Pamela menoleh untuk melihat ke luar jendela sambil memijit pelipisnya. "Dengan kata lain, kali ini kamu nggak mendapatkan informasi apa pun."Jason berkata, "Nggak, aku masih mendapatkan sesuatu."Mata kecewa Pamela kembali cerah. "Apa itu?"Jason menatap mata adiknya dengan serius. "Aku mendengar suara Berenice di telepon. Aku nggak salah dengar, itu suara Ibu! Aku yakin nggak ada nada, intonasi dan kata-kata dari setiap suara yang persis sama di dunia ini!"Mata Pamela terlihat bergetar. "... Benarkah? Apakah itu Ibu?"Jason mengangguk. "Aku yakin itu Ibu."Mata Pamela menjadi merah. "Ibu, dia ... masih hidup ...."Melihat adiknya seperti ini, Jason mengangkat tangannya dan mengusap kepala adiknya dengan sedih. "Ya, Ibu masih hidup."Pamela menatap Jason, "Tapi kenapa dia nggak ingin bertemu denganmu? Apakah dia tahu bahwa kamu ingin bertemu dengannya?"Jason menggelengkan kepalanya. "Dia nggak tahu itu aku. Aku nggak membiarkan temanku mengungkapkan identitasku."Pamela menarik nap
Ibunya, anak dan Agam ....Terdengar suara gerumuh dari luar ruangan, serta suara anak-anak yang melompat-lompat dan berceloteh.Ada yang datang lagi!Jason tidak memperhatikan pergerakan di luar. Dia hanya memeluk Pamela dengan lembut, menikmati ketergantungan jangka pendek dari adiknya.Sebelumnya dalam situasi ini, Pamela akan mendorongnya tanpa ampun. Namun, sekarang dia jarang-jarang menerima pelukan Jason seperti ini!Namun, masa-masa indah itu tidak berlangsung lama. Saat ini, pintu tiba-tiba terbuka ...."Kak Pamela! Aku dan anak-anak sudah datang! Kak Pamela ... ah! Apa yang kamu lakukan?"Suara Olivia yang sangat kencang itu mengejutkan Pamela.Olivia tidak bisa melihat wajah Jason. Begitu dia membuka pintu, dia melihat Pamela bersandar di lengan seorang pria.Meskipun Olivia bukan laki-laki, dia juga tidak memiliki pemikiran khusus tentang kakak iparnya. Satu-satunya kakak iparnya itu disentuh oleh laki-laki lain!Bahkan demi kakaknya, Olivia tidak bisa bersikap acuh tak acu
"Baiklah, aku akan menemui anak-anak!"Saat berkata, Pamela keluar dari pintu. Olivia secara alami mengikuti kakak iparnya.Jason mencubit alisnya, lalu mengikuti mereka dengan perlahan ....Begitu Pamela keluar, dia melihat ketiga anaknya mengelilingi Justin meminta makanan ringan. Dalam perjalanan kemari, Justin pasti membelikan mereka banyak makanan ringan."Bawa kemari, aku sita semuanya! Jangan beri mereka terlalu banyak makanan ringan."Setelah mendengar suara Pamela, ketiga bocah itu segera menjadi patuh dan menoleh ke arah Pamela ....Vani memanggil, "Ibu!"Kevin ikut memanggil, "Ibu!"Revan juga memanggil, "Ibu!"Pamela menghampiri ketiga anaknya, lalu mengulurkan tangannya dan menjentik dahi mereka. "Kenapa kalian bertiga melupakan apa yang Ibu katakan? Kalian nggak boleh diam-diam makan makanan ringan tanpa izin Ibu!"Ketiga bocah itu mengerutkan bibir dan menundukkan kepala seolah-olah mereka tahu salah ....Justin merasa kasihan pada ketiga bocah itu. Kemudian, dia datang
"Paman, tolong bantu kami bujuk Ibu! Bujuk dia untuk membiarkan kami makan camilan, oke?""Paman, tolonglah. Kamu yang paling baik!""Paman ...."Jason benar-benar tidak bisa menahan ketiga bocah yang memelas padanya. Dia menatap ketiga bocah itu dengan penuh kasih sayang, lalu mengangkat kepalanya untuk melihat sikap Pamela.Pamela menyilangkan tangannya dengan ekspresi tegas. Terlihat jelas bahwa dia tidak ingin berdiskusi.Meski Jason ingin membantu para bocah itu, dia tidak berani membuat adik yang akhirnya semakin dekat dengannya menjadi tidak bahagia.Jadi, Jason berlutut, mengangkat tangannya dan mengusap kepala bocah itu satu per satu, lalu berkata dengan tulus."Ibu nggak mengizinkan kalian makan camilan, itu demi kebaikan kalian sendiri. Sekalipun kalian nggak memakannya hari ini, camilan itu tetap milik kalian. Dengarkan ibumu, makanlah secara terpisah dan perlahan."Saat ketiga bocah itu melihat mereka tidak bisa membujuk paman mereka, mereka mengangguk patuh seolah pasrah
Jason sama sekali tidak peduli tentang apa yang akan dimakan. Dia hanya ingin tinggal bersama adik dan para bocah itu untuk sementara waktu.Pamela tidak keberatan dengan hal ini, anak-anak bersedia tinggal bersama Jason. Selain itu, Jason dapat membantunya membujuk anak-anak. Dengan begitu, dia dapat memiliki waktu luang.Justin tidak terlalu senang. Kakaknya tetap tinggal. Dengan begitu, dia tidak bisa bermain dengan bebas!Bagaimana Justin bisa berani mendekati Kak Ariel di depan kakaknya? Jika kakaknya tidak menyukainya, dia pasti akan memarahinya!Jadi, ketika Marlon meletakkan kopinya dan kembali ke dapur untuk memotong buah, Justin mengikuti Marlon dengan niat memarahinya ...."Hei! Apa kamu nggak salah? Kenapa kamu meminta kakakku tinggal di sini? Kamu dan dia bukan teman!"Marlon mengeluarkan buah dari lemari es dan berkata sambil tersenyum, "Tuan Justin, kamu dan aku sepertinya nggak berteman, 'kan? Lalu, kenapa kamu tinggal di sini?"Ekspresi Justin langsung membeku. "Aku ..
Ariel mengabaikan Justin. Kemudian, dia pergi untuk mengisi botol minum kartun anak-anak.Justin berjalan mendekat dengan tidak senang. "Bicaralah dengan jelas! Kenapa kamu nggak mengakui hubungan kita lagi?"Ariel merasa sedikit kesal. Dia berkata sambil membetulkan kacamata berbingkai emas di wajahnya, "Tolong pelankan suaramu. Jangan bicara omong kosong lagi."Begitu Justin mendengar kata omong kosong, dia menjadi marah. "Kapan aku berbicara omong kosong? Ariel, nggak bisakah kamu lebih serius padaku?"Mendengar suara teriakan, Marlon sangat peka. Dia mengambil buah-buahan yang sudah dicuci dan mengajak Adsila ke tempat terbuka di luar untuk memotong buah-buahan. Mereka meninggalkan dapur untuk Ariel dan Justin.Ariel melirik ke arah Marlon dan Adsila yang sudah keluar. Kemudian, dia memandang Justin dengan tidak senang. "Kapan kamu akan mengubah sifat burukmu?"Justin berkata dengan marah, "Aku bisa mengendalikan amarahku pada hal-hal lain, tapi nggak dalam masalah ini! Kenapa kamu
Jason mendengus dengan ekspresi dingin. "Kamu benar-benar hebat sekarang!"Justin terlihat percaya diri, tapi nyatanya dia merasa sangat gugup. Dia takut Jason akan marah dan memukulnya ....Meskipun Jason merasa tidak senang, dia tidak marah. Dia berkata, "Kamu nggak muda lagi. Kamu telah mencapai usia untuk menikah. Tapi, jangan menikah karena kamu melihat orang lain menikah. Jangan ikut bersenang-senang."Justin tampak serius. "Aku bukan sekadar pemarah! Aku sudah memikirkannya selama tiga tahun. Hampir setiap hari aku memikirkan bagaimana menikahi Kak Ariel! Kak, mohon setujui agar kami dapat bertunangan!"Jason mencubit alisnya dan berkata, "Aku hanya kakakmu, bukan orang tuamu. Kembalilah dan beri tahu Kakek, Nenek dan Ayah tentang masalah ini. Kalau mereka setuju, aku nggak akan keberatan."Saat dia mendengar bahwa dia tidak akan keberatan, Justin menghela napas lega. "Selama kamu setuju, masalahnya sudah hampir selesai! Terima kasih, Kak!"Jason terdiam seribu bahasa.Jason men
"Dalam hal hubungan, nggak ada di antara kita yang memiliki pemahaman sebaik dia. Kita juga nggak seberani dia. "Jason tertegun untuk waktu yang lama. Kemudian, dia tersenyum masam. "Mungkin kamu benar, aku berpikir terlalu banyak."Pamela berkata, "Kalau mereka menyukai satu sama lain dan ingin menikah, apakah kamu rela memisahkan mereka?"Jason menunduk dan berkata, "Aku baru saja mengatakan bahwa kalau keluarga setuju, aku nggak akan keberatan."Pamela berkata, "Kalau bisa, ucapkan beberapa kata baik di hadapan Keluarga Yanuar. Beri mereka kesempatan."Jason menatap mata adiknya. Akhirnya, dia menyerah dan mengangguk .......Di dalam kamar, Ariel melepas kacamata berbingkai emasnya dan menaruhnya di atas meja. Kemudian, dia duduk di meja dan memijit alisnya dengan lembut.Justin mengikutinya, tapi dia merasa Ariel sedang marah. Justin tidak berani terlalu dekat ...."Ahem! Kak Ariel, aku sudah memberi tahu kakakku. Dia nggak keberatan."Ariel menutup matanya. Dia masih mengusap al
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen