Teguh menganggukkan kepalanya dan berkata, "Sebenarnya bukannya nggak bisa diedit, tapi hasil editan pasti kurang bagus. Karena itulah, aku meminta staf untuk meneleponmu dan memintamu kembali ke lokasi syuting. Oh ya, bagaimana? Apa kamu sudah kenyang makan di luar?"Teguh bertanya sambil tersenyum. Aylin menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya, aku sudah kenyang! Aku akan berusaha semaksimal mungkin agar pengambilan gambar sekali saja sudah memuaskan!""Bagus!"Teguh menatap Aylin dengan tatapan senang. Dia sudah menganggap gadis itu seperti putrinya sendiri.Ada aktor dan aktris yang ingin membintangi film yang disutradarainya, tetapi mereka tidak bisa menerima permintaannya untuk mengulang pengambilan gambar berkali-kali.Mereka bahkan mengatainya "si Tua Merepotkan" di belakangnya.Dia mengetahui semua ini, tetapi dia juga tidak peduli. Dia sudah bertekad baik naskah, proses syuting maupun pemerannya, sebelum hasil akhir sebuah film selesai diproduksi, maka belum bisa dianggap se
Jason menempatkan kedua tangannya di atas kepala Aylin, lalu berkata, "Kamu benar-benar berbesar hati, ya? Bisa-bisanya kamu menyerahkan suamimu sendiri kepada wanita lain, lalu pergi begitu saja dengan pria lain."Aylin berkata, "Memangnya aku melakukan kesalahan apa? Aku hanya menghormati pilihanmu! Sebelumnya, setiap kali terjadi sesuatu pada Layla, bukankah kamu langsung pergi menemuinya? Aku tahu Layla adalah orang yang sangat penting bagimu. Aku cukup tahu diri. Aku nggak mungkin menghalangimu untuk membantu teman yang sangat penting bagimu."Jason berkata, "Kamu ...."Makin lama, Aylin makin kesal. "Hah, kamu nggak perlu khawatir, aku tahu jelas identitasku! Sekarang hanya ada kita berdua di dalam ruangan ini, nggak ada orang lain yang mengawasi kita bermesraan. Apa kamu sudah bisa melepaskanku sekarang?"Jason yang juga sudah diliputi amarah mencengkeram dagu Aylin dan berkata, "Makin lama, kamu makin pandai bersilat lidah saja, ya. Untuk apa kamu berbicara sebanyak itu? Bukank
Jason berkata, "Aku mengerti maksud Nenek, Nenek nggak perlu khawatir, ya."Setelah mendengar jawaban cucunya, Anisa baru berkata dengan puas, "Baiklah, kalau begitu aku akan menunggu kalian pulang dan makan malam bersama. Oh ya, tolong beri tahu Aylin, semua hidangan malam ini adalah makanan kesukaannya.""Hmm. Nenek, tolong pesankan pada Bibi untuk memasak sup. Dia sangat menyukai sup ikan waktu itu."Mendengar Jason mengingat makanan kesukaan Aylin, Anisa makin senang, senyuman di wajahnya sangat cerah.Begitu memutuskan sambungan telepon dengan cucunya, Anisa langsung meminta Johan untuk pergi ke dapur mengawasi para pelayan menyiapkan makan malam."Akhirnya Jason sudah mulai perhatian pada Aylin!"Anisa menghela napas lega. Sebaliknya, Johan malah merasa sebelumnya istrinya sudah mengkhawatirkan hal yang tidak perlu dikhawatirkannya. "Setelah bertemu dengan orang yang disukainya, secara otomatis dia sudah tahu caranya untuk memberi perhatian pada pasangannya. Sebaiknya kita nggak
Jason tidak berbicara, melainkan mengangkat lengannya, lalu mengusap-usap rambut Aylin dengan sangat natural ....Jelas-jelas mereka berdua menggunakan sabun mandi dengan merek yang sama. Namun, aroma tubuh Aylin jauh lebih harum daripada aroma tubuhnya.Karena Jason tidak berbicara, Aylin terpaksa berperan sebagai karakter yang periang. Dia tidak bisa membiarkan suasana di rumah ini menjadi canggung."Nenek, apa belakangan ini tenggorokan Nenek masih kering? Apa Nenek sudah meminum madu yang sebelumnya kubawakan untuk Nenek?"Anisa menganggukkan kepalanya dan berkata, "Sudah, aku sudah meminumnya. Sekarang tenggorokanku juga sudah nggak kering lagi. Aylin, madu yang kamu bawakan itu sangat bagus. Bahkan kakekmu yang nggak suka yang manis-manis saja, suka meminum madu itu."Aylin tersenyum dan berkata, "Aku mencari pemelihara lebah di pedesaan dan langsung membeli madu itu dari sana. Kalau dibandingkan dengan madu hasil olahan pabrik, madu yang kubeli itu nggak banyak bahan tambahan. M
Karena Jason sudah berbicara demikian, Aylin hanya bisa memaksakan seulas senyum dan mengatakan pada Anisa bahwa dirinya tidak terburu-buru untuk menyelenggarakan pesta pernikahan. "Nenek, masih ada banyak waktu, nggak perlu terburu-buru menyelenggarakan pesta pernikahan."Mendengar ucapan itu, Anisa merasa kasihan pada Aylin yang hanya bisa mengalah dalam hal sepenting ini. Gadis mana yang tidak pernah membayangkan pesta pernikahan sendiri? Lagi pula, Keluarga Yanuar memiliki harta yang berlimpah, tentu saja menyelenggarakan sebuah pernikahan akbar bukanlah masalah bagi mereka."Jason, letakkan ponselmu. Kamu sudah sangat jarang pulang ke rumah, tapi kamu malah meluangkan sebagian besar waktumu pada ponselmu. Memangnya apa yang perlu kamu lihat di ponselmu?"Melihat amarah Anisa benar-benar sudah meluap, Aylin buru-buru membantu Jason berbicara. "Nenek, mungkin belakangan ini ada banyak urusan di perusahaan. Karena dia memegang kekuasaan yang besar, tanggung jawabnya juga besar, nggak
Di sisi lain, setelah menerima pesan balasan dari Jason, Layla sangat senang.Awalnya dia hanya coba-coba mengirimkan beberapa pesan pada Jason. Rumahnya memang sedang mati lampu, tapi dia punya genset. Dia sama sekali tidak ketakutan seperti yang dideskripsikannya dalam pesan yang dikirimkannya pada Jason.Siapa sangka, keberuntungan sedang berpihak padanya. Jason bersedia untuk datang ke rumahnya.Hati Layla diselimuti oleh kebahagiaan. Biarpun sekarang Jason sedang bersama Aylin, memangnya kenapa? Bukankah setelah membaca pesan darinya, pria itu juga langsung datang menemuinya?Dia harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik untuk mendapatkan Jason.Sambil bersenandung dengan senang, Layla bersiap untuk menyambut kedatangan pria pujaan hatinya itu .......Di kediaman Keluarga Yanuar, Johan melihat Anisa membereskan barang-barangnya dengan cepat. Dia mengikuti istrinya dari belakang dan bertanya, "Kamu mau ke mana? Apa perlu aku mengantarmu?""Nggak perlu. Kamu bertugas untuk meng
Di sisi lain, ada sebotol anggur merah. Tanpa perlu dipertanyakan lagi, sudah sangat jelas anggur merah itu dipersiapkan untuk siapa."Eh .... Kulihat sepertinya Nona Layla sama sekali nggak ketakutan karena mati lampu. Lihatlah, Nona Layla bahkan masih bisa menyiapkan makan malam romantis seperti ini. Jelas-jelas Nona Layla sangat tenang dan santai, bukan?"Sangat jelas bahwa Layla sudah menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk mempersiapkan semua ini. Jelas-jelas hanya untuk makan dua orang, tetapi dia malah menyiapkan hidangan satu meja.Anisa berkata dengan nada menyindir, "Sudah mati lampu begini, Nona Layla masih bisa menyiapkan hidangan satu meja seperti ini, Nona Layla benar-benar seorang calon istri yang baik."Layla memang diliputi rasa gugup, tetapi di saat seperti ini dia masih tak lupa untuk "mempromosikan" dirinya sendiri. "Biasanya kalau sedang nggak sibuk kerja, aku akan pulang ke rumah dan memasak sendiri. Aku meneliti resep-resep makanan, boleh dibilang kemampuan ma
Dia memberi penjelasan dengan nada rendah, kedengaran sangat kasihan."Nyonya, aku benar-benar nggak tahu mengapa rumahku bisa tiba-tiba mati lampu. Seluruh gedung apartemen ini gelap gulita, jadi secara naluriah aku merasa ketakutan."Dia terus berusaha memberi penjelasan pada Anisa. Sangat jelas bahwa dia mengerti kekuatan dan pengaruh wanita tua di hadapannya ini. Karena Anisa sudah berbicara demikian, maka wanita tua itu pasti mampu membuat kariernya di dunia hiburan hancur.Dia tidak ingin kehilangan semua yang dimilikinya saat ini. Suatu hari nanti, setelah dia berhasil menduduki posisi Nyonya Keluarga Yanuar, dia baru membalaskan dendamnya pada wanita tua di hadapannya ini."Nona Layla, apa kamu benar-benar berpikir aku bodoh? Apa kamu pikir sebelum aku datang ke sini aku nggak melakukan penyelidikan?"Anisa melangkahkan kakinya dengan perlahan ke arah sakelar listrik, lalu menariknya ke bawah ....Dalam sekejap, seluruh apartemen itu langsung terang benderang.Anisa menatap Lay
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen