Jika hanya ada Ariel di sana, Pamela mungkin akan membicarakan dan mendiskusikannya, tapi jika dia memberi tahu Olivia dan Adsila yang tidak dapat menahan emosinya, itu hanya akan menimbulkan komplikasi.Jika Frida dan Tomi mengetahui situasi saat ini, mereka tidak akan bisa duduk diam."Nggak ada apa-apa. Hanya saja perusahaan terlalu sibuk, jadi aku sedikit lelah," jawab Pamela dengan santai.Adsila mengatupkan bibirnya dan menyilangkan tangannya. "Bibi, kalau kamu merasa lelah, jangan pergi ke perusahaan! Kamu masih harus merawat tiga anak. Kenapa kamu harus menanggung begitu banyak tekanan?"Pamela menyesap tehnya dan berkata, "Aku baru saja mengambil alih, jadi aku masih sedikit nggak terampil. Aku akan baik-baik saja setelah jangka waktu ini."Adsila merasa kasihan pada bibinya, tapi dia juga merasa sedih. Saat ini, Olivia menyentuh lengan Adsila dan mengingatkannya akan hal penting!Kemudian, Adsila kembali membicarakan topik yang tadi. "Ahem, Bibi, aku punya teman psikiater yan
Mata Pamela menjadi masam. Dia berkata dengan nada yang sangat dingin, "Apakah menurutmu aku bisa menerimanya sekarang karena aku mengetahui kebenaran melalui orang lain?"Ariel berkata, "Bos ... kami telah mencari keberadaan anak itu selama tiga tahun terakhir. Kami ingin memberi tahu Bos setelah kami menemukannya! Aku tahu kami salah. Kami semua menerima semua hukuman Bos!"Pamela memanggil Ariel bukan untuk menyelidiki dan menghukumnya, tetapi karena dia takut sesuatu akan terjadi di masa depan. Mereka berdua takut dia tidak bisa menerimanya, jadi mereka menyembunyikannya dari Pamela?Dia berkata dengan sungguh-sungguh, "Nggak ada situasi yang nggak dapat aku terima sekarang. Nggak peduli apa yang terjadi di masa depan, kamu harus melaporkannya kepadaku dengan jujur sesegera mungkin. Apakah kamu mengerti?"Ariel menundukkan kepalanya dengan hormat. "Ya! Bos!"Pamela memandangi bulan purnama di langit sambil menyipitkan matanya. "Selain itu, apa yang terjadi antara kamu dan Justin?
Alex menenangkan dirinya. Awalnya, dia hendak bangun dari tempat tidur dan duduk di kursi roda untuk menutup jendela. Namun, dia malah berhenti, lalu berkata dengan tenang dan lembut, "Tolong tutup jendelanya. Suhu di malam hari rendah. Anak-anak mudah masuk angin."Setelah sekian lama terdiam, sosok yang duduk di kursi kamar tidur itu berdiri dan bergerak. Dia berjalan mendekat dan menutup jendela, lalu kembali ke posisi semula dan duduk.Alex tidak tahu sudah berapa lama orang itu duduk di sana. Namun, melihat dari sosoknya ketika dia baru saja menutup jendela dan rambut panjangnya yang tergerai yang terlihat jelas, dia pasti adalah seorang wanita.Angin berhenti. Alex tidak merasa dingin lagi.Kaki Alex tidak dapat bergerak, jadi dia tidak bangun dari tempat tidur. Dia hanya duduk di kepala tempat tidur.Alex menoleh dan menatap putranya yang masih tidur nyenyak di sampingnya, lalu menyelimuti putranya dan melihat sosok di malam yang gelap. "Kalau tebakanku benar, kamu adalah Nona P
Pamela terdiam seribu bahasa.Ucapan lelaki tua ini masih menyebalkan seperti dulu!Saat dia mendengar langkah kaki datang dari luar kamar tidur, tatapan Alex yang santai tiba-tiba menegang ...."Dia sudah datang, cepat pergi! Kalau Nona Pamela ingin mencekikku suatu hari nanti, aku nggak akan kabur!" desak Alex dengan suara rendah.Pamela juga mendengar langkah kaki di luar, tapi dia tidak terburu-buru. Kemudian, dia berkata dengan perlahan, "Baiklah, setelah kamu ingat siapa aku, aku akan datang dan mencekikmu sampai mati!"Saat Pamela mengatakan ini, pegangan pintu kamar tidur telah diputar dari luar.Tidak diragukan lagi, itu adalah Sophia!Alex melihat ke pintu, lalu pupil matanya menegang. Saat dia melihat kembali ke wanita yang berdiri di samping tempat tidur, di sana sudah tidak ada seorang pun ....Alex hanya merasakan embusan angin!Jendela dibuka kembali, sehingga gordennya berkibar karena tertiup angin!Saat Sophia membuka pintu dan masuk, dia hanya melihat Alex duduk sendi
Sophia tidak mengerti. Jelas-jelas tempat tidurnya begitu besar ....Kevin bisa tidur di samping atau di tengah. Kenapa dia bisa terganggu?Namun, setiap kali Sophia datang membawa bantal dan selimut, Alex akan memasang wajah dingin. Alex mengatakan bahwa dia tidak ingin Sophia melihat penampilan Alex yang tidak bisa berjalan ....Awalnya, Sophia mengira ini mungkin harga diri Alex. Namun, sekarang Sophia merasa Alex tidak ingin tidur di ranjang yang sama dengannya.Dalam tiga tahun terakhir, Sophia telah melakukan segala hal. Mengapa dia tidak bisa mendapatkan perhatian sedikit pun dari Alex?Haih!"Baiklah, Alex, kamu juga tidurlah lebih awal!""Yah."Sophia mundur dengan marah. Sebelum dia menutup pintu, Sophia menatap anak di tempat tidur dengan niat membunuh di matanya.Seharusnya anak itu bukan Kevin.Bagaimana Sophia memastikannya? Saat Sophia membuat makan pagi ini, dia sengaja memasukkan paprika yang paling dibenci Kevin.Namun, anak yang tidur di sebelah Alex sepertinya tidak
Pamela terpaksa duduk dan menggaruk rambutnya yang sedikit berantakan karena tidur ....Adsila mengguncangnya dengan lembut dan berkata, "Bibi, bangunlah. Aku akan menunggumu. Cepatlah mandi!"Pamela sangat menyesali janji kepada Adsila untuk menemui psikiater beberapa hari yang lalu. Saat ini, dia tidak punya pilihan selain bangun dan pergi ke kamar mandi.Setelah mandi dan berganti pakaian, Pamela mengikuti Adsila ke bawah.Tadi malam, Olivia juga tidur dengan ketiga anaknya. Saat ini, Olivia sudah bangun bersama ketiga anaknya. Mereka sedang menunggu sarapan di bawah.Beberapa hari terakhir, Olivia sangat memedulikan kakak iparnya. Saat dia punya waktu, dia membantu Pamela merawat anaknya. Dia juga dengan sukarela menidurkan anaknya di malam hari. Pamela benar-benar merasa sedikit lebih santai.Pamela melambai kepada ketiga anaknya. "Revan, Heri, Vani! Ayo pergi bersama Ibu, kita akan sarapan di luar hari ini!"Adsila meraih lengan Pamela sambil berkata, "Jangan! Bibi, kalau kamu me
"Heri" menggelengkan kepalanya karena kehilangan nafsu makan. Kemudian, dia menatap Pamela dengan gelisah. "Bu, apakah Ibu akan membawaku ke rumah sakit untuk disuntik?"Pamela terkejut sesaat, lalu tersenyum dan berkata, "Bukan, Ibu hanya mengajakmu mengobrol dengan dokter. Dia nggak akan menyuntikmu. Patuhlah, sarapan dulu."Saat ini, Heri baru berani mengambil sandwich dan mengunyahnya dengan linglung.Adsila yang berada di samping tampak kesal. "Bibi, aku memperkenalkan teman kepadamu hari ini, kenapa kamu ingin dokter itu berbicara dengan Heri?"Pamela berkata, "Temanmu itu bukan psikiater? Nggak bisakah kamu memintanya membantu anakku melakukan konseling psikologis?"Adsila menggigit sandwich itu dengan tak daya, lalu berpikir sejenak. "Boleh saja .... Oke! Pokoknya, kita semua akan duduk bersama dan berbicara!"Pamela tidak terlalu memikirkan arti kata-kata Adsila. Dia hanya menatap putranya dalam pelukannya dengan tatapan sedikit rumit ....Hari itu, Pamela melihat anaknya yang
Adsila menyilangkan lengannya sambil mengerutkan bibir. "Oke, oke! Berhenti beromong kosong. Cepatlah bekerja! Kalau bibiku melihatmu nggak bekerja dengan serius, dia nggak akan percaya kamu adalah seorang dokter profesional!"Jerry memiringkan kepalanya sambil tersenyum dengan elegan. Kemudian, dia menatap Pamela yang sedang duduk di ruang tamu sambil menggendong anaknya ....Terlintas ekspresi heran di mata Jerry yang telah mengobati banyak orang. Lalu, dia berjalan perlahan dan mengulurkan tangan dengan sopan. "Halo, Nona Pamela, aku sering mendengar Adsila menyebutmu."Pamela meletakkan "Heri" dalam pelukannya, lalu berdiri perlahan dan berjabat tangan ringan dengan Jerry. "Halo."Sebelum Jerry merasakan hangatnya tangan Pamela, dia sudah melepaskan tangannya. Melalui jabat tangan ini, Jerry telah membuat penilaian kasar terhadap karakter Pamela."Silakan duduk, kita duduk sambil bicara."Pamela tidak menganggap dirinya sebagai tamu, tapi sebagai seorang pelanggan. Jadi, dia duduk
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen