Pamela memandang Sonya dengan penuh minat, "Um? Apa yang kamu bicarakan? Apanya yang berbeda?"Sonya terlihat takjub dan berkata, "Sikap Kak Alex padamu benar-benar berbeda dengan sikapnya pada Sophia!"Pamela sangat tertarik pada ucapan Sonya, dia menopang dagunya, menggerakkan aslinya. "Oh ya? Beda di mana? Coba katakan, aku ingin dengar," katanya.Rasanya Alex sudah ingin memukul meja, kalau bukan karena tidak bisa berdiri, dia pasti sudah membopong gadis kecil itu pergi dari sana!"Pamela! Kamu ....!""Sst!" Pamela meletakkan satu jari di depan bibirnya, memberinya tatapan yang mengatakan jangan khawatir dan menyuruhnya tenang, kemudian menatap Sonya sambil berkata, "Ayo, bicarakan topik tadi!"Sonya sangat senang mengobrol dengan Pamela, dia berkata pada Pamela, "Kak Alex sangat gugup dan peduli padamu, sikapnya pada Sophia sangat acuh tak acuh, Kak Alex hampir nggak pernah berinisiatif untuk berbicara dengan Sophia, tanggapan terhadap Sophia juga sangat dingin! Aku nggak mengerti
"Ayahku selalu merasa bersalah pada Sophia, karena saat ibunya Sophia sakit, Ayah sedang di luar negeri, dia nggak sempat kembali ..." lanjutnya."Jadi, dia terus merasa berutang pada Sophia dan berusaha menebus kekurangannya," sambungnya lagi."Sedangkan Sophia serakah, dia selalu memanfaatkan kasih sayang serta rasa berutang Ayah padanya dan memaksa Ayah melakukan perbuatan jahat untuknya," tambahnya lagi."Kakak Penyelamat, aku harap kamu bisa membalas Sophia, membuatnya membayar harga yang sepantasnya! Orang jahat harus dihukum!" lanjutnya lagi.Pamela memandang Sonya dengan kagum, merasa anak ini memiliki rasa keadilan, dia benar-benar bisa membunuh kerabatnya demi keadilan!"Kalian berdua sudah cukup belum mengobrolnya?"Suara Alex yang tidak sabar dan tegas, sekali lagi menyela percakapan antara dua gadis itu.Pamela mengerutkan kening sambil menjawab, "Belum tuh! Aku merasa berjodoh dengan adik kecil ini, aku ingin mengobrol lebih banyak dengannya sebelum pergi."Alex mengerutk
Senyum tipis muncul di bibir Alex. "Meskipun nggak mengingatnya, reaksi naluriah orang nggak bisa berbohong. Aku masih tergerak olehnya," jawabnya.Sonya sepertinya mengerti, dia pun menanggapi, "Kak Alex, itu karena kamu punya selera yang bagus. Sekalipun kamu nggak ingat Kakak Penyelamat, selama ini kamu nggak pernah dibuat bingung oleh wanita busuk seperti Sophia. Aku mengagumimu!"Alex mengatupkan bibirnya, lalu berkata, "Terima kasih atas pujianmu. Orang tuamu dan Sophia akan segera kembali, aku harus merepotkanmu untuk nggak mengungkapkan apa yang baru saja terjadi."Sonya mengangguk, "Tenanglah! Aku berpihak pada kalian!"...Theo bersama istrinya mencari ke lantai atas, menuju Ruang Gunung Hijau yang disebutkan putri sulungnya.Namun, yang mereka lihat adalah pelayan yang sedang membersihkan sisa makanan ....Pelayan berkata para tamu di ruang pribadi sudah selesai makan dan pergi.Theo dan Silvia merasa kecewa, tadinya mereka mengira ucapan Sonya kemungkinan benar, kalaupun sa
"Lalu, apa kamu sudah bertemu dengannya?"Wanita itu menjawab, ".... Belum."Alis Silvia berkerut karena khawatir, "Huh .... Karena anak itu sudah ditemukan, kenapa kamu nggak menemuinya? Aku tahu sebenarnya kamu selalu memikirkan anak itu!"Suara wanita itu semakin rendah, "Aku nggak tahu bagaimana menghadapinya, aku nggak ingin mendengar dia membahas apa pun tentang keluarga itu. Dia juga sangat hebat. Kadang-kadang aku melihat kabar terbarunya di berita keuangan, aku sudah sangat puas."Silvia menghela napas, "Kalau kamu benar-benar berpikiran seperti itu, sekarang kamu nggak akan mengalami insomnia dan meneleponku untuk mengobrol! Quenne, sebenarnya kamu tahu, selain putramu, pria dari keluarga Yanuar juga selalu mencarimu, Di hatinya masih ada kamu, demikian juga di hatimu masih ada dia, 'kan?"Nada suara wanita itu tiba-tiba berubah sinis, "Di hatinya masih ada aku? Kalau memang begitu, apa dia akan menikah lagi dengan wanita lain? Nggak usah membelanya!"Silvia berkata, "Tapi ku
Alex melihat ekspresi Theo dengan ujung matanya, dia dengan sengaja mengubah topik, "Kenapa? Apa kalian nggak bertemu dengan penyelamat itu?"Sophia juga menarik kursi dan mendudukinya, tatapannya tertuju pada Sonya yang sedang makan dan minum dengan lahap, dia mengeluh, "Bertemu apanya? Ruangan itu sudah kosong, mereka sudah selesai makan dan pergi! Sepertinya Sonya kurang kerjaan, sengaja mempermainkan kami!"Sonya tertegun, mengerutkan kening dan menatap tajam ke arah Sophia yang jahat, lalu tanpa sadar melirik ke arah Alex ....Alex terlihat biasa saja di luar, tapi dalam hatinya diam-diam memuji Pamela. Pantas saja tadi dia duduk dengan tenang di sini, ternyata dia datang dengan persiapan dan sudah membereskan lantai atas!Di bawah hasutan Sophia, Theo benar-benar merasa Sonya sengaja mempermainkan mereka, dia mendengus dengan tidak senang, lalu berkata, "Sonya, sejak kapan kamu belajar mengerjai orang?Sonya berpikir sejenak, dia ingin membalas, tapi dia tiba-tiba merasakan mata
Setelah keluar, mereka duduk di mobil Jason, menunggu Pamela dan Heri, kemudian melihat Alex sedang makan di lantai pertama restoran!Mana mungkin Olivia bisa tenang? Selama ini dia mengira Agam tidak akan muncul lagi di kehidupan ini, sekarang dia melihat Agam masih hidup, rasanya dia tidak akan percaya sebelum menyentuhnya!"Apa kalian nggak melihatnya? Itu Kak Agam! Kak Agam sudah kembali! Cepat lepaskan aku, biarkan aku masuk dan menanyakan keberadaannya selama tiga tahun ini," kata Olivia.Ariel menaikkan kacamata berbingkai emasnya, mengingatkannya secara rasional, "Kami semua melihatnya! Sebelum masuk, kamu harus lihat dulu siapa yang duduk di hadapan kakakmu?"Mendengar peringatan Ariel, Olivia baru memperhatikan sekeliling, dia melihat wanita yang duduk di seberang Agam adalah Sophia yang menyebalkan. Olivia pun semakin kesal."Huh! Aku sudah tahu, ini pasti ulahnya Sophia, benar saja 'kan! Beraninya dia menyembunyikan kakakku selama tiga tahun, dasar wanita busuk! Lihat saja
Semua orang punya pertanyaan yang sama dengan Adsila.Jason mencubit alisnya sambil berkata, "Karena dia telah kehilangan ingatannya, juga dikendalikan oleh Sophia selama bertahun-tahun dengan obat-obatan yang nggak diketahui. Otot-otot di kakinya telah mengalami atrofi parah. Terlebih lagi, Theo akan melakukan apa saja untuk putrinya, jadi pamanmu nggak berani melepaskan diri dari kendali Sophia sebelum mendapatkan kembali kekuatan fisiknya."Ternyata begitu ....Olivia mengepalkan tinjunya, berharap bisa masuk dan membunuh Sophia si wanita jahat itu!...Saat ini dalam toilet ....Silvia menarik Sonya ke toilet, kemudian mulai memarahinya, "Sonya, kenapa tadi kamu berbohong padaku dan ayahmu?"Ekspresi Sonya sangat rumit, dia merasa tertindas karena sebenarnya dia tidak berbohong ....Hanya saja demi masa depan Alex dan Pamela, dia tidak bisa membela diri sekarang.Melihat Sonya tidak bicara, Silvia semakin marah, dia mengira Sonya sama sekali tidak merasa bersalah!"Sonya, Ibu berta
Alis gadis ini terlihat agak familier...."Kamu siapa? tanya Silvia penuh keraguan pada Pamela yang muncul secara tiba-tiba.Pamela menggandeng kedua anak itu dan tersenyum pada Silvia sambil berkata, "Seharusnya aku nggak ikut campur, tetapi mendengar Anda telah salah menyalahkan putri Anda, aku nggak bisa menahan diri untuk menghentikannya."Ketika Sonya melihat kemunculan Pamela yang tepat waktu, kesedihan yang menumpuk di hatinya akhirnya terhibur, "Kakak Penyelamat, aku ... aku nggak mengkhianatimu dan Kak Alex ..." katanya.Pamela menunduk, menatap Sonya dengan tatapan lembut, lalu mengangguk padanya sambil berkata, "Um, aku tahu. Kamu sangat hebat. Tapi kamu nggak perlu membiarkan ibumu salah paham padamu demi kami."Silvia bingung, tetapi melalui ucapan putrinya yang menyebut Kakak Penyelamat, dia kira-kira bisa menebak identitas Pamela.Wanita ini mungkin adalah penyelamat yang Sonya sebut telah mendonorkan darah untuk menyelamatkan hidupnya beberapa tahun yang lalu!Namun, ke
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen