah sedikit terlalu kasar.""Biasanya orang yang kasar yang suka mengatai orang lain kasar.""Kenapa? Apa sampai sekarang Nona Dian masih beranggapan aku yang telah merebut tempat dudukmu?""Aku mengira setelah kamu mengetahui identitasku, seharusnya kamu sudah mengerti."Sambil menggigit potongan kue itu, Dian memutar matanya dan berkata, "Apa karena kamu adalah seo
Tiba-tiba, Dian berbalik dan melemparkan seulas senyum padanya, seulas senyuman yang sangat sedih."Untung saja pendengarku adalah kamu. Kalau orang lain, semua yang kutunjukkan ini hanya kubuat-buat.""Jelas-jelas aku terlahir di sebuah keluarga terpandang, tapi aku malah terlihat nggak bersemangat hidup, bukankah kedengarannya sangat konyol?"Phillip terdiam, tidak ada tanda-tanda niat mengejek di wajahnya.Setelah terdiam cukup lama, dia baru berkata, "Kita nggak bisa menentukan untuk lahir dan menjadi anggota keluarga mana, satu-satunya yang ada dalam genggaman kita adalah nasib kita sendiri.""Kalau kamu hanya bisa merasakan tekanan dan keterikatan dari marga Sandiga, kamu akan terperangkap dalam marga itu selamanya. Tapi, kalau kamu bisa melihat marga itu sebagai pemberi dorongan untukmu, seharusnya kehidupanmu pasti sangat berbeda.""Tentu saja, sekarang Nona Dian sedang berusaha keras untuk menggapai tujuan sendiri. Mungkin kamu hanya merasa frustrasi sesaat saja, kamu nggak me
"Tuan Phillip, malam ini kamu jauh lebih elegan dibandingkan malam itu."Dian mengucapkan satu kalimat itu pada Phillip sambil tersenyum. Phillip mengangkat alisnya dan berkata, "Nona Dian juga jauh lebih lembut dibandingkan malam itu."Kedua orang itu tertawa pada saat bersamaan. Melihat pemandangan itu, Ririn makin kesal.'Sejak kapan wanita jalang itu mulai menggoda Phillip?''Jelas-jelas pria itu adalah pria pilihanku, kenapa dia begitu nggak tahu malu?!'Hanya saja, di hadapan banyak orang, dia juga tidak bisa menunjukkan kekesalannya. Dia hanya bisa menghampiri Phillip dengan seulas senyum kaku."Tuan Phillip, Tuan ke mana saja? Tadi aku sudah mencari Tuan ke mana-mana, tapi tetap nggak menemukan Tuan."Dia sama sekali tidak memedulikan Dian yang berdiri di samping pria itu, seolah-olah Dian tak terlihat. Melihat Ririn yang diam-diam mendekatinya, secara naluriah Phillip melangkah mundur dua langkah untuk menjaga jarak sewajarnya dengan wanita itu."Siapa kamu?"Begitu mendengar
Phillip berbalik dan menatapnya sambil berkata, "Nona Dian, apakah ada yang memberitahumu terkadang menunjukkan kelemahan bisa mendapatkan hasil yang lebih baik?""Kenapa kamu juga mengatakan itu padaku? Apakah karakterku benar-benar keras kepala?"Dian menunjukkan senyuman tidak berdaya. Namun, senyumannya itu langsung menyentuh hati Phillip. Phillip berkedip beberapa kali untuk menghilangkan perasaan yang tidak bisa dijelaskan itu.Senyuman wanita ini sangat cantik.Saat melihat Dian tersenyum, Phillip tiba-tiba merasa bahwa dia tidak akan ragu untuk memberikan semua hartanya pada Dian.Selama Dian bisa terus tersenyum. Tidak heran putri Keluarga Sandiga ini selalu tertutup.Selama seseorang melihat wajahnya, mereka pasti akan mengingatnya."Sebenarnya, sebelum menghadiri makan malam, temanku mengatakan hal yang sama padaku.""Aku pikir karakterku cukup baik. Pak Phillip?"Dian memandang pria yang termenung di depannya dengan rasa ingin tahu.Saat ini, Phillip baru tersadar dari lamu
Dian segera memblokir kata-katanya. Dia takut Fabian akan mengatakan sesuatu yang sembarangan.Dian sangat mengagumi Phillip. Namun, hal itu tidak berarti dia akan berpacaran dan menikah dengannya.Hanya generasi tua yang akan mengatakan kata-kata tidak menyenangkan itu.Terlebih lagi, dilihat dari kondisi keluarga mereka, apakah Phillip tidak bisa melihat bahwa mereka ingin memanfaatkannya?Mengapa Fabian ingin memperburuk situasi?Phillip selalu menunjukkan senyum tipis di wajahnya.Namun, Phillip menjadi semakin yakin bahwa dia tidak akan pernah setuju untuk bekerja sama dengan Keluarga Sandiga lagi.Perhitungan Fabian terlalu berlebihan. Jika Phillip tidak terpikat pada Dian, dia tidak akan terus bertahan di sini.Tindakan Fabian benar-benar membuat Phillip muak.Setelah Dian membujuk Fabian untuk pergi, dia meminta maaf kepada Phillip."Omong-omong, bukankah kamu bilang masih ada hal yang harus diselesaikan di perusahaan?""Kalau nggak, kamu pergilah dulu. Aku akan memberi tahu ay