Sonya sudah diantar pelayan kembali ke mejanya."Permisi, barusan gadis kecil kalian tersesat, dia pergi ke lantai atas. Untung saja nggak keluar dari restoran, ada banyak mobil di luar, sangat berbahaya."Silvia melihat putranya diantar kembali oleh pelayan, awalnya dia terkejut, kemudian merasa tidak berdaya, lalu tersenyum malu sambil berkata, "Terima kasih! Sudah merepotkanmu!"Pelayan menjawab dengan sangat sopan, "Sama-sama, ini sudah menjadi tanggung jawab kami."Setelah bicara, dia undur diri, tidak mengganggu mereka lagi.Setelah pelayan pergi, Silvia menarik Sonya untuk menceramahinya, "Sonya, ada apa denganmu? Bukannya makan, untuk apa ke atas sendirian?"Sonya mengernyitkan bibir, "Aku ... aku penasaran, jadi ke atas untuk melihat-lihat ..." jawabnya.Heri yang duduk di samping Alex menatap Sonya dengan rasa bersalah, dia takut Sonya akan mengkhianatinya.Silvia berkata dengan kesal, "Kenapa kamu serba ingin tahu? Kamu menyelinap ke atas sendirian tanpa memberi tahu orang t
Mendengar ucapan Sophia, Sonya memelototinya sambil berkata, "Kamu tuh yang bisa ditipu dengan beberapa butir permen! Aku bukan anak umur tiga tahun, juga nggak suka makan permen!"Sophia tersenyum menyindir, "Oh? Benarkah? Kalau begitu coba ceritakan pada kami, orang seperti apa yang bisa membuatmu mencapnya sebagai orang super baik hanya dalam beberapa menit?"Sonya mendengus, "Tentunya bukan dalam beberapa menit membuatku merasa dia orang baik, karena aku sudah lama mengenalnya, aku sangat yakin dia orang yang super baik!"Silvia melihat putrinya agak menggila, dia menariknya dengan gelisah dan bertanya, "Sonya, cepat katakan, sebenarnya siapa yang bisa membuatmu merasa dia begitu baik?"Sonya melirik Sophia dengan jijik, lalu menatap Silvia sambil menjelaskan,"Ibu, apa Ibu ingat beberapa tahun lalu ketika Ibu bertengkar dengan Ayah, Ibu membawaku kabur dari rumah, Ibu mengalami kecelakaan, lalu ada yang mendonorkan darah untuk menyelamatkanmu? Aku baru saja bertemu dengannya di lan
Sonya bersikeras, "Ayah, aku nggak sembarangan bicara, aku benar-benar menemukan penyelamat Ibu! Sophia mencurigaiku, kenapa aku harus minta maaf? Aku nggak keberatan kalian pilih kasih padanya selama ini, sekarang malah ikut dia menindasku. Uh! Kalau bukan karena Ibu menyukaimu, aku nggak akan mengakuimu sebagai ayah!"Theo dibuat kesal putri bungsunya, "Kamu ...."Silvia menepuk pundak putrinya sambil berkata, "Sonya, kamu ini, kenapa bicara begitu pada Ayah!"Meskipun tidak membantah ibunya, Sonya tetap memasang wajah marah dan bertekad untuk tidak menyerah.Melihat ekspresi putri bungsunya saat ini, Theo merasa temperamen anak itu sama persis dengan dirinya saat masih kecil, jadi dalam hatinya dia tidak marah, hanya mengerutkan kening."Cukup, tadi Ayah kurang teliti! Sekarang Ayah dan Ibu akan naik ke atas untuk menemui penyelamat itu, kalau kami yakin memang dia orangnya, Ayah dan Kak Sophia akan minta maaf padamu, tapi kalau menurut Ayah orang itu nggak bisa diandalkan, kamu har
Namun, mana mungkin tindakan kecil kedua anak itu luput dari perhatian Alex? Dia menunduk dan berkata dengan nada yang sangat tenang, "Kalau ada yang mau dibicarakan, katakan saja langsung, bagaimana kalian bisa memahaminya hanya dengan bahasa kedipan?"Kedua anak itu tertegun mendengar ucapan Alex, kemudian keduanya menatap Alex dengan ekspresi bersalah dan canggung.Heri tersenyum kecil sambil berkata, "Ayah, kami ... nggak sedang bicara."Alex menyipitkan matanya penuh wawasan, "Sekarang nggak ada orang lain, bicaralah! Apakah kalian berdua mendiskusikan sesuatu saat pergi ke toilet bersama tadi?"Heri tahu Ayah sudah mengetahui semuanya, jadi dia menoleh dan bertukar pandang dengan Sonya untuk bertanya apakah dia boleh mengatakannya ....Sonya anak yang jujur. Setelah memikirkannya, dia berkata, "Kak Alex, jujur, kami berdua memang mendiskusikan sesuatu ketika pergi ke toilet tadi!"Alex menatap Sonya. "Um, masalah apa?" jawabnya.Sonya menjawab, "Sebenarnya, aku sudah tahu kalau '
Heri tertegun, memiringkan kepala kecilnya dan bertanya, "Kenapa nggak? Apa Ayah nggak ingin bertemu Kak Kevin?"Siapa yang tidak ingin bertemu dengan anak sendiri?Hanya saja situasi saat ini sudah dirusak oleh kedua anak ini, dia tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya ....Alex berkata dengan suara dalam, "Bukankah kita sudah sepakat nggak ada yang boleh tahu kalau kamu bukan Kevin? Kenapa Sonya yang baru pulang bisa langsung tahu?"Heri tampak tak berdosa, dia melambai, "Bukan, bukan aku yang membocorkannya, Bibi yang menyadarinya sendiri ...."Sejujurnya, bisa dikatakan Heri yang membocorkannya sedikit, tapi dia takut Alex akan marah, jadi tidak berani mengakuinya.Sonya juga tidak ingin Heri disalahkan akan hal ini, jadi dia mengaku dengan berani, "Kak Alex, jangan salahkan dia! Benar-benar bukan dia yang memberitahuku, aku yang menyadarinya sendiri!"Alex mengalihkan pandangannya pada Sonya, "Bagaimana kamu menyadarinya?"Sonya menjawab, "Um .... Mungkin dari si
Pamela duduk di seberang Alex dengan tangan menopang dagu, menatapnya samar sambil berkata, "Kakak Tampan, barusan mau kirim pesan ke siapa? Jangan-jangan untukku?"Alex kembali sadar, dia melirik ke atas untuk memastikan Sophia dan ayahnya belum kembali, setelah itu barulah dia mengendurkan ketegangannya dan kembali menatap Pamela sambil berkata dengan serius, "Sudah, jangan iseng, sekarang juga bawa Kevin pergi dari sini, jangan sampai ayahnya Sophia menemukanmu! Cepat pergi!"Pamela mengerucutkan bibirnya, lalu tersenyum sambil berkata, "Apa yang kamu takutkan?"Melihat sikapnya yang tidak serius, Alex mulai panik, "Aku nggak sedang bercanda denganmu!"Pamela tersenyum sambil berkata, "Aku tahu. Jangan khawatir, aku punya rencana."Rencana? Rencana apa?Kalau punya rencana, dia tidak akan berani duduk di sini!Saat Pamela berbicara dengan Alex, Kevin yang duduk di sisi Pamela tepat berhadapan dengan Heri yang duduk di sisi Alex, mereka saling memandang ....Luar biasa, mereka seakan
Pamela memandang Sonya dengan penuh minat, "Um? Apa yang kamu bicarakan? Apanya yang berbeda?"Sonya terlihat takjub dan berkata, "Sikap Kak Alex padamu benar-benar berbeda dengan sikapnya pada Sophia!"Pamela sangat tertarik pada ucapan Sonya, dia menopang dagunya, menggerakkan aslinya. "Oh ya? Beda di mana? Coba katakan, aku ingin dengar," katanya.Rasanya Alex sudah ingin memukul meja, kalau bukan karena tidak bisa berdiri, dia pasti sudah membopong gadis kecil itu pergi dari sana!"Pamela! Kamu ....!""Sst!" Pamela meletakkan satu jari di depan bibirnya, memberinya tatapan yang mengatakan jangan khawatir dan menyuruhnya tenang, kemudian menatap Sonya sambil berkata, "Ayo, bicarakan topik tadi!"Sonya sangat senang mengobrol dengan Pamela, dia berkata pada Pamela, "Kak Alex sangat gugup dan peduli padamu, sikapnya pada Sophia sangat acuh tak acuh, Kak Alex hampir nggak pernah berinisiatif untuk berbicara dengan Sophia, tanggapan terhadap Sophia juga sangat dingin! Aku nggak mengerti
"Ayahku selalu merasa bersalah pada Sophia, karena saat ibunya Sophia sakit, Ayah sedang di luar negeri, dia nggak sempat kembali ..." lanjutnya."Jadi, dia terus merasa berutang pada Sophia dan berusaha menebus kekurangannya," sambungnya lagi."Sedangkan Sophia serakah, dia selalu memanfaatkan kasih sayang serta rasa berutang Ayah padanya dan memaksa Ayah melakukan perbuatan jahat untuknya," tambahnya lagi."Kakak Penyelamat, aku harap kamu bisa membalas Sophia, membuatnya membayar harga yang sepantasnya! Orang jahat harus dihukum!" lanjutnya lagi.Pamela memandang Sonya dengan kagum, merasa anak ini memiliki rasa keadilan, dia benar-benar bisa membunuh kerabatnya demi keadilan!"Kalian berdua sudah cukup belum mengobrolnya?"Suara Alex yang tidak sabar dan tegas, sekali lagi menyela percakapan antara dua gadis itu.Pamela mengerutkan kening sambil menjawab, "Belum tuh! Aku merasa berjodoh dengan adik kecil ini, aku ingin mengobrol lebih banyak dengannya sebelum pergi."Alex mengerutk
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen