"Diantar sopir? Terus kamu?" tanya Aylin. Dari sikapnya, Jason terlihat tidak berniat pergi, "Jangan-jangan ... kamu mau naik bus denganku?" tanyanya lagi.Jason menoleh menatapnya, lalu mengangguk, "Nggak boleh?""Bukan." Aylin melihat ke sekeliling, mendekat dan berkata dengan suara rendah, "Kamu ini Direktur Grup Yanuar. Bukankah naik bus itu nggak sesuai dengan statusmu?"Melihat Aylin berbisik, Jason menyipitkan matanya sambil berkata, "Apakah di dalam bus tertulis kalau orang dengan status sepertiku nggak boleh naik?""Tentu saja, nggak ada," jawab Aylin yang kemudian kembali berdiri tegak dan tidak lagi berkomentar.Sebenarnya, dalam hati Aylin merasa senang, kemunculan Jason di sini membuktikan Layla tidak begitu penting di baginya.Setelah menunggu belasan menit, bus pun tiba, mereka berdua menaikinya.Namun, Aylin tidak menyangka, ternyata bus sangat padat, mereka terimpit di dalamnya.Aylin terimpit di sudut, dia menoleh, melihat Jason di sebelahnya.Dia tidak lagi terlihat
Tak bisa dipungkiri, ada penantian dalam hati Aylin ketika menanyakan hal ini.Dia ingin tahu, apa status dirinya di hati Jason?Jason menatapnya dalam-dalam, dia menghela napas tak berdaya, kemudian menjelaskan, "Meskipun aku dan Layla tumbuh bersama, kami bukan kekasih masa kecil, hanya teman biasa."Dia sedang memberinya penjelasan.Jantung Aylin berdetak kencang, apakah penjelasan ini membuktikan Jason sangat memedulikan perasaannya?Menyadari hal ini, Aylin dalam hati menyerukan gawat.Jika ini terus berlanjut, dia takut akan jatuh hati pada Jason.Namun, itu sama sekali tidak mungkin.Dia dan Jason berasal dari dua dunia yang berbeda, yang satu lahir di atas awan, sedangkan yang lain terinjak di lumpur.Dua orang yang sepenuhnya berbeda, mana mungkin punya masa depan?"Oke, aku mengerti." Aylin tidak mengatakan apa pun lagi, dia berjalan ke depan, lalu berkata, "Ayo, cepat, Kakek dan Nenek pasti sudah menunggu."Jason tidak terlalu puas dengan tanggapan Aylin.Dia memberi penjela
Setelah lama duduk di balkon, Aylin pergi mandi, lalu berbaring di tempat tidur, mungkin dia terlalu banyak bepergian hari ini, sehingga tertidur dengan cepat.Keesokan harinya, mereka sekeluarga sarapan bersama, tidak ada yang berubah.Setelah sarapan, Jason berangkat kerja, Aylin menerima permintaan pertemanan dari Teguh ketika menghidupkan komputer. Dia mengetik: "Halo, Pak teguh."Teguh: "Aylin, aku akan meminta asistenku mengirimkan naskah padamu, tolong kirimkan alamatmu.""Alamat." Meski tahu Jason datang bernegosiasi dengan Teguh untuknya, dia tidak tahu apakah Jason memberi tahu Teguh tentang hubungan mereka dan sejauh mana dia memberitahukannya.Jika Teguh tidak tahu, sementara Aylin memintanya mengirim naskah ke kediaman Keluarga Yanuar, bukankah semuanya akan berantakan?Aylin ragu untuk waktu yang lama sebelum akhirnya membalas: "Pak Teguh, kebetulan hari ini aku akan keluar, aku akan mengambilnya di sana."Teguh: "Oke, nanti cari asistenku saja."Aylin: "Baik."Setelah me
"Um."Jason mengiyakan, lalu berbaring di ranjang, kemudian tertidur.Malam itu, jarang sekali dia tidur dengan nyenyak.Aylin menunggunya tidur dulu, lalu berbaring di sampingnya dan ikut tertidur.Saat bangun keesokan paginya, Jason sudah berangkat ke kantor.Aylin tenggelam dalam pikirannya sendiri sambil menatapi ranjang kosong di sebelahnya.Dia akan berangkat setelah mandi, hari ini ada pemotretan poster film "Bella"."Bella" menyewa tim rias terbaik dan telah merancang sebagian konsep penampilan Aylin.Dengan persiapan awal, riasan disiapkan dengan sangat cepat.Ditambah lagi, poster yang diambil bertema statis, tidak perlu menunjukkan terlalu banyak emosi, jadi Aylin dapat bekerja sama dengan lancar.Seminggu kemudian, film "Bella" mulai syuting.Sebagai pemeran utama wanita, Aylin bangun pagi-pagi dan muncul di lokasi syuting setelah dirias."Aku memang nggak salah, "Bella" paling cocok denganmu," kata Teguh dengan puas setelah melihat penampilannya.Ketika Aylin muncul di lok
Dia dan asistennya membawakan banyak teh susu, menyerahkannya satu per satu kepada kru dan para pemeran sambil berkata, "Kalian sudah bekerja keras, hari ini sangat panas, minumlah untuk mendinginkan badan.""Kak Layla, kamu baik sekali.""Ratu Film Layla sangat profesional dan baik hati."Semua orang sangat senang menerima teh susu dan terus memuji Layla.Sebagian orang menoleh ke arah Aylin setelah memuji Layla, "Nggak kayak sebagian orang, nggak bisa berakting, mengambil posisi pemeran utama dan menyeret semua orang berjemur di bawah matahari dengannya.""Benar, ini namanya status sosial nggak sebanding dengan moral."Meski tidak menyebutkan siapa yang mereka bicarakan, siapa pun yang mendengarnya pasti mengerti.Aylin duduk di samping, memperhatikan mereka yang terlihat bahagia, tiba-tiba dia merasa tertekan. Dia berdiri, berencana pergi ke mobil untuk beristirahat sendirian sebentar."Aylin."Melihatnya pergi, Layla segera mengambil segelas teh susu dan berjalan mendekat.Hari ini
"Nggak apa-apa, cuma masalah kecil," kata Layla, berpura-pura murah hati.Satu batu menimbulkan ribuan gelombang.Setelah ucapan positifnya itu, kru di sekitar mulai memujinya satu per satu.Layla seperti bintang paling terang di antara kerumunan, tiada hentinya menerima pujian dari orang-orang di sekitar.Dan Aylin-lah pemicunya ...."Aylin, coba aku lihat naskahnya." Sambil bicara, Layla mengulurkan tangan untuk mengambil naskah di tangan Aylin. Setelah ragu-ragu sesaat, Aylin meletakkan naskah itu dan menghindari tangannya.Melihat tindakannya, dalam hati Layla mendengus, merasa Aylin tidak tahu berterima kasih, tapi masih mempertahankan senyum ramah di wajahnya, "Aylin, apa naskah ini nggak boleh dilihat? Nggak masalah, kamu bisa mendiktekannya padaku.""Terima kasih, Nona Layla, karena mau membantuku, tapi aku ingin memikirkannya sendiri untuk melihat apakah aku bisa menampilkan gayaku sendiri," tolak Aylin dengan sopan.Penolakan Aylin membuat wajah Layla berubah masam, tapi dia
Sejak awal dia tidak mengerti mengapa Teguh memilih Aylin sebagai pemeran utama wanita. Bagaimana mungkin seseorang yang tidak memiliki pengalaman akting dan tidak memiliki basis penggemar bisa menjadi pemeran utama dalam sebuah film?Setelah film dirilis, pasti tidak ada yang mau menontonnya.Setelah semua keributan hari ini, dia mengira Teguh pasti menyesali keputusannya. Jika dia muncul lagi, pemeran utama wanita "Bella" pasti akan jatuh ke tangannya.Tak disangka, dengan penampilan Aylin yang seburuk itu, Teguh masih tidak menyesali keputusannya, malah memberikan diskusi tatap muka dengannya.Asal tahu saja, dulu saat debut dan syuting film Teguh, dia dimarahi berkali-kali, tapi Teguh tidak pernah mengajaknya berdiskusi.Sedangkan Aylin, atas dasar apa!Mata Layla mengitari ruangan, dia melihat nama Aylin tertulis di meja rias sebelahnya, dengan sebuah tas di atas bangku.Kalau tidak salah menebak, tas itu seharusnya milik Aylin.Dia berdiri, lalu mengambil eyeshadow termahal dari
"Penata rias mana yang nggak profesional itu?"Teguh bahkan belum memasuki ruang ganti, suaranya sudah terdengar duluan.Pintu didorong terbuka, Teguh terlihat murka, "Kalian tahu nggak, kita semua sedang menunggu Aylin? Apa semua kru harus menunggumu menemukan palet eyeshadow?" marahnya.Suasana hati penata rias yang cemas karena tidak menemukan eyeshadow seketika berubah setelah mendengar ucapan Teguh, dia berkata,"Tapi Pak Teguh, kami menggunakan eyeshadow ini untuk riasan tadi pagi, kalau nggak ditemukan, efeknya akan berbeda.""Jadi, demi menunggu kalian menemukan palet eyeshadow, semua orang harus menunggu?" kata Teguh yang semakin marah. "Kamu tahu nggak, berapa biaya yang dihabiskan per harinya untuk syuting film ini?" sambungnya.Setelah dimarahi, penata rias itu menangis.Melihat keduanya bertengkar, Aylin segera menghampiri penata rias dan menenangkannya, "Pak Teguh hanya terlalu cemas. Kalau eyeshadow-nya nggak ditemukan, kita beli yang baru saja di sekitar sini."Sejak awa
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen