Heri melihat sekeliling dengan hati-hati, kemudian berkata, "Aku bukan mau kabur, aku hanya ingin naik ke lantai atas restoran untuk melihat-lihat. Aku akan segera kembali!"Sonya semakin tidak mengerti, "Apa yang mau kamu lihat di atas?"Heri menjawab, "Kamu juga tahu, aku bukan Kevin! Tadi sepertinya aku mendengar suara ibuku dari lantai atas, jadi aku ingin melihat apakah ibuku juga ada di sini."Sonya terkejut, "Ibumu ada di sini?"Heri mengangkat satu jari sebagai isyarat agar Sonya merendahkan suaranya, "Aku juga nggak yakin, makanya aku ingin naik dan memeriksanya! Bibi, boleh nggak kamu membantuku, biarkan aku naik ke atas, aku akan segera kembali!"Sonya menyentuh dagunya, berpikir sejenak, lalu berkata dengan tegas, "Nggak boleh!"Heri mengerutkan alisnya, merasa kecewa, "Kenapa nggak boleh?" tanyanya.Sonya menjawab, "Karena aku sudah janji pada ayahmu akan mengawasimu dengan baik dan nggak membiarkanmu berkeliaran."Heri berkata dengan cemberut, "Aku nggak akan berkeliaran,
Heri mengernyitkan bibir, "Tapi aku ingin melihatnya sendiri," katanya.Sonya mengangkat satu jari dan mengayunkannya di hadapan Heri sambil berkata, "Nggak boleh! Sekarang kamu cuma punya dua pilihan, pertama, aku yang ke atas untuk memeriksanya, kedua, kita kembali sama-sama, nggak ada yang boleh ke atas."Heri tidak punya pilihan selain berkompromi, "Oke! Pergilah!"Sonya tersenyum lebar sambil berkata, "Begitu dong! Kamu harus percaya dengan kemampuan bibimu ini!"...Alex terus menatap toilet, dia bahkan tidak memedulikan Sophia yang mengambilkan sayur untuknya, sampai melihat putranya berjalan keluar dari kamar mandi dan kembali ke meja."Kevin" sudah kembali, Alex pun merasa lega, tapi Silvia justru merasa curiga, "Kevin, kenapa kamu kembali sendirian? Mana Sonya?""Kevin" menjawab, "Tadi Bibi bilang dia sakit perut, ingin BAB, jadi memintaku kembali duluan."Silvia tak berdaya mendengarnya. Dasar Sonya! Semua orang sedang makan, dia malah mengajarkan Kevin mengatakan BAB, tidak
Begitulah, setelah mencari hingga tujuh atau delapan ruang pribadi berturut-turut, tidak ditemukan wanita yang dicurigai sebagai ibunya "Kevin". Sonya mulai berpikir bahwa "Kevin" mungkin mendengar halusinasi karena terlalu merindukan ibunya.Pelayan itu mulai kesal, dia bertanya, "Adik, apakah kamu masih ingat di sisi mana jendela ruangan ibumu berada?"Jika bisa mengetahui ruang pribadi ibunya menghadap ke selatan atau utara, dia tidak perlu mengetuk semua pintu dan mengganggu lebih sedikit tamu.Karena tidak semua tamu dalam ruang pribadi bersikap ramah, beberapa tamu terlihat tidak senang padanya ketika melihat dia datang bukan untuk menyajikan makanan tetapi mencari seseorang. Dia takut ada tamu yang mengeluh ....Sonya menggeleng, "Aku ... aku nggak ingat."Pelayan itu menghela napas tak berdaya, "Baiklah, kita lanjut cari."Setelah itu, dia mengetuk satu ruang pribadi lagi, kali ini tidak ada respons dari dalam, melainkan ada yang langsung membukakan pintu untuk mereka.Orang it
"Hah?" Pelayan pria itu tampak terkejut, "Bukan dari ruangan ini? Tapi, gadis kecil ini bilang dia dari ruangan ini. Dik, sebenarnya kamu dari ruangan ini atau bukan?" tanyanya kebingungan.Sonya mendongak menatap Justin dengan ekspresi menyedihkan, tidak bicara.Justin kasihan pada gadis kecil ini, "Salah orang, 'kan?" tanyanya.Sonya menggeleng ....Pelayan pria itu kesulitan, "Tuan, coba tanya teman-teman Anda, apakah ada yang kenal dengan gadis kecil ini?"Justin menjawab, "Nggak mungkin! Mana mungkin aku nggak mengenali anak-anak di keluarga kami, gadis ini pastinya bukan dari ruangan kami."Pelayan pria itu berkata, "Um .... Baiklah kalau begitu. Maaf, mengganggu. Dik, kamu pasti salah, ayo, kita cari ke ruang sebelah lagi."Sambil bicara, pelayan itu ingin menggandeng Sonya pergi.Namun, Sonya bersikeras berdiri di sana, tidak ingin pergi, pelayan berkata tak berdaya, "Dik, kamu salah orang, ibumu nggak di ruangan ini, mereka nggak mengenalmu ...."Saat ini, Justin juga membawa
Pamela menjawab pelayan itu, "Bukan kami yang membawanya kemari, tapi dia bilang mengenalku, aku akan bicara dengannya dulu, siapa tahu aku mengenal keluarganya. Sementara, kamu coba tanya ruangan lain dulu, apakah ada yang kehilangan anak, kalau sudah ketemu baru jemput dia di sini."Pelayan itu setuju, dia mengangguk, meninggalkan Sonya di sana, lalu berbalik keluar ruangan untuk melanjutkan pencarian ....Pamela menunduk, menatap gadis kecil yang tidak dia ingat, lalu berkata, "Masuklah dulu."Itu memang keinginan Sonya, dia segera mengikuti Pamela ke dalam ruangan.Ekspresi Kevin terlihat kurang baik, dia mengerutkan alis dan mengernyitkan bibir.Justin menyadari kejanggalan pada ekspresi Kevin, dia menjentikkan kepala Kevin sambil bertanya, "Apa yang kamu pikirkan?"Kevin tersadar kembali, dia melihat keluar dengan tatapan rumit, sepertinya sudah menebak kalau Alex juga ada di restoran ini, tapi dia tidak tahu bagaimana menyampaikannya pada Justin, sehingga hanya menggeleng ....J
"Kak, namaku Sonya Hanza, sekitar empat tahun lalu .... Suatu hari, ayah dan ibuku bertengkar, karena kesal, ibuku membawaku kabur dari rumah. Di tengah jalan, kami mengalami kecelakaan, lalu dibawa ke rumah sakit dan memerlukan transfusi darah ..." kata Sonya."Karena golongan darah Ibu langka, saat itu nggak ada stok darah yang mencukupi di rumah sakit, jadi dibutuhkan pendonor darah yang mendesak untuk ibuku," sambungnya."Kakak muncul tepat waktu untuk mendonorkan darah, sehingga dokter berhasil menyelamatkan kembali nyawa ibuku," lanjutnya."Kemudian kami baru tahu, ternyata Kakak yang waktu itu sedang hamil, malah bersedia mendonorkan darah untuk ibuku!" tambahnya.Mendengarkan Sonya menceritakan detail insiden tersebut, mata semua orang tertuju pada Pamela, mereka menghormati, mencintai, juga merasa kasihan padanya ....Pamela juga akhirnya teringat pada kejadian itu, waktu itu darahnya tidak cukup, suster juga menolak mengambil darahnya ketika mengetahui dirinya hamil, jadi dia
Melihat pelayan menggandeng Sonya, Pamela pun melepaskan genggamannya, membiarkan pelayan itu membawa Sonya pergi ....Setelah itu, semua orang tidak terlalu memedulikannya lagi, hanya menasihati Pamela agar tidak membahayakan diri sendiri demi menyelamatkan orang yang tidak dikenal.Sebaliknya, Pamela masih curiga, Sonya sama sekali tidak terlihat seperti anak yang bodoh, bahkan terlihat sangat cerdas dan pandai berbicara, mana mungkin jelas tahu keluarganya duduk di lobi, dia malah naik ke atas untuk mencari mereka?Pasti ada sesuatu yang tersembunyi ....Saat tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba Pamela menyadari "Heri" sedang diam-diam menyelinap keluar ....Pamela mengerutkan alis, dia tidak menghentikannya, sebaliknya mengamati dengan tenang, bangkit dan mengikuti "Heri".Kevin mendengar pelayan tadi mengatakan Sonya sekeluarga duduk di lobi lantai bawah, dia menebak ayahnya ada di sana, jadi bermaksud turun untuk melihatnya ....Setelah keluar, dia mempercepat langkahnya, mengej
Sonya sudah diantar pelayan kembali ke mejanya."Permisi, barusan gadis kecil kalian tersesat, dia pergi ke lantai atas. Untung saja nggak keluar dari restoran, ada banyak mobil di luar, sangat berbahaya."Silvia melihat putranya diantar kembali oleh pelayan, awalnya dia terkejut, kemudian merasa tidak berdaya, lalu tersenyum malu sambil berkata, "Terima kasih! Sudah merepotkanmu!"Pelayan menjawab dengan sangat sopan, "Sama-sama, ini sudah menjadi tanggung jawab kami."Setelah bicara, dia undur diri, tidak mengganggu mereka lagi.Setelah pelayan pergi, Silvia menarik Sonya untuk menceramahinya, "Sonya, ada apa denganmu? Bukannya makan, untuk apa ke atas sendirian?"Sonya mengernyitkan bibir, "Aku ... aku penasaran, jadi ke atas untuk melihat-lihat ..." jawabnya.Heri yang duduk di samping Alex menatap Sonya dengan rasa bersalah, dia takut Sonya akan mengkhianatinya.Silvia berkata dengan kesal, "Kenapa kamu serba ingin tahu? Kamu menyelinap ke atas sendirian tanpa memberi tahu orang t
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen