"Kamu ...." Sophia menatap tajam pada Pamela, seolah tidak punya kartu truf lain untuk digunakan. Melihat Pamela dan Agam berdiri bersama, matanya menjadi merah karena cemburu!Tiba-tiba, dia tertawa lagi sambil memegangi perutnya, lalu berkata, "Pamela, kamu begitu percaya diri karena kamu sudah melahirkan tiga anak untuk pria ini! Tapi, kamu bukan satu-satunya wanita di dunia ini yang bisa melahirkan, aku juga bisa! Sekarang, aku sedang mengandung anak suamimu!"Pamela menyipitkan mata, menatap perut rata Sophia. "Bagaimana kamu bisa hamil?" tanyanya.Mendengar pertanyaan Pamela, Sophia memandang Agam dengan ambigu, lalu menjawab, "Menurutmu bagaimana aku bisa hamil? Tentu saja pria di sebelahmu yang menginginkanku setiap malam! Kalau nggak, mana mungkin aku bisa hamil?"Pamela menoleh, menatap Agam.Agam tidak berekspresi, hanya berkata, "Nggak pernah kusentuh."Pamela mendengus pelan, lalu menatap Sophia lagi, "Dia belum pernah menyentuhmu, jadi bagaimana kamu bisa hamil? Nona Soph
Mampu memaksa pria yang tidak pernah memukul wanita hingga menendangnya, Sophia pun sepenuhnya menyerah!Semua di luar kendali, semuanya tidak bisa dikembalikan lagi!Meski kehilangan segalanya, dia tidak akan membiarkan mereka berbahagia bersama!"Kalau begitu, ke nerakalah bersamaku!"Saat Agam memeriksa apakah Pamela terluka, tiba-tiba Sophia mengeluarkan botol air mineral berukuran kecil dari sakunya, yang berisi cairan yang tidak diketahui. Dia membuka tutup botol dan meraung marah ke arah Pamela untuk menyiramkan isinya ....Saat Agam menyadarinya, mereka tidak sempat menghindar lagi, jadi Agam memeluk Pamela, melindunginya berguling menuruni tangga bersama!Cairan yang disiramkan Sophia tumpah ke lantai, mengeluarkan gelembung putih yang mengerikan ....Lemparan pertama meleset, Sophia bergegas menuruni tangga dengan sisa cairan setengah botol, bermaksud menyiramkannya pada mereka berdua!Tiba-tiba terdengar suara berdebum!Pintu tangga darurat terbuka, petugas polisi bergegas m
Begitu mendongak, dia melihat ekspresi tertekan pada wajah kecil Pamela yang kuat dan jarang menitikkan air mata itu.Perasaan Agam hancur, kancing terakhir belum terpasang, dia segera berdiri, mengangkat wajah kecil Pamela untuk menyeka air matanya. "Kenapa menangis? Aku nggak apa-apa, nggak sakit kok! Gadis bodoh, jangan menangis lagi, kalau ibumu tahu aku membuatmu menangis dan jadi nggak suka padaku, bagaimana?" katanya.Air mata Pamela mengalir tak terkendali, dia tersedak, "Kamu masih bilang nggak sakit .... Bagaimana mungkin luka seperti itu nggak sakit ...."Agam memeluk dan menghiburnya, "Agak sakit sih, tapi dengan kamu di sisiku, suasana hati Paman jadi baik, sakitnya nggak terasa lagi!"Pamela mengerutkan bibir, dengan lembut memegang lengan Agam yang terluka, memintanya untuk meletakkannya dan jangan bergerak. "Bicaramu sangat lancar! Mulai sekarang kamu harus menurut, biarkan aku melakukan debridemen dan mengoleskan obat tepat waktu!" katanya.Agam menjawab dengan patuh,
Setelah dimarahi Pamela, Jason terdiam, tapi kemudian tidak lupa menggodanya, "Dia baru saja kembali, kamu sudah melindunginya seperti ini?"Pamela mendengus, "Dia itu suamiku, siapa lagi yang kulindungi kalau bukan dia?"Melihat Pamela berbicara dengan penuh semangat, seharusnya dia baik-baik saja, barulah Jason tertawa sambil berkata, "Oke, oke! Kakak nggak berani mengatai Tuan Agam lagi, lain kali aku hanya memujinya, oke?"Pamela mengiakan, "Sebaiknya kamu jangan menindasnya!"Jason merasa difitnah, "Adikku sayang, kamu terlalu memandang tinggi kakakmu! Jangankan sekarang, sejak dulu aku nggak mampu menindasnya, dia yang selalu menghalangi jalanku, aku bahkan nggak punya kesempatan membuat perhitungan!" katanya.Pamela menjawab, "Apa boleh buat! Itu tergantung kemampuan masing-masing orang, artinya kamu masih harus bekerja keras!"Jason tertawa kesal, kemudian berkata, "Dasar kejam! Pilih suami daripada kakak! Sudahlah, Kakak susul, ya? Sekalian menyapa adik iparku yang berharga it
Agam tidak membiarkannya mengambilnya, lalu berkata dengan tegas, "Nggak perlu, aku nggak selemah itu! Cuma luka kecil, nggak perlu sepanik itu. Biarkan aku tampil dengan baik sekali lagi di depan Ibu!"Pamela mengerutkan bibir, "Kalau begitu, kamu harus tunjukkan kemampuanmu! Buat dia menyukaimu!" katanya.Agam tersenyum, "Aku pasti berusaha!"...Kembali ke kamar Quenne dirawat, Agam sekali lagi mendapat perhatian dari Quenne, Silvia dan Sonya.Bukan karena hal lain, melainkan dia telah berganti baju pasien.Agam melangkah maju dengan anggun, meletakkan hadiah di tangannya sambil berkata, "Ibu, ini hadiah kecil dariku, semoga Anda menyukainya."Quenne bersandar di tempat tidur, melihat hadiah yang diletakkan Agam, seketika dia mengerti apa yang dilakukan anak itu setelah keluar tadi.Dia keluar untuk membeli barang-barang ini!"Kamu terlalu sungkan! Kamu sengaja keluar membelinya lagi, sebenarnya nggak perlu!" kata Quenne.Agam berkata dengan sopan dan rendah hati, "Ibu yang terlalu
Pamela memandang Silvia, "Bibi, ini bukan masalah memberi pelajaran lagi. Sophia mengambil sebotol asam sulfat dan melemparkannya langsung ke arahku. Meski nggak mengenaiku, lengan Tuan Agam terluka karena cipratan cairan itu demi melindungiku! Sekarang, Sophia telah dibawa pergi oleh polisi!"Apa? Asam sulfat?Silvia, Sonya dan Quenne terkejut secara bersamaan!"Beraninya dia berbuat seperti itu!" Silvia tidak dapat memercayainya. Meski tahu Sophia melakukan beberapa hal ekstrem, dia benar-benar tidak menyangka Sophia akan melakukan hal seperti itu!Setelah terkejut, Sonya merasa sangat jijik, "Kenapa dia nggak berani? Sejak kecil Ayah memanjakannya. Apa pun yang dia lakukan, Ayah akan mendukungnya tanpa syarat dan membantunya membereskan kekacauan. Sekarang, dia terlalu percaya diri!" katanya.Quenne lebih peduli pada kondisi Pamela dan Agam. "Bulan, kamu benar-benar nggak terluka?" tanyanya.Pamela duduk di samping Quenne, mengangguk padanya, "Nggak, aku nggak terluka, Ibu nggak usa
Saat Silvia dan Sonya tiba di hotel, Theo baru saja menerima kabar penangkapan Sophia dan hendak keluar untuk menolongnya!Begitu pintu dibuka, Silvia menggandeng Sonya mengadang di depan pintu.Theo tertegun sejenak, lalu berkata, "Silvia, kenapa kamu kembali? Quenne sudah keluar rumah sakit? Sudahlah, sekarang aku harus keluar, kamu dan Sonya masuk dulu, kita bicara lagi setelah aku pulang."Silvia mengerutkan kening sambil bertanya, "Kamu mau ke mana? Mau membebaskan putrimu yang kejam itu?"Mendengar hal tersebut, Theo menghentikan langkah dan menatap istrinya sembari balik bertanya, "Kamu sudah tahu?"Silvia mendengus dan berkata "Dia melakukan hal sekejam itu, kamu masih mau menyelamatkannya? Kalau kamu menyelamatkannya, dia nggak akan menyadari kesalahannya, dia akan semakin berani melakukan apa pun yang dia inginkan!"Theo mengerutkan kening dan membela, "Silvia, Sophia memang keras kepala, tapi dia nggak keterlaluan seperti yang kamu katakan! Kali ini, dia pasti dijebak Pamela
Silvia sangat tahu karakter suaminya, membuatnya minta maaf adalah hal yang sulit, tapi dia tetap berusaha membujuknya."Irwanto! Kamu juga tahu, menahan Tuan Agam selama tiga tahun adalah kesalahan Sophia. Tuan Agam jelas-jelas punya istri dan anak, Sophia malah memisahkan mereka secara paksa, bagaimanapun kita yang bersalah! Nggak ada salahnya minta maaf!" bujuk Silvia.Theo memasang wajah tegas sambil berkata, "Meski begitu, kalau dia mau membuat perhitungan, silakan saja! Aku nggak takut! Mau aku minta maaf? Itu nggak mungkin!""Kamu ...." Silvia benar-benar tak berdaya, "Apa lagi yang harus kukatakan padamu? Apa kamu harus membuat kedua belah pihak bertarung sampai mati? Quenne dan aku adalah teman baik, sikapmu benar-benar membuatku malu!"Theo mengerutkan kening, tidak mampu melepaskan harga dirinya yang tinggi, diam tak bersuara.Sonya yang sejak tadi berdiri diam di samping tiba-tiba mendekat, menatap ayahnya dari dekat, lalu membuat suara, "Bleqbleqbleq!"Theo tertegun, menat
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen