"Kak Pamela, apa mungkin baru-baru ini TK guru salah pilih baju dan memberikan pakaian anak lain kepada Heri dan kita nggak pernah menyadarinya? Hari ini guru juga mengenakan baju yang sama kepada Heri lagi!"Olivia membuat dugaan.Pamela memikirkannya dan menyadari ini adalah suatu kemungkinan."Sudahlah, ayo turun dan makan dulu. Jangan buat Kakek dan Nenek menunggu lama.""Oke!" Olivia mengangguk dan mengulurkan tangannya ke arah Vani yang masih duduk di sisi kasur dengan patuh. "Ayo! Vani, pergi makan dengan bibi!"Vani masih kecil, tetapi dia seolah sedang memikirkan sesuatu sendirian. Saat bibinya memanggilnya, dia sadar kembali dan melompat turun dari kasur sebelum berjalan ke arah kedua wanita itu .......Sambil makan, Pamela menyipitkan mata ke arah Heri yang sedang duduk bersama Revan dan menyadari sesuatu yang aneh.Heri tidak bisa memegang sendok lagi?Ketiga anaknya sudah lebih pintar dari teman-temannya sejak kecil, mereka hampir tidak diajari cara memegang sendok dan su
Melihat kedua tangan kecil putranya berlumuran saus, Pamela menghela napas tak berdaya. "Oke, kali ini makan saja seperti ini, nggak ada lain kali!"Heri langsung mengangguk dengan patuh. "Ya! Terima kasih, Ibu! Terima kasih, Bibi!"Pamela merasa ada yang tidak beres dengan putranya, tetapi dia menatap putranya begitu lama dan tidak melihat sesuatu yang sama di wajahnya ....Itu Heri, sama persis.Ada sedikit perbedaan dalam perilaku, tetapi kesukaan anak sering berubah dan hal ini sepertinya masuk akal.Mungkin pakaian kecil yang belum pernah Pamela lihat sebelumnya itu benar-benar dikenakan oleh guru di TK seperti dugaan Olivia.Pamela menunduk dan memakan beberapa suap makanan, lalu ponselnya tiba-tiba berbunyi bip dan bergetar dua kali.Dia mengangkat ponselnya dan menekan pesan masuk. Itu adalah pesan dari Jason."Pamela, aku di depan pintu rumah Keluarga Dirgantara. Keluarlah kalau ada waktu. Ada sesuatu."Pamela tidak mengenali Keluarga Yanuar dan sekarang hanya menjalin kontak
Pamela belum pernah mendengar lukisan ini sebelumnya."Lalu bagaimana kamu menemukan lukisan ini?"Jason berkata, "Saat aku melihatnya di rumah seorang teman, tintanya belum sepenuhnya kering."Alis Pamela berkerut. "Kamu merasa lukisan 'Malam' ini dilukis oleh Berenice sendiri?"Jason mengangguk dengan ekspresi serius. "Meskipun gaya lukisan dan tulisan tangan Berenice bisa ditiru, ada sedikit kebiasaan yang nggak diketahui orang luar."Ingatan Pamela tentang ibunya sangat kabur dan dia menatap Jason dengan rasa ingin tahu. "Apa itu?"Jason berkata, "Postur Ibu dengan pena sangat standar saat melukis, tapi saat menulis, tangannya akan santai dan menempel pada kertas, sehingga beberapa cat seringkali ternoda.""Saat tanda tangan, cat di tangan akan bergesekan dengan nama yang ditandatangani sehingga membentuk tanda berbentuk huruf C.""Setiap saat, Ibu akan sangat kesal dengan hal ini dan menghapusnya dengan hati-hati karena takut meninggalkan jejak, tapi dia akan lupa melakukannya lag
Mendengar nama Irwanto, sorot mata Jason tiba-tiba menjadi kelam dan ada sedikit kewaspadaan di matanya.Pamela langsung menyadari perubahan di mata Jason dan bertanya dengan aneh, "Ada apa? Bukankah kamu dan Irwanto saling berhubungan?"Jason menggelengkan kepalanya ke arah adiknya dan memberitahunya dengan suara yang dalam, "Irwanto adalah nama identitas yang digunakan Theo di sini."Irwanto adalah Theo? Pamela tercengang. "Tanah itu punya Theo?"Jason memberinya tatapan tegas. "Jam berapa pelelangannya? Besok aku akan pergi bersamamu."Pamela tidak menyembunyikan apa pun. "Besok jam sepuluh pagi.""Besok pagi tunggu kakak menjemputmu. Oke, mintalah Keluarga Dirgantara untuk membawakan mainan di bagasi untuk anak-anak."Pamela menjawab dengan agak linglung, "Oke, terima kasih!"Setelah beberapa saat, beberapa pelayan dari Keluarga Dirgantara keluar dan membantunya menurunkan mainan yang diberikan Jason kepada anak-anak.Pamela memperhatikan mobil Jason pergi sambil berpikir, lalu mel
Keesokan harinya.Rumah Lelang Dorian.Jason pergi ke rumah Keluarga Dirgantara untuk menjemput Pamela pagi-pagi sekali dan membawanya ke tempat pelelangan bersamanya.Vani bersikeras untuk ikut ibunya, tetapi Pamela tidak tega menolak kemanjaan putrinya, jadi dia terpaksa membawa Revan dan Heri bersamanya.Begitu memasuki rumah lelang, manajer menyambut mereka dengan hormat, "Pak Jason, selamat datang. Ruanganmu sudah dipesan dan sekarang aku akan mengantarmu ke sana!"Jason menggendong Vani dan mengangguk ringan sebelum mengikuti manajer itu ke dalam perlahan ....Pamela mengikuti kedua putranya.Ruangan mereka lebih pribadi daripada lantai dua dan mereka bisa melihat aula lelang di lantai bawah penuh dengan orang.Sebelum memasuki ruangan, Jason melihat ke bawah dan berkata, "Ada cukup banyak orang yang datang ke pelelangan ini. Sepertinya nanti akan ada sesuatu yang bagus untuk kalian tawar."Manajer rumah lelang mengangguk dan tersenyum. "Benar! Kebanyakan dari mereka datang ke si
Heri menoleh dan mengerucutkan bibir. "Aku cuma agak sakit perut dan takutnya akan menunda urusan Ibu! Ibu, suruh Kakak menemaniku. Aku tahu di mana WC!"Tentu saja, Revan dengan senang hati menemani adiknya dan melompat turun dari kursi. "Ibu, izinkan aku mengantar Heri ke kamar mandi! Aku janji nggak akan mengajak Heri berlarian. Kami akan segera kembali setelahnya!"Walaupun ada Revan yang bijaksana yang mengikutinya, Pamela tidak bisa membiarkan kedua anak itu keluar sendiri dengan tenang.Jadi, dia berkata kepada Calvin yang sedang berdiri di sampingnya, "Nggak pantas bagiku untuk memasuki toilet pria. Kak Calvin, tolong bantu aku mengawasi mereka."Calvin mengangguk dengan hormat tanpa berkata apa-apa. "Baik, Nona Pamela!"Calvin membawa Revan dan Heri ke kamar kecil. Tidak lama setelah dia pergi, manajer rumah lelang membawa banyak camilan impor dan minuman susu dengan beberapa pelayan dengan hormat.Jason bertanya dengan santai, "Hari ini siapa yang ada di lantai dua?"Mendenga
Calvin membuka pintu bilik toilet dan melihat tangan Revan basah serta wajah mungilnya berkerut.Heri terlihat menyesal dan berkata, "Maaf! A ... aku nggak sengaja! Paman, aku nggak sengaja membuat Kakak tersandung sampai terjatuh dan menekan kedua tangannya ke toilet ...."Calvin, "..."Anak-anak benar-benar suka membuat masalah saat tidak diawasi sedetik saja.Melihat Revan mengangkat kedua tangan mungilnya dengan jijik, Calvin juga agak tercengang dan menghibur, "Nggak masalah! Cuci saja tanganmu dan tanganmu akan bersih! Ayo, aku akan membawamu ke wastafel untuk cuci tangan!"Revan suka kebersihan dan merasa tidak nyaman karena tangannya ternoda air toilet. Dia pun mengangguk dan langsung mengikuti Calvin untuk mencuci tangannya ....Setelah Calvin mengajak Revan untuk mencuci tangannya, dia menoleh ke belakang dan melihat Heri telah hilang.Calvin mengerutkan kening dan merasa ada yang tidak beres.Gawat!...Saat itu di ruangan lain, Heri yang asli sedang digendong Sophia.Heri t
Maka karena itu, Sophia terpaksa menahan diri dan menunggu saat pulang untuk mengobrol dengan sepasang ayah dan anak itu.Akan tetapi, tidak mungkin Sophia bisa mencerna emosinya sekaligus, jadi dia berdiri dan berkata, "Awasi Kevin, aku akan ke toilet dulu!"Setelah mengatakan itu, Sophia mengambil langkah dengan marah dan pergi ....Dia tidak akan pernah menanggung amarah seperti itu dari siapa pun, tetapi di depan ayah dan anak ini, dia sama sekali tidak punya hak untuk berbicara.Menyebalkan sekali.Setelah Sophia keluar, pria itu menunduk ke arah anak di pelukannya dengan keraguan di wajahnya dan bertanya, "Kenapa barusan kamu berbicara seperti itu padanya?"Kevin sama sekali tidak merasa ada yang salah dengan dirinya. Dia hanya tidak menyukai wanita itu dari lubuk hatinya dan benci wanita itu menyentuhnya.Dia pun mengatakan yang sebenarnya, "Karena aku nggak suka digendong olehnya!"Pria itu mengerutkan kening. "Bagaimanapun, dia adalah ibumu. Kamu nggak boleh berbicara seperti
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen