Jelas-jelas Aylin sudah membantunya, tetapi Veren malah tidak terima. Diam-diam, dia mengutuk Aylin dalam hati.Kalau bukan karena kemunculan Aylin dan tidak terjadi sesuatu yang tak terduga, dia bisa menjadi wanita yang mendampingi Jason!Wanita tua Keluarga Yanuar itu juga tidak akan mengabaikan seperti sekarang ini.Karena mereka sudah berbicara seperti itu, Veren sendiri juga memang tidak bermaksud menjadi pelayan.Dia berpura-pura patuh dengan segera mencuci tangannya, lalu berdiri di samping melihat mereka bekerja.Awalnya dia ingin berdiri di samping Jason, tetapi posisi itu malah dikuasai oleh Aylin. Dia hanya bisa menjulurkan lehernya dari jarak tertentu untuk melihat ke arah sana."Wah! Kak Jason hebat sekali! Makin lama, pangsit buatan Kak Jason makin bagus!"Veren melontarkan kata-kata pujian itu dengan suara lembut, membuat Aylin menatapnya dengan dalam.Dia bukan ingin sengaja menargetkan Veren. Hanya saja, dia tidak terlalu mengerti mengapa seorang gadis yang kelihatanny
Setelah tiba di rumah sakit, Aylin tidak langsung naik ke lantai atas, Jason pun menemaninya berjalan-jalan di lantai bawah rumah sakit untuk mencerna makanannya.Makanan yang dimakannya selama beberapa hari ini tidak selezat makan malamnya hari ini, jadi dia memakan sedikit lebih banyak pangsit, sampai-sampai sekarang perutnya terasa kekenyangan."Kalau kamu merasa pangsit tadi enak, kamu bisa memakannya lagi lain kali. Untuk apa kamu memaksakan diri makan banyak, sampai-sampai sekarang perutmu terasa tidak nyaman?"Melihat Aylin tidak nyaman karena kekenyangan, Jason ingin sekali memanggil dokter untuk meresepkan sedikit obat untuknya.Aylin meliriknya dan berkata, "Apa kamu nggak lihat betapa senangnya Nenek melihatku makan dengan lahap seperti itu?""Setelah lama dirawat di rumah sakit, aku baru bisa pulang ke rumah sebentar. Melihat Kakek dan Nenek begitu antusias menyambut kedatanganku, tentu saja selera makanku juga menjadi baik.""Maksudmu, karena biasanya kamu hanya berhadapan
Jason juga sudah bisa tenang. Dia sangat memperhatikan kondisi tubuh Aylin. Selama Aylin dirawat di rumah sakit, dia juga berpesan pada pelayan di rumah untuk menyiapkan makanan-makanan bergizi untuk Aylin.Melihat indikator-indikator tubuh Aylin sudah normal, dia benar-benar sudah lega.Dengan penuh semangat, Aylin membereskan barang-barangnya sendiri, dia bahkan tidak membiarkan Jason membantunya.Melihat sosok bayangan wanita itu yang sibuk berjalan ke sana kemari, sorot matanya dipenuhi dengan kasih sayang. Hanya saja, mereka berdua tidak menyadari hal itu.Walaupun sudah bisa pulang ke rumah, tetapi tidak tahu Veren akan tinggal berapa lama lagi di kediaman Keluarga Yanuar, sedikit banyak hal itu menjadi sesuatu yang mengganjal hati Aylin.Namun, kata-kata Anisa kemarin bagaikan "suntikan imun" baginya. Tidak peduli sudah berapa lama Jason dan wanita itu mengenal satu sama lain dan ada berapa banyak kenangan di antara mereka, tetapi pada akhirnya mereka juga tidak bersama.Karena
"Nona Veren juga orang yang beruntung. Kelak, kamu pasti bisa bertemu dengan seorang suami yang benar-benar menyayangimu. Kamu nggak perlu terburu-buru dalam hal seperti ini."Veren memanfaatkan kesempatan itu untuk menggandeng lengan Anisa, lalu berkata, "Hmm, apakah aku bisa mendapat sedikit kasih sayang dari Nenek seperti Kak Aylin?""Sebenarnya, pertama kali aku melihat Nenek, aku merasa sangat dekat dengan Nenek. Aku merasakan kehangatan seperti pulang ke rumah.""Selama tinggal di sini beberapa hari, aku tetap merasakan hal yang sama. Aku merasa Nenek dan Kakek benar-benar ramah dan penyayang.""Dalam hatiku, aku merasa sangat dekat dengan kalian, tapi aku takut keberadaanku membuat kalian risih ...."Anisa sedang menunggu kepulangan cucu dan cucu menantunya, bagaimana mungkin dia punya banyak waktu luang untuk beromong kosong dengan gadis itu. Dia hanya menepuk-nepuk punggung tangan gadis itu, lalu menarik lengannya dari genggaman gadis itu."Kelak, Nona Veren juga pasti bisa be
Begitu Jason mendongak, dia mendapati hanya Veren seorang yang tersisa di depan pintu rumah mereka. Namun, dia juga tidak memedulikan hal itu.Dia membawa sebuah tas jinjing dan sebuah koper, kebanyakan isi dari tas jinjing dan koper tersebut adalah barang-barang Aylin. Sebenarnya, dia hanya membawa dua atau tiga setelan baju ganti saja.Jadi, saat Veren mengulurkan lengannya untuk membantu, Jason langsung menghindari uluran tangan wanita itu, lalu menyerahkannya kepada pelayan yang menyambutnya dan berkata, "Terlalu berat, kamu nggak sanggup mengangkatnya."Sambil memasang ekspresi cemberut, Veren mulai menggerutu, "Kak Jason, mengapa Kakek dan Nenek kelihatan seperti sama sekali nggak memedulikanmu yang merupakan cucu kandung mereka. Mereka sama sekali nggak berniat untuk menyambutmu .... Melihatmu diabaikan seperti itu, aku merasa sedih."Jason tidak mengerti apa yang perlu disedihkan oleh Veren.Paling lama dia pulang ke rumah setiap dua kali sehari, mungkin kakek dan neneknya suda
Begitu Aylin sampai di rumah, Anisa telah menyiapkan makanan lezat. Aylin merasa sangat senang.Jason duduk di sebelah Aylin. Johan dan Anisa duduk di kursi utama. Sementara, Veren langsung duduk di sebelah Jason.Selain Jason yang merasa sedikit aneh, semua orang pura-pura tidak melihatnya.Veren memiliki ambisi yang sangat kuat. Hanya Jason si pria polos itu yang masih tidak menyadarinya.Aylin sangat senang menyantap makanan ini. Selain Veren yang tidak makan banyak, semua orang sangat senang.Setelah makan malam, Jason dan Aylin naik ke lantai dua. Saat mereka pergi, Veren hanya bisa menatap punggung mereka berdua dengan tatapan tajam. Dia bahkan tidak menyadari bahwa Anisa sudah berdiri di sampingnya."Apakah ada yang salah, Nona Veren?"Veren tiba-tiba tersadar dari lamunannya. Dia menekan ekspresi kesal di wajahnya, lalu menunjukkan ekspresi lugu."Nenek, ada apa? Apakah Nenek nggak mau istirahat? Aku baik-baik saja ...."Anisa tidak ingin tersenyum lagi di hadapan Veren. "Kalau
"Nenek, aku benar-benar nggak mengerti apa yang kamu bicarakan! Aku kembali bukan hanya untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan Jason, tapi juga untuk masa depanku sendiri.""Aku sendirian di luar negeri selama bertahun-tahun. Aku tahu betul tempat itu bukanlah rumahku. Hanya saat aku kembali ke kota ini, aku baru dapat menemukan perasaan kembali ke rumah.""Nenek, apakah kamu ingin merampas hak ini dariku?"Saat dia berbicara, Veren menangis dengan ekspresi yang sangat sedih.Saat Veren menyebutkan bahwa hanya dia satu-satunya yang tersisa di keluarganya, Anisa mengerutkan keningnya."Kami sangat berterima kasih kepada kakakmu atas apa yang terjadi saat itu. Tapi, aku sudah memperjelas sikapku sejak lama. Kami bisa membalas budi kalian dengan cara apa pun yang kamu mau, tapi itu nggak boleh berhubungan dengan pernikahan Jason. Kamu juga sudah menyetujuinya dari awal. Kenapa kamu berubah pikiran sekarang?""Selama beberapa tahun terakhir, Jason terus terbang ke Negara Muriana seti
Melihat ekspresi Veren, Anisa mengerutkan keningnya. Jason pasti belum pernah melihat penampilan Veren yang begitu sembrono, bukan?"Apa kamu pikir aku takut kamu akan menghalangi hubungan mereka? Aku hanya nggak ingin kehidupan mereka sebagai pasangan muda dirusak oleh seseorang yang mempunyai motif tersembunyi.""Nona Veren, dengan pemikiranmu seperti ini, pernahkah kamu berpikir suatu hari nanti aku akan memberi tahu Jason kata-katamu ini?"Veren memanfaatkan kebaikan kakaknya untuk meminta balasan dari Jason.Sejujurnya, Keluarga Yanuar berutang budi pada kakaknya Veren. Kakaknya Veren merupakan anak yang baik. Namun, Veren sama sekali tidak terlihat seperti adik dari kakaknya itu!Karakter kedua gadis itu sangat berbeda.Terlebih lagi, sekarang Veren juga meremehkan Anisa. Anisa malah merasa ingin tertawa.Veren menyeka air matanya dengan ekspresi sedih. "Kamu bisa memberi tahu Kak Jason. Aku nggak keberatan kamu menceritakan semua percakapan di antara kita padanya, tapi ada satu
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen