Sophia bergegas berjalan ke sisi ranjang dan menatap Agam yang tampak sedang memejamkan matanya untuk beristirahat itu dengan mata memerah. Dia bertanya dengan penuh perhatian, "Agam, bagaimana perasaanmu sekarang? Apa masih sangat sakit?'Agam tidak bersuara, juga tidak membuka matanya.Melihat kondisi pria yang berbaring di ranjang itu, Silvia mengerutkan keningnya dengan cemas. Dia tidak menghampiri Agam, melainkan berkata pada Ervin dengan ekspresi bersalah, "Kamu adalah asisten Tuan Agam, 'kan? Situasi bisa menjadi seperti ini, aku benar-benar minta maaf. Temperamen suamiku memang sangat buruk. Bisa-bisanya dia memukul Tuan Agam hingga seperti ini hanya karena emosi sesaatnya!""Jangan khawatir! Hari ini, suamiku telah melukai Tuan Agam hingga seperti ini. Keluarga kami pasti akan bertanggung jawab. Kami akan mencarikan dokter terbaik dan menggunakan obat-obatan terbaik, agar Tuan Agam bisa sepenuhnya pulih kembali."Walaupun Ervin melihat wajah istri Theo ini adalah wajah wanita
Karena itulah, Silvia berbaik hati untuk menghibur anak tirinya itu, "Sophia, berpikiran terbuka sedikit, cinta nggak bisa dipaksakan. Karena sudah ada wanita yang dicintai oleh Tuan Agam, kamu jangan bersikeras untuk memilikinya lagi. Kamu harus percaya, ke depannya kamu pasti bisa bertemu dengan seorang pria yang mencintaimu dan menyayangimu dengan segenap jiwa dan raganya."Setelah mendengar ucapan Silvia, ekspresi sedih Sophia berubah menjadi dingin. Dia mendongak dan memelototi Silvia. "Kamu sedang mengajariku bagaimana aku harus bertindak? Kamu pikir kamu siapa?"Ekspresi Silvia langsung membeku. Dia berkata dengan tidak berdaya sekaligus canggung, "Bukan begitu, aku takut kamu terlalu sedih. Aku hanya berharap kamu bisa berpikiran terbuka. Sophia, karena aku sudah menjadi istri ayahmu, aku juga akan menganggapmu sebagai anakku sendiri!"Sophia tertawa dingin dan berkata dengan nada menyindir, "Sudah cukup! Kamu nggak perlu berbicara seperti itu di hadapanku! Untuk apa kamu berpu
Sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, Agam berkata dengan suara yang sedikit serak, tetapi terdengar rileks, "Hmm, aku sudah bangun."Dia bisa mendengar suara Pamela bernapas lega di ujung telepon.Tentu saja Pamela bisa mendengar suara Agam sedikit serak. Namun, karena saat baru bangun tidur suara seseorang cenderung sedikit serak, dia tidak berpikir banyak.Dia pun bertanya, "Sekarang kamu sudah berada di mana? Apa kamu belum sampai ke rumah Sophia?"Agam menjawab dengan jujur, "Aku sudah sampai di rumahnya."Karena Agam baru terluka dan tidak bisa memegang ponsel, Ervin menaruh ponsel Agam di samping bantal Agam. Setelah menempatkan ponsel dengan baik, dia langsung keluar dari kamar dengan peka dan berjaga di depan pintu kamar.Mendengar Agam sudah tiba di rumah Sophia, Pamela bertanya dengan serius, "Bagaimana? Apa kamu sudah bertemu dengan Theo? Apa dia ada mempersulitmu?"Setelah mendengar nada bicara serius gadisnya, kehangatan menyelimuti hati Agam. Seulas senyum tipis
Agam berkata, "Sebelumnya, kamu meninggalkanku begitu lama tanpa meninggalkan petunjuk apa pun. Apa kamu tahu bagaimana aku bertahan? Sekarang, aku akan membiarkanmu merasakan rindu! Tunggulah, setelah aku kembali kamu bisa melihatku. Kamu nggak hanya dapat melihatku, kamu juga dapat menyentuhku!"Pamela berkata sambil mengerutkan keningnya, "Jangan membicarakan hal-hal ini. Kalau kamu nggak membuka kamera, aku akan sangat marah!"Agam tersenyum dan berkata, "Patuhlah, aku mau mandi dan istirahat. Aku sangat lelah hari ini. Kalau membuka kamera, meskipun hanya memotret wajahku, aku harus keluar dan berpakaian .... Bocah, bukan hanya kamu saja yang akan malu. Aku juga pemalu."Pamela terdiam seribu bahasa.Begitu Pamela mendengar Agam berkata dia lelah, Pamela tidak terlalu mengotot dan mengerutkan bibirnya. "Oke, kalau begitu kamu mandilah dulu! Yah sudah kalau kamu nggak ingin membuka kamera, aku nggak ingin melihatnya lagi! Huh!"Setelah itu, Pamela menutup telepon. Dia tidak ingin m
Agam memandang Sophia dengan matanya yang sipit. Agam merasa sedikit tersinggung dan tidak senang.Sebelumnya, Sophia belum pernah menghadapi penampilan Agam yang begitu dingin. Bahkan saat ini Agam sedang duduk di kursi roda dengan wajahnya yang pucat dan lemah, penampilannya itu tetap membuat Sophia ketakutan ....Agam berkata dengan sungguh-sungguh, "Menurutku, tumbuh besar di pedesaan adalah kelebihannya. Itu bukanlah hal yang memalukan.""Aku paling tahu betapa hebatnya dia. Aku cukup beruntung dia bisa jatuh cinta kepadaku yang sudah tua. Selain itu, aku nggak membutuhkan seorang wanita untuk menyamai statusku.""Aku nggak peduli dari mana dia berasal atau apa latar belakangnya.""Hal yang terpenting adalah aku mencintainya."Aku mencintainya ....Setelah mendengar Agam mengucapkan kata itu dengan tegas, ekspresi Sophia menjadi masam dan kaku. Kemudian, dia berkata sambil menggertakkan giginya dengan enggan, "Agam, kenapa kamu nggak mengerti ...."Ekspresi Agam menunjukkan sediki
Kantor Pencatatan Sipil Negara Muriana.Saat menjalani prosedur pencabutan, Sophia ragu-ragu cukup lama sebelum mengeluarkan kartu identitasnya dengan perlahan.Pengacara yang dibawa oleh Agam maju untuk bernegosiasi dengan staf dan menjelaskan situasi spesifiknya. Prosedur pencabutan berjalan dengan lancar.Akhirnya, staf tersebut menyita akta nikah mereka dan menghancurkannya. Dengan begitu, mereka telah mengakhiri hubungan yang tidak penting tersebut.Ervin mendorong Agam keluar dari Kantor Pencatatan Sipil Negara Muriana. Mereka hendak masuk ke mobil yang dikirim oleh Perusahaan Dirgantara dan pergi ke bandara untuk terbang kembali.Sophia buru-buru mengejarnya. "Agam, kenapa kamu pergi? Bukankah kita sudah sepakat untuk makan malam bersama?"Agam tidak pernah memedulikan masalah makan. Dia sangat ingin kembali ke rumahnya. Dia hanya ingin kembali secepatnya untuk menemui Pamela. Agam ingin memberi tahu Pamela bahwa masalahnya telah diselesaikan. Dia ingin tinggal bersama Pamela da
Mendengar Agam telah menghalangi harapannya, Sophia tersenyum masam. "Agam, jangan salah paham, sekarang kita sudah menyelesaikan prosedur pencabutan, aku nggak akan berharap untuk bersamamu lagi! Aku hanya berharap sebelum kamu pergi, bisakah kamu membantuku untuk terakhir kalinya?"Setelah menderita kerugian, mata Agam sedikit berkedut dengan waspada. "Apa itu?"Sophia mengangkat dagunya dengan sedikit kesal. "Eh ... aku punya penggemar yang mengejarku selama ini. Sekarang, aku sudah menyerah padamu. Aku berencana untuk menerimanya."Setelah mendengar ini, Agam setuju. "Yah, itu sangat bagus."Sophia mengedipkan matanya sambil menatap Agam dengan tulus. "Agam, kalau kamu benar-benar memperlakukanku sebagai teman, bantu aku memeriksanya! Dia akan datang ke sini untuk menjemputku sebentar lagi. Kalian sesama pria seharusnya saling memahami. Bisakah kamu membantuku melihat apakah dia dapat dipercaya dan tulus kepadaku?"Menghadapi permintaan Sophia yang masuk akal, Agam mengangkat lenga
Pamela menarik Revan yang sedang duduk di karpet sambil bermain dengan mainan. "Oke, simpan mainannya. Ayo jalan-jalan di halaman untuk berjemur di bawah sinar matahari?"Revan mendengarkan kata-kata Pamela. Dia segera mengangguk dengan patuh. Revan mengambil mainan di lantai dan menaruhnya di kotak penyimpanan tidak jauh dari sana. Lalu, dia berlari kembali dan meraih tangan Pamela. "Bibi Kak Pamela, Jalan-jalan! Jalan-jalan!"Pamela berdiri, lalu hendak mengajak Revan keluar ....Saat ini, seorang pelayan Keluarga Yanuar masuk dan melaporkan, "Tuan Muda, seseorang dari Keluarga Dirgantara datang kemari."Saat mendengarnya, Jason mengangkat alisnya dengan terkejut. "Siapa yang datang?"Agam tidak ada di sini, siapa lagi anggota Keluarga Dirgantara yang akan datang ke Kediaman Keluarga Yanuar?Pelayan itu berkata dengan jujur, "Nona Olivia datang ke sini bersama neneknya. Dia bilang dia datang mengunjungi Nona Pamela."Setelah mendengar ini, Pamela yang mengajak Revan keluar pun berhen