Justin berkata dengan cemas, "Nggak, nggak! Kak, aku nggak mencarimu untuk makan! Aku punya hal lain!"Pamela mengetik di keyboard dan berkata, "Cepat katakan apa yang kamu inginkan, aku sedang sibuk sekarang!"Justin berkata, "Itu ada hubungannya dengan Kak Jason! Aku menemukan bahwa kak Jason mungkin bertindak ceroboh!"Pamela mengerutkan keningnya. Dia merasa Justin bertingkah aneh lagi.Pagi tadi, Pamela merasa Justin sudah sangat dewasa. Namun, sekarang dia mendengar Justin berbicara dengan energi yang sama seperti tiga tahun lalu!Benar saja, sifat seseorang memang sulit berubah!"Masalah kakakmu, kamu seharusnya mencari keluargamu. Percuma saja kamu mencariku. Apakah ada hal lain? Kalau nggak ada. Aku akan menutup telepon!"Justin benar-benar cemas. "Jangan menutup telepon! Kak, keluargaku nggak boleh mengetahui hal ini! Kemarilah dan bantu aku. Kita berdua mencari cara bersama untuk membawa kakakku kembali ke jalan yang benar!"Pamela merasa sedikit kesal. "Apa yang terjadi den
Orang itu benar adalah Sophia!Justin melihat ruangan yang dituju Sophia adalah ruangan yang baru saja dimasuki kakaknya ....Kakaknya janjian dengan Sophia?Justin sangat terkejut hingga dia tercengang. Dia kembali ke kamar tadi, lalu menelepon Pamela kembali, "Kak, cepat datang!"Nada suara Pamela terdengar sedikit tidak sabar. "Kamu belum selesai main-main, ya?"Justin merendahkan suaranya dan mengentakkan kakinya dengan cemas. "Kak, aku nggak main-main! Tahukah kamu dengan siapa kakakku memesan kamar?"Pamela tidak tertarik, lalu berkata, "Aku nggak ingin tahu."Justin takut Pamela akan menutup telepon lagi, jadi dia segera berkata, "Sophia! Dia datang ke hotel untuk memesan kamar dengan Sophia!"Tangan Pamela yang mengetik di keyboard tiba-tiba berhenti. "Apa?"Akhirnya, Justin menarik perhatian Pamela. Justin sudah hampir menangis. "Aku akan mengirimkan alamatnya. Kak, cepatlah datang kemari! Kita nggak boleh membiarkan kakakku terlena dengan wanita jahat seperti itu!"Pamela ter
Justin adalah seorang laki-laki, apa yang membuatnya malu? Dia hanya khawatir Pamela akan malu ketika melihatnya ....Namun, sepertinya kekhawatiran Justin itu sia-sia. Pamela tidak merasa takut malu sama sekali.Jadi, Justin mengikuti Pamela dan pergi ke kamar itu untuk mengetuk pintu ....Justin tidak berani mengetuk pintu sendirian. Dia takut bagaimana jika kakaknya membuka pintu dan memukulinya? Dengan Pamela di sini, Justin tidak akan takut!Mereka berdua tiba di pintu kamar sebelah. Mereka tidak dapat mendengar gerakan apa pun di dalam. Kemudian, Pamela mengangkat tangannya dan mengetuk pintu ....Pada saat itu, di kamar suite seberang, Calvin yang sedang memantau situasi di seberang tiba-tiba melihat Pamela dan Justin muncul di pintu seberang. Mereka sepertinya hendak mengetuk pintu. Calvin terkejut!Tidak ada waktu untuk berpikir atau meminta instruksi dari Jason. Jadi, Calvin segera membuka pintu, lalu menarik Pamela dan Justin masuk dengan satu tangan. Kemudian, dia segera me
Setelah mendengar berita tersebut, Pamela merasa sedikit lega dan bertanya, "Lalu, kenapa Sophia mengundangmu ke sini?"Tatapan Jason terlihat rumit. Dia merasa kasihan pada adiknya. Bagaimana Jason tega memberitahunya bahwa pria yang telah dia tunggu selama tiga tahun, sekarang berada di kamar seberang. Namun, Agam telah melupakannya. Agam bahkan bersama dengan wanita lain dan tinggal bersama anak yang dicuri dari Pamela?Pamela benar-benar tidak bisa mengatakannya."Bukan apa-apa. Dia nggak mengundangku ke sini. Aku kebetulan mengetahui bahwa dia tinggal di sini. Aku curiga dengannya, jadi aku menemukan alasan untuk masuk dan melihat dengan siapa dia kembali."Jason berkata dengan tenang.Pamela menunduk dengan sedikit rasa ingin tahu di matanya. "Apakah kamu melihatnya? Siapa lagi yang ada di kamarnya?"Jason menggelengkan kepalanya. "Selain dia, hanya ada satu anak yang mengenakan topeng kartun. Nggak ada orang lain yang terlihat."Faktanya, Jason tidak bertemu Sophia. Saat Sophia
Saat mereka berjalan menuju pintu, Calvin melihat situasi di sisi lain melalui lubang di pintu. Kemudian, dia menoleh dan mengangguk kepada Jason.Jason merasa lega. Dia pergi bersama Pamela untuk membuka pintu kamar dan bersiap untuk keluar.Namun, hal yang Jason khawatirkan pun terjadi ....Saat ini, pintu kamar suite di seberangnya juga terbuka. Sophia mendorong seorang pria kursi roda keluar sambil menggumamkan sesuatu, "Alex, aku tahu kamu bosan tinggal di hotel setiap hari, tapi aku harus menangani pekerjaan yang diberikan ayahku, jadi aku nggak bisa sering mengajakmu jalan-jalan. Aku merasa nggak tenang meminta orang lain untuk menemanimu! Hari ini, aku akan membawamu ke taman hotel untuk bersantai. Setelah aku menyelesaikan pekerjaanku, aku akan membawamu dan Kevin untuk berkeliling dunia dan melihat pemandangan indah bersama ...."Pamela melihat pria yang duduk di kursi roda. Ekspresi tenang di wajahnya langsung mengeras dan matanya membelalak. Orang itu adalah Agam!Dalam sek
"Nggak!" Saat melihat mata Pamela yang memerah, Jason merasa tertekan. "Pamela, dia bukan Agam yang kamu kenal sebelumnya. Dia nggak mengingatmu lagi. Aku khawatir kamu nggak akan bisa menerimanya begitu saja ...."Tidak mengingatnya lagi?Agam hilang ingatan?Haha! Situasi ini sungguh berlebihan!Pamela sama sekali tidak puas dengan penjelasan ini, lalu dia mengangkat bibirnya dengan sinis. "Kalau kamu membantunya menyembunyikan dariku, kamu berada di pihak yang sama dengannya! Aku nggak akan pernah memercayaimu lagi ...."Setelah berkata, Pamela berbalik untuk pergi. Dia ingin mengejar Agam dan bertanya apa maksudnya ....Jason menarik Pamela ke belakang, memeluknya dengan erat dan membelai rambutnya dengan lembut untuk menenangkan emosinya. "Pamela! Tenang dulu, patuhlah ...."Bahu Pamela yang naik turun karena emosi itu perlahan-lahan menjadi tenang. Dia memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya, "Kenapa? Kenapa dia bersama Sophia?"Melihat adiknya akhirnya se
Justin merasa sangat kasihan pada Pamela. Dia juga tahu Pamela tidak mudah mengurus ketiga anaknya sambil mencari Agam selama ini. Akhirnya, Pamela Agam, tapi Agam malah kehilangan ingatannya dan tinggal bersama wanita lain!Tidak peduli siapa itu, mereka tidak akan dapat menerimanya!Pantas saja Jason datang ke hotel secara misterius. Dia takut Pamela mengetahui situasinya dan terstimulasi ....Sementara Justin malah menghancurkan rencana Jason!Celaka, sekarang Justin tidak hanya harus mengkhawatirkan suasana hati Pamela, tapi dia juga khawatir apakah dia akan dipukuli sampai mati oleh Jason!Justin bergumam di dalam hatinya sambil mengikuti Jason dan Pamela ke dalam mobil. Kemudian, mereka pergi menjemput anak-anak di taman kanak-kanak ....Di antara tiga anak di taman kanak-kanak, ada satu yang diadopsi oleh Agam dan Kalana. Karena Kalana melakukan kesalahan dan Agam menghilang lagi, jadi Pamela merawat Revan sendirian selama ini.Justin juga tahu bahwa Pamela selalu menganggap Rev
"Kak, kita sudah tiba di taman kanak-kanak!"Suara Justin membuat Pamela yang pikirannya kacau tersadar kembali."Ya, aku akan masuk dan menjemput mereka bertiga. Kalian tunggulah di dalam mobil!"Setelah berkata, Pamela keluar dari mobil dan berjalan ke gerbang taman kanak-kanak sendirian ....Melihat punggung Pamela yang linglung, Justin bergumam sedikit cemas, "Kak, apakah kondisinya ... nggak baik?""Kamu masih berani bertanya?" Mata khawatir Jason juga tertuju pada punggung Pamela. "Kalau kamu nggak mencari masalah hari ini, Pamela nggak akan pernah tahu bahwa Agam dan Sophia bersama!"Justin juga tahu bahwa dia telah melakukan kesalahan. Dia menundukkan kepalanya dengan marah dan menghela napas ....Setelah beberapa saat, Pamela memimpin ketiga anaknya keluar dari taman kanak-kanak.Jason dan Justin keluar dari mobil."Paman!""Paman!"Begitu Revan dan Vani melihat Jason, mereka berlari dengan penuh semangat ....Jason juga berjongkok, membuka tangannya ke arah kedua bocah itu da
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen