Pena yang ditulis petugas polisi itu berhenti sejenak, secara tidak sengaja, dia menatap Aylin yang sedang menjawab pertanyaannya dengan serius."Begitukah? Sejauh yang kutahu, orang lain nggak berpikir demikian. Menurut kesaksian para kru, mereka semua tampaknya merasa popularitas Nona Yulia telah melampaui Anda akhir-akhir ini, mungkin saja Anda menyerangnya karena takut disusul."Aylin tersenyum sinis, "Terserah mereka kalau berpikir begitu, tapi apakah itu dapat membuktikan bahwa aku memang berpikir seperti itu?""Aku hanyalah pendatang baru, banyak orang di industri hiburan yang jauh lebih populer daripada aku. Kalau aku peduli dengan hal semacam ini, apakah aku masih bisa syuting dengan baik? Menurutku, penyelidikan nggak sepenuhnya bergantung pada spekulasi, bukan?" sambungnya.Petugas polisi di seberangnya menganggapnya masuk akal dan mengangguk.Pertanyaan lainnya hanya pertanyaan biasa, Aylin menjawabnya dengan jujur."Tugas kita berakhir di sini, kamu bisa pulang dan menungg
Jika Jason melihatnya, ekspresi seperti apa yang akan dia miliki?Tapi pada akhirnya, dia bahkan tidak menoleh.Dia seperti orang yang lewat, penghalang bagi protagonis.Akhirnya, Aylin mengangkat kakinya dan pergi dari sana tanpa bersuara.Melihat lebih jauh hanya akan menambah kekhawatirannya.Aylin pulang dengan banyak kekhawatiran, dia tidak dapat mengendalikan emosinya. Anisa segera menyadari bahwa suasana hatinya sedang buruk."Ada apa? Aylin, apa ada yang menindasmu?"Tangan Anisa yang kering dan agak kasar itu memegangi pipi Aylin. Dia melihatnya tersenyum kaku dan berkata, "Nggak apa-apa, nggak terjadi apa-apa.""Anak baik, Kakek saja tahu suasana hatimu sedang buruk, kalau ada sesuatu, beritahukan pada kami. Kamu masih muda, jangan simpan semuanya dalam hati, kami semua adalah keluargamu, kami bisa berbagi beban denganmu, ya ...."Aylin mengangguk penuh semangat. Dia takut dia akan dibuat menangis oleh Anisa yang begitu lembut."Aylin, katakan sejujurnya. Apakah wawancara di
Johan mengangkat alisnya, "Jason sudah menemanimu di lokasi syuting, tetapi mereka masih berani menyerangmu? Mereka nggak menganggap kami serius! Tunggu saja, Kakek dan Nenek harus secara pribadi ke lokasi syuting. Kita perlihatkan apa akibatnya kalau mereka berani menyinggung Keluarga Yanuar!"Johan semakin membara, hingga Anisa memberinya tatapan tajam."Masyarakat kita diatur oleh hukum. Apakah kamu mau menakut-nakuti semua kru? Coba pikirkan baik-baik. Kalaupun kamu menakut-nakuti mereka dan membuat mereka semua takut pada Aylin, apa gunanya?" kata Anisa."Hal yang paling penting adalah membuat Aylin memenangkan hati para kru dan membiarkan mereka percaya tanpa syarat bahwa Aylin nggak akan melakukan hal seperti itu," tambahnya.Apa yang dikatakan Anisa adalah poin kuncinya, Aylin menggunakan kesempatan itu untuk mengungkapkan keraguannya."Kali ini sepertinya nggak ada yang memercayaiku. Kata Jason, meskipun sejumlah kecil orang percaya padaku, mereka nggak akan berani mendukungku
Jason melambaikan tangannya, mengisyaratkan dia tidak memerlukan menu dan hanya berkata, "Sama dengan punya dia."Layla semakin gembira mendengarnya, dia segera menghentikan pelayan itu."Yang satu pastanya nggak pakai seledri, dia nggak suka seledri," kata Layla.Pelayan itu mengangguk sambil mencatat, "Oke, satu porsi biasa, satu porsi tanpa seledri, mohon ditunggu ...."Pelayan itu jelas mengira mereka berdua adalah pasangan yang datang ke restoran untuk makan siang.Layla semakin tersenyum lebar.Setelah duduk di restoran, Layla baru percaya bahwa Jason yang berinisiatif mengajaknya makan siang!Akhirnya pria ini jatuh pada pesonanya.Memangnya kenapa kalau dia sedingin es?Asalkan Layla turun tangan, tidak ada pria yang tak bisa dia taklukkan."Kamu .... Kenapa hari ini kepikiran mengajakku makan bersama?" tanya Layla.Layla tersipu dan menundukkan kepalanya, bahkan tidak berani menatap Jason. Dia tampak seperti gadis kecil yang pemalu.Jason tetap tanpa ekspresi. Dia mengetuk mej
Dia menghela napas, seolah khawatir dengan para pemeran yang suka bersaing untuk menjadi pusat perhatian."Jelas-jelas hal terpenting bagi kami para pemeran adalah kemampuan akting dan karya kami, tetapi sebagian orang punya pemikiran yang salah."Jason mengangguk, Layla melanjutkan lagi, "Setelah aku keluar dan kembali ke lokasi syuting pagi ini, aku baru tahu kalau ada yang memasukkan paku payung ke sepatu pemeran utama wanita kedua! Kakinya langsung terluka, tapi untungnya dia nggak menginjak sepenuhnya. Kalau nggak bisa merusak salah satu tendon dan kakinya bisa lumpuh! Menurutmu, apa pelakunya punya motif tersembunyi?Jason mengangguk, kemudian menjawab dengan singkat, "Memang kejam."Hanya saja ketika mengucapkan dua kata ini, dia mengangkat kepalanya dan menatap Layla.Senyuman tipis muncul di wajah Layla, sama sekali tidak menyadari makna mendalam dari tatapan Jason.Dia bergumam, "Jason, kamu benar sekali, aktris itu benar-benar kejam. Tapi ... jangan marah, orang yang kusebut
Jason hanya mengiakan ucapan Layla tanpa berkomentar.Layla makan dengan puas. Setelah makan dan hendak berpisah dengan Jason, tak disangka, Jason malah mengajukan untuk mengantarkannya pulang. Dia pun merasa sangat terkejut."Kamu benar-benar mau mengantarkanku pulang? Pekerjaan di perusahaan nggak sibuk, ya?" tanya Layla dengan wajahnya yang memerah.Jason mengangguk dan menjawab, "Pekerjaan di perusahaan nggak mendesak, aku selalu punya waktu untuk mengantarmu pulang.""Baiklah," kata Layla sambil menunduk dengan malu dan menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya untuk bersikap imut.Namun, Jason langsung berbalik untuk pergi mengemudi.Sifat pria yang tidak romantis ini membuat Layla agak kecewa, tetapi dia kembali tersenyum dan berpikir, 'Nggak apa-apa. Aku masih punya waktu semalaman.'Kalau Jason mau mengantarkannya pulang, dia harus memanfaatkan kesempatan ini!Dia harus membawa hubungan mereka ke tingkatan lebih lanjut ....Setelah Jason mengantarkan Layla hingga ke pintu r
Jason hanya menunjuk wajahnya Layla, tetapi dia tidak berniat untuk membantu Layla membersihkan wajahnya.Layla tidak punya pilihan lain selain membiarkan Jason menunggu di dalam kamar, sedangkan dia pergi membersihkan wajahnya di kamar mandi."Tunggu sebentar, ya, biar aku sekaligus seduh kopi untuk kita!" kata Layla.Jason pun menganggukkan kepalanya.Saat Layla meninggalkan kamar ini, Jason baru mulai beraksi.Tadi, dia sudah mengamati kamar ini sekilas. Kemungkinan besar, Layla menyembunyikan baju itu di kamar ini.Waktunya tidak banyak, jadi Jason langsung membuka lemari bajunya Layla.Selain lemari baju ini, Layla juga memiliki sebuah ruangan khusus yang digunakan untuk menyimpan pakaiannya ....Layla pergi memeriksa riasannya terlebih dahulu, tetapi dia tidak melihat bekas kotor apa pun di wajahnya.Dia melihat wajahnya dari samping. Apakah pria itu tidak paham dan menganggap riasan ini sebagai kotoran?Dia mengeluarkan lipstiknya dan kembali memperbaiki riasannya. Malam ini, di
Setelah berpikir sejenak, dia berencana untuk memberi tahu Aylin segalanya sambil membawakan barang buktinya ke hadapan Aylin.Sambil mengingat ekspresi Aylin menatap dirinya, Jason tidak bisa menahan diri dari tersenyum sambil meningkatkan kecepatannya.Saat Layla menghubunginya, Jason hanya meliriknya sekilas dan meletakkan ponselnya di jok penumpang tanpa memedulikannya.Wanita itu selalu berbohong, hingga Jason pun tidak bisa membedakan kebenaran ucapan wanita itu lagi.Karena dia sudah mendapatkan barang buktinya, dia tidak perlu berbicara dengan wanita itu lagi."Ahh ...."Layla mencengkeram ponselnya erat-erat, lalu akhirnya melemparkannya dengan kuat ke atas sofa."Mati sana! Kalian semua harus mati!"'Dasar pria menyebalkan! Sudah diberi kesempatan malah nggak mau!''Pasti Aylin berulah lagi! Tanpa dia, mana mungkin Jason bisa meninggalkanku sendirian?!'Tatapannya berpindah ke jas luarnya Jason yang tertinggal di atas sofa, sebuah ide pun muncul dalam pikirannya."Aylin, Jaso
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen