Share

Bab 2

Author: Baheera Anastasia
last update Last Updated: 2025-01-03 11:04:59
Saat Ezra hampir berhasil merebut kotak abu ibuku untuk digunakan mengubur anjing kampung yang disebutnya, aku bertindak spontan. Aku menggigit pergelangan tangannya dengan keras. Rasa anyir langsung memenuhi mulutku, membuatku merasa mual hingga ingin muntah.

"Wanita jalang!" Dengan wajah penuh amarah, Ezra menamparku dengan keras.

Aku terjatuh, tetapi tetap memeluk erat kotak abu ibuku. Kepalaku terbentur ujung meja hingga menghasilkan bunyi keras.

"Ezra!"

Naila segera mendekat dengan wajah panik memeriksa tangan Ezra yang terluka. Setelah memastikan keadaannya, dia menatapku dengan tatapan tidak senang.

"Farah, kenapa kamu menggigit Ezra? Dia sangat peduli padamu. Cuma kotak abu, apa kamu masih khawatir Ezra nggak akan mempersiapkan yang lebih baik untuk almarhum ibumu setelah ini?"

Aku memeluk kotak abu ibuku erat-erat dan mencoba berdiri dengan susah payah. Darah dari kepalaku menetes ke kotak abu, membentuk bercak-bercak kecil. Ibuku sangat menyayangiku semasa hidupnya, tetapi dia bahkan lebih menyayangi Ezra.

Pada saat itu, aku benar-benar kehilangan kendali.

"Peduli padaku? Apakah itu sebabnya dia mengganti pengantin di hari pernikahanku dan membuat ibuku mati karena marah?"

"Ezra! Jangan lupa, siapa yang dulu mempertaruhkan nyawanya, berlari ke dalam kobaran api, dan kehilangan wajahnya demi menyelamatkanmu yang saat itu baru berusia tujuh tahun! Sekarang, aku cuma mau pergi. Pergilah dari hadapanku!"

"Cukup!" Ezra melangkah besar ke arahku, meraih leherku, dan mendorongku ke dinding.

Rasa sesak yang hebat membuatku sulit bernapas. Namun, yang membuatku lebih sulit menerima adalah jawaban Ezra yang keluar dengan nada geram.

"Farah!"

Cengkeramannya semakin kuat. Wajahnya berubah menjadi begitu menakutkan dan penuh kebencian.

"Berapa lama lagi kamu akan terus mengungkit jasa itu? Kamu sudah mendapatkan kehidupan seperti sekarang dan itu masih belum cukup?!" Ezra mengucapkan kata-kata terakhirnya dengan gigi yang terkatup.

"Berani-beraninya kamu bilang mau pergi! Aku sudah merasa bersalah. Jangan nggak tahu diri!"

Aku merasa wajahku mulai membiru karena kekurangan oksigen, air mataku bercampur darah terus mengalir tanpa henti. Aku tidak berani melepaskan kotak abu ibuku untuk melawan. Sebab, aku tahu jika aku melepaskannya, ibuku akan jatuh ke lantai.

Semasa hidup, ibuku sudah cukup menderita. Setelah meninggal, aku tidak ingin dia terus terluka. Saat Ezra hampir mencekikku hingga mati, Naila berjalan mendekat.

Dia tidak menghentikan Ezra, hanya berkata dengan nada memelas, "Farah, Ezra tetap mencintaimu. Ezra menikah sama aku karena semua orang merasa aku lebih cocok sama dia. Kalau kami menikah, harga saham perusahaan akan meningkat."

"Tapi Ezra sudah bilang sama aku secara pribadi, kamu akan selalu menjadi Nyonya Keluarga Tanoto. Ezra sudah melakukan sejauh ini. Kenapa kamu dan ibumu nggak bisa mengerti dan memakluminya, malah mempermasalahkan hal-hal yang tampak dari luar?"

Begitu Naila selesai berbicara, aku bisa merasakan kemarahan Ezra yang semakin memuncak.

"Farah! Kenapa kamu nggak bisa seperti Naila yang pengertian? Kenapa nggak bisa!"

Cengkeraman tangannya semakin kuat hingga buku jarinya memutih.

"Minta maaf sama Naila. Aku berjanji, selain di depan umum, kamu akan selalu menjadi Nyonya Keluarga Tanoto secara pribadi."

Saat aku hampir kehilangan kesadaran karena kekurangan oksigen, Ezra akhirnya melepaskan tangannya. Dia memandangku dari atas dengan tatapan yang tampak seperti belas kasih, tetapi lebih mirip ejekan dan perintah.

Amarahku tiba-tiba memuncak, menghapus semua akal sehatku. Rasa marah itu meluap dari setiap inci tubuhku.

"Ezra! Aku sudah bilang! Aku nggak peduli mau jadi Nyonya Keluarga Tanoto atau nggak!"

Aku berlari ke dapur, meraih pisau dapur, dan berbalik ke arah mereka dengan niat menghabisi mereka. "Awalnya, aku cuma mau pergi. Sekarang, aku mau kau mati!"

Saat pisau hampir mengenai mereka, emosi Ezra akhirnya meledak. Dia melindungi Naila dengan satu tangan, lalu menendang perutku dengan marah.

Di perutku ... ada anak yang sangat diidamkannya. Tendangannya yang tiba-tiba membuatku terlempar ke rak buku.

Rasa sakit yang menusuk dari perutku langsung menjalar ke seluruh tubuh. Darah yang merah pekat mengalir di antara kedua kakiku, menciptakan genangan merah di bawahku.

Dalam sekejap, lantai di sekitarku berubah menjadi lautan darah.

Related chapters

  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 3

    Aku terduduk lemas di genangan darah. Seluruh tubuhku terasa seperti hancur berkeping-keping oleh rasa sakit yang luar biasa. Namun, yang lebih menyakitkan adalah perutku, tempat di mana kehidupan baru sedang tumbuh.Rasa anyir yang pahit mengalir dari bibirku dan air mata yang terus mengalir memburamkan penglihatanku. Aku memeluk kotak abu ibuku erat-erat dan mencoba untuk berdiri. Namun, tubuhku tidak mau bergerak.Tanganku yang gemetar meraba perutku, lalu tiba-tiba darah segar menyembur keluar dari mulutku.Pemandangan itu membuat Naila ketakutan. Dia mencengkeram lengan Ezra erat-erat. Wajahnya yang biasanya tampak lembut berubah pucat."Farah! Jangan pura-pura! Aku cuma menyentuhmu sedikit. Jangan berlagak seperti hampir mati!" Ezra berdiri di kejauhan. Wajahnya gelap dan penuh amarah. Dengan santai, dia mengeluarkan tisu untuk membersihkan sepatunya yang terkena darahku.Mata Naila memerah dan air matanya hampir tumpah. Dengan ekspresi polos, dia menatapku sambil berkata, "Ezra!

    Last Updated : 2025-01-03
  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 4

    Aku menggigit erat gigi-gigiku dan menolak untuk membuka mulut, sementara Ezra terus menamparku dengan kasar dan memaksaku untuk menyerah. Akhirnya, dia mencengkeram rahangku dengan kedua tangannya, mencoba membuka mulutku dengan kasar.Dada Ezra bergetar hebat. Napasnya memburu dan dia berteriak dengan marah, "Cepat! Kalau nggak mau makan, sekarang juga minta maaf sama Naila! Lalu mohon sama aku, bilang kamu nggak mau pergi dan kamu ingin tetap jadi Nyonya Keluarga Tanoto!"Rasa sakit yang menusuk menjalar dari sudut bibirku. Kepalaku terasa seolah-olah akan terbelah menjadi dua oleh kekuatannya. Namun, aku tetap menatap Ezra dengan mata yang penuh dengan kemarahan dan kebencian.Mungkin karena dia menyadari bahwa aku hampir mati, seberkas kesadaran muncul di matanya. Akhirnya, Ezra melepaskan tangannya.Aku terengah-engah dan buru-buru merangkak di lantai, mencoba untuk mengumpulkan sisa abu ibuku. Namun tiba-tiba, Naila sengaja membuka semua jendela."Ezra, di sini terlalu pengap. P

    Last Updated : 2025-01-03
  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 5

    Aku mati, mati di dalam rumah sakit.Sebelum napasku benar-benar habis, Nenek Ezra bersimpuh di samping tempat tidurku dan memanggil namaku berulang kali dengan suara penuh kesedihan."Farah! Kenapa kamu seperti ini? Bagaimana ini bisa terjadi?"Mata nenek memerah. Air matanya mengalir dan dia memohon padaku dengan penuh isak, "Jangan tutup matamu, bertahanlah sedikit lagi. Ezra segera tiba."Namun aku tahu, aku tidak akan bisa bertahan lebih lama.Tulang rusukku patah karena tendangan Ezra. Dua di antaranya menusuk paru-paruku, menciptakan lubang besar yang membuatku kesulitan bernapas. Setiap napas disertai suara memilukan. Keguguran ini membuatku terus menerus kehilangan darah tanpa henti.Sepanjang lorong rumah sakit menuju ruang gawat darurat, darahku membentuk garis merah yang memanjang. Bisa bertahan sampai sekarang saja sudah menjadi keajaiban.Setelah keluar dari ruang gawat darurat, dokter hanya menatapku dengan penuh penyesalan, lalu menggelengkan kepala kepada nenek Ezra."

    Last Updated : 2025-01-03
  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 6

    Aku tidak benar-benar pergi. Rohku melayang di udara, menyaksikan Nenek tidak sengaja menekan tombol untuk menjawab panggilan telepon karena terlalu sedih.Dari seberang sana, terdengar suara Ezra yang penuh amarah. "Farah! Kamu sembunyi di mana?! Apa kamu pikir bersembunyi seperti anjing bisa mengancamku?!""Katakan! Kamu pergi menemui Nenek, ya?! Apa kamu pikir dengan berlindung padanya, kamu bisa memaksaku? Kukasih tahu ya! Di rumah ini, sekarang akulah yang berkuasa!"Nenek terengah-engah karena emosi. Tubuhnya goyah, dia mundur sambil memegang dadanya dan ponselnya terjatuh ke lantai.Bunyi ponsel yang jatuh ke lantai semakin memicu amarah Ezra. Dia sepertinya mengira aku sedang mendiamkannya sebagai bentuk protes."Kenapa nggak bicara? Kamu sudah mati ya?"Mendengar kata-kata itu, aku tiba-tiba ingin memberitahunya. Benar, aku sudah mati. Bukankah sekarang kamu dan Naila bisa hidup bahagia bersama untuk selamanya?"Farah! Cepat bicara!" Ezra menggeram dengan marah. "Kukasih tahu

    Last Updated : 2025-01-03
  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 7

    Ketika Ezra yang kehilangan akal mengemudikan mobilnya dan menerobos gerbang besar Keluarga Tanoto untuk mencariku, Nenek sedang berlutut dan melantunkan doa untukku dan ibuku.Tubuhku yang tak bernyawa dan sisa tulang ibuku diletakkan di bawah patung doa.Mobil Ezra akhirnya berhenti di depan aula sembahyang. Airbag-nya meledak, tetapi kepalanya tetap penuh darah akibat benturan."Farah! Keluar kau sekarang juga!" Dia berteriak seperti anjing gila dan memekik di depan aula.Nenek hanya menghentikan lantunan doanya sebentar, jari-jarinya terus memutar tasbih dan melanjutkan doanya dengan ketulusan hati. Dia berharap aku dan ibuku bisa menuju kebahagiaan di alam baka.Sampai akhirnya, Naila mengemudikan mobil dan menyusul dari belakang. Dia turun dari mobil sambil berteriak, "Nenek, tolong jangan salahkan Ezra!"Saat itu, tasbih di tangan Nenek terputus. Butir-butir tasbihnya berjatuhan ke tanah dan bergulir ke segala arah."Berlutut!"Nenek berdiri dan membentak, "Cepat berlutut di dep

    Last Updated : 2025-01-03
  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 8

    "Mana mungkin?" Ezra membelalak tidak percaya. Dia mulai terbatuk sambil menutup mulutnya dengan tangan. Batuknya semakin keras, seolah paru-parunya akan keluar.Naila yang melihat kondisinya ini, langsung melangkah maju dan menepuk-nepuk bahunya dengan lembut untuk mencoba menenangkannya.Dia menatap Nenek dan menangis dengan suara serak, "Nenek! Anda ini nenek kandung Ezra. Kenapa Anda juga perlakukan Ezra begini! Dia nggak boleh terlalu emosional, paru-parunya nggak kuat."Sambil berkata demikian, dia berlutut untuk berpura-pura kasihan. "Suruh Farah keluar. Kalau dia benar-benar cemburu, aku bisa pergi. Asalkan Ezra baik-baik saja, aku rela melakukan apa saja."Air mata mengalir deras di wajah Naila. Bahkan di saat seperti ini, dia masih mencoba menggunakan citra diri yang penuh belas kasihan untuk menarik perhatian dan mencoba menunjukkan bahwa dia adalah satu-satunya yang benar-benar peduli pada Ezra.Nenek turun dari tangga dengan langkah tegas. Dia mengayunkan tangan dan member

    Last Updated : 2025-01-03
  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 9

    Ezra akhirnya tetap tidak bisa melihatku.Nenek berkata, "Aku sudah janji sama Farah. Dia bilang, dia nggak mau melihatmu lagi seumur hidup."Ketika semua kekuasaan dan statusnya dicabut, Ezra tidak kehilangan akal. Namun, pada saat mendengar kata-kata ini, Ezra benar-benar kehilangan kewarasannya.Dia memandang ke arah aula tempat jasadku terbaring dan berniat untuk menerobos masuk. Namun kali ini, bukan hanya Teddy, melainkan semua orang maju bersama untuk menahannya dan menjatuhkannya ke lantai.Ezra berteriak keras, "Farah! Kamu pasti belum mati! Kamu nggak mungkin mati! Aku nggak mengizinkanmu mati! Kenapa kamu mati?! Apa hakmu mati?!"Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Ezra.Dengan air mata yang tertahan, Nenek menggertakkan giginya sambil berkata, "Hak apa?! Dia itu manusia! Dia bukan milikmu!""Dulu, kamu menyembunyikan ketidakpuasanmu terlalu baik! Demi mewarisi Keluarga Tanoto, kamu berpura-pura mencintainya! Kamu menipunya!""Dia mencintaimu, itulah sebabnya dia b

    Last Updated : 2025-01-03
  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 1

    Ketika aku pulang ke rumah dengan memeluk kotak abu jenazah ibuku, waktu sudah larut malam. Cahaya bulan terasa dingin dan menusuk hingga ke tulang.Baru saja tiba di depan pintu, aku melihat sepatu hak tinggi milik Naila diletakkan di posisi pemilik rumah. Ini bukan pertama kalinya Naila datang ke sini.Sejak tiga tahun lalu, ketika Naila menjadi mitra senior Ezra di perusahaan, dia sering datang dengan alasan "urusan pekerjaan". Entah itu pagi-pagi sekali atau larut malam, bahkan saat hujan deras sekalipun, ambisi "karier"-nya tetap tidak terbendung.Awalnya, aku masih sempat ribut soal ini, tapi Ezra hanya menyuruhku menempatkan diriku dengan benar. Dia berkata, "Perusahaan menghasilkan uang. Kamu yang nggak melakukan apa-apa yang menikmatinya."Lama-kelamaan, jika aku protes lagi, Ezra akan mendiamkanku selama berhari-hari hingga aku meminta maaf terlebih dahulu. Saat itu, aku masih mencintai Ezra, jadi aku terus meyakinkan diriku sendiri.Namun, yang kudapatkan sebagai balasannya

    Last Updated : 2025-01-03

Latest chapter

  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 9

    Ezra akhirnya tetap tidak bisa melihatku.Nenek berkata, "Aku sudah janji sama Farah. Dia bilang, dia nggak mau melihatmu lagi seumur hidup."Ketika semua kekuasaan dan statusnya dicabut, Ezra tidak kehilangan akal. Namun, pada saat mendengar kata-kata ini, Ezra benar-benar kehilangan kewarasannya.Dia memandang ke arah aula tempat jasadku terbaring dan berniat untuk menerobos masuk. Namun kali ini, bukan hanya Teddy, melainkan semua orang maju bersama untuk menahannya dan menjatuhkannya ke lantai.Ezra berteriak keras, "Farah! Kamu pasti belum mati! Kamu nggak mungkin mati! Aku nggak mengizinkanmu mati! Kenapa kamu mati?! Apa hakmu mati?!"Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Ezra.Dengan air mata yang tertahan, Nenek menggertakkan giginya sambil berkata, "Hak apa?! Dia itu manusia! Dia bukan milikmu!""Dulu, kamu menyembunyikan ketidakpuasanmu terlalu baik! Demi mewarisi Keluarga Tanoto, kamu berpura-pura mencintainya! Kamu menipunya!""Dia mencintaimu, itulah sebabnya dia b

  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 8

    "Mana mungkin?" Ezra membelalak tidak percaya. Dia mulai terbatuk sambil menutup mulutnya dengan tangan. Batuknya semakin keras, seolah paru-parunya akan keluar.Naila yang melihat kondisinya ini, langsung melangkah maju dan menepuk-nepuk bahunya dengan lembut untuk mencoba menenangkannya.Dia menatap Nenek dan menangis dengan suara serak, "Nenek! Anda ini nenek kandung Ezra. Kenapa Anda juga perlakukan Ezra begini! Dia nggak boleh terlalu emosional, paru-parunya nggak kuat."Sambil berkata demikian, dia berlutut untuk berpura-pura kasihan. "Suruh Farah keluar. Kalau dia benar-benar cemburu, aku bisa pergi. Asalkan Ezra baik-baik saja, aku rela melakukan apa saja."Air mata mengalir deras di wajah Naila. Bahkan di saat seperti ini, dia masih mencoba menggunakan citra diri yang penuh belas kasihan untuk menarik perhatian dan mencoba menunjukkan bahwa dia adalah satu-satunya yang benar-benar peduli pada Ezra.Nenek turun dari tangga dengan langkah tegas. Dia mengayunkan tangan dan member

  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 7

    Ketika Ezra yang kehilangan akal mengemudikan mobilnya dan menerobos gerbang besar Keluarga Tanoto untuk mencariku, Nenek sedang berlutut dan melantunkan doa untukku dan ibuku.Tubuhku yang tak bernyawa dan sisa tulang ibuku diletakkan di bawah patung doa.Mobil Ezra akhirnya berhenti di depan aula sembahyang. Airbag-nya meledak, tetapi kepalanya tetap penuh darah akibat benturan."Farah! Keluar kau sekarang juga!" Dia berteriak seperti anjing gila dan memekik di depan aula.Nenek hanya menghentikan lantunan doanya sebentar, jari-jarinya terus memutar tasbih dan melanjutkan doanya dengan ketulusan hati. Dia berharap aku dan ibuku bisa menuju kebahagiaan di alam baka.Sampai akhirnya, Naila mengemudikan mobil dan menyusul dari belakang. Dia turun dari mobil sambil berteriak, "Nenek, tolong jangan salahkan Ezra!"Saat itu, tasbih di tangan Nenek terputus. Butir-butir tasbihnya berjatuhan ke tanah dan bergulir ke segala arah."Berlutut!"Nenek berdiri dan membentak, "Cepat berlutut di dep

  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 6

    Aku tidak benar-benar pergi. Rohku melayang di udara, menyaksikan Nenek tidak sengaja menekan tombol untuk menjawab panggilan telepon karena terlalu sedih.Dari seberang sana, terdengar suara Ezra yang penuh amarah. "Farah! Kamu sembunyi di mana?! Apa kamu pikir bersembunyi seperti anjing bisa mengancamku?!""Katakan! Kamu pergi menemui Nenek, ya?! Apa kamu pikir dengan berlindung padanya, kamu bisa memaksaku? Kukasih tahu ya! Di rumah ini, sekarang akulah yang berkuasa!"Nenek terengah-engah karena emosi. Tubuhnya goyah, dia mundur sambil memegang dadanya dan ponselnya terjatuh ke lantai.Bunyi ponsel yang jatuh ke lantai semakin memicu amarah Ezra. Dia sepertinya mengira aku sedang mendiamkannya sebagai bentuk protes."Kenapa nggak bicara? Kamu sudah mati ya?"Mendengar kata-kata itu, aku tiba-tiba ingin memberitahunya. Benar, aku sudah mati. Bukankah sekarang kamu dan Naila bisa hidup bahagia bersama untuk selamanya?"Farah! Cepat bicara!" Ezra menggeram dengan marah. "Kukasih tahu

  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 5

    Aku mati, mati di dalam rumah sakit.Sebelum napasku benar-benar habis, Nenek Ezra bersimpuh di samping tempat tidurku dan memanggil namaku berulang kali dengan suara penuh kesedihan."Farah! Kenapa kamu seperti ini? Bagaimana ini bisa terjadi?"Mata nenek memerah. Air matanya mengalir dan dia memohon padaku dengan penuh isak, "Jangan tutup matamu, bertahanlah sedikit lagi. Ezra segera tiba."Namun aku tahu, aku tidak akan bisa bertahan lebih lama.Tulang rusukku patah karena tendangan Ezra. Dua di antaranya menusuk paru-paruku, menciptakan lubang besar yang membuatku kesulitan bernapas. Setiap napas disertai suara memilukan. Keguguran ini membuatku terus menerus kehilangan darah tanpa henti.Sepanjang lorong rumah sakit menuju ruang gawat darurat, darahku membentuk garis merah yang memanjang. Bisa bertahan sampai sekarang saja sudah menjadi keajaiban.Setelah keluar dari ruang gawat darurat, dokter hanya menatapku dengan penuh penyesalan, lalu menggelengkan kepala kepada nenek Ezra."

  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 4

    Aku menggigit erat gigi-gigiku dan menolak untuk membuka mulut, sementara Ezra terus menamparku dengan kasar dan memaksaku untuk menyerah. Akhirnya, dia mencengkeram rahangku dengan kedua tangannya, mencoba membuka mulutku dengan kasar.Dada Ezra bergetar hebat. Napasnya memburu dan dia berteriak dengan marah, "Cepat! Kalau nggak mau makan, sekarang juga minta maaf sama Naila! Lalu mohon sama aku, bilang kamu nggak mau pergi dan kamu ingin tetap jadi Nyonya Keluarga Tanoto!"Rasa sakit yang menusuk menjalar dari sudut bibirku. Kepalaku terasa seolah-olah akan terbelah menjadi dua oleh kekuatannya. Namun, aku tetap menatap Ezra dengan mata yang penuh dengan kemarahan dan kebencian.Mungkin karena dia menyadari bahwa aku hampir mati, seberkas kesadaran muncul di matanya. Akhirnya, Ezra melepaskan tangannya.Aku terengah-engah dan buru-buru merangkak di lantai, mencoba untuk mengumpulkan sisa abu ibuku. Namun tiba-tiba, Naila sengaja membuka semua jendela."Ezra, di sini terlalu pengap. P

  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 3

    Aku terduduk lemas di genangan darah. Seluruh tubuhku terasa seperti hancur berkeping-keping oleh rasa sakit yang luar biasa. Namun, yang lebih menyakitkan adalah perutku, tempat di mana kehidupan baru sedang tumbuh.Rasa anyir yang pahit mengalir dari bibirku dan air mata yang terus mengalir memburamkan penglihatanku. Aku memeluk kotak abu ibuku erat-erat dan mencoba untuk berdiri. Namun, tubuhku tidak mau bergerak.Tanganku yang gemetar meraba perutku, lalu tiba-tiba darah segar menyembur keluar dari mulutku.Pemandangan itu membuat Naila ketakutan. Dia mencengkeram lengan Ezra erat-erat. Wajahnya yang biasanya tampak lembut berubah pucat."Farah! Jangan pura-pura! Aku cuma menyentuhmu sedikit. Jangan berlagak seperti hampir mati!" Ezra berdiri di kejauhan. Wajahnya gelap dan penuh amarah. Dengan santai, dia mengeluarkan tisu untuk membersihkan sepatunya yang terkena darahku.Mata Naila memerah dan air matanya hampir tumpah. Dengan ekspresi polos, dia menatapku sambil berkata, "Ezra!

  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 2

    Saat Ezra hampir berhasil merebut kotak abu ibuku untuk digunakan mengubur anjing kampung yang disebutnya, aku bertindak spontan. Aku menggigit pergelangan tangannya dengan keras. Rasa anyir langsung memenuhi mulutku, membuatku merasa mual hingga ingin muntah."Wanita jalang!" Dengan wajah penuh amarah, Ezra menamparku dengan keras.Aku terjatuh, tetapi tetap memeluk erat kotak abu ibuku. Kepalaku terbentur ujung meja hingga menghasilkan bunyi keras."Ezra!"Naila segera mendekat dengan wajah panik memeriksa tangan Ezra yang terluka. Setelah memastikan keadaannya, dia menatapku dengan tatapan tidak senang."Farah, kenapa kamu menggigit Ezra? Dia sangat peduli padamu. Cuma kotak abu, apa kamu masih khawatir Ezra nggak akan mempersiapkan yang lebih baik untuk almarhum ibumu setelah ini?"Aku memeluk kotak abu ibuku erat-erat dan mencoba berdiri dengan susah payah. Darah dari kepalaku menetes ke kotak abu, membentuk bercak-bercak kecil. Ibuku sangat menyayangiku semasa hidupnya, tetapi di

  • Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku   Bab 1

    Ketika aku pulang ke rumah dengan memeluk kotak abu jenazah ibuku, waktu sudah larut malam. Cahaya bulan terasa dingin dan menusuk hingga ke tulang.Baru saja tiba di depan pintu, aku melihat sepatu hak tinggi milik Naila diletakkan di posisi pemilik rumah. Ini bukan pertama kalinya Naila datang ke sini.Sejak tiga tahun lalu, ketika Naila menjadi mitra senior Ezra di perusahaan, dia sering datang dengan alasan "urusan pekerjaan". Entah itu pagi-pagi sekali atau larut malam, bahkan saat hujan deras sekalipun, ambisi "karier"-nya tetap tidak terbendung.Awalnya, aku masih sempat ribut soal ini, tapi Ezra hanya menyuruhku menempatkan diriku dengan benar. Dia berkata, "Perusahaan menghasilkan uang. Kamu yang nggak melakukan apa-apa yang menikmatinya."Lama-kelamaan, jika aku protes lagi, Ezra akan mendiamkanku selama berhari-hari hingga aku meminta maaf terlebih dahulu. Saat itu, aku masih mencintai Ezra, jadi aku terus meyakinkan diriku sendiri.Namun, yang kudapatkan sebagai balasannya

DMCA.com Protection Status