Arga sedang melihat sebuah transaksi di sebuah warung pinggiran. Itu dia orang yang dicurigai menyelundupkan bahan milik Internusa. “Ternyata dia cuma orang kampung, jelek, mana item lagi. Kenapa dia berani banget nyelewengin bahannya Internusa,” gumam Arga. Pria tersebut sedang duduk santai, menjadi salah satu pelanggan warung kopi. Juga sedang menikmati puntung berasapnya. Kali ini, ia menyamar dengan penuh totalitas. Lagipula kepulan asap ini juga bentuk kekecewaannya pada Karina. Ia tidak menyangka akan kalah dengan Jonathan untuk urusan cinta, bahkan dengan perempuan kampung sekalipun. Lelah sudah pasti, berdebat dalam hati menyalahkan takdir juga. Ah andai Karina tahu betapa tulus cintanya.‘Jo mana lagi, kenapa dia lama sekali. Apa dia akan bawa polisi juga!’ pikir Arga. Ia melihat pria yang dicurigainya sudah akan pergi. Arga putuskan untuk mengikuti, ia merasa masalah ini harus cepat selesai. Lagipula bisa saja dalam penguntitan ini, ia bisa dapatkan bukti baru. Selain la
“Karina! Ada yang ketemu sama kamu!” Bu Riska memanggil Karina yang sudah memulai pekerjaannya sejak tadi di ruang proses.“Saya?”“Iya!”“Dimana Bu?”“Di ruangan meetingnya Pak Jo.”Karina merasa ruangan itu tidak biasa dikunjungi orang sepertinya. Ia pun sejenak diam dan malah termenung.“Kok malah ngelamun. Cepetan kesana, mungkin ada hal yang penting!” Bu Riska mengingatkan.“I-iya Bu! Saya akan segera kesana!”Karina pun segera melangkahkan kaki keluar ruang proses, melepas atribut proses yang serba dijaga kehigienisannya.”Mungkin Jo, pasti dia mau menjelaskan sesuatu karena hal kemarin.” Karina coba menebak.Sementara itu, Jonathan memang kesiangan untuk berangkat ke Internusa. Dia harus sedikit begadang tadi malam, karena perkara Laura dan penyelundupan bahan yang akhirnya akan diselidiki oleh orang-orang yang semestinya bisa dipercaya dan setia pastinya. Saat mobilnya sampai di Internusa, dan terparkir tepat di samping mobil milik mamanya. Ia merasa sangat terkejut.“Ini mob
Hati itu berusaha tertutup, dan mungkin masih ingin tertutup.Karina berteguh pada hatinya menolak kehadiran Jonathan. Ia segera mengalihkan pandangan agar tak satu garis dengan netra Jonathan yang ingin membaca hatinya.“Nggak bisa Jo, Nyonya Kirana dan Tuan Kayren sangat tega sama aku. Mereka bahkan nggak ada sedikitpun rasa sayang buat Azka. Lalu kamu minta kita bisa seperti dulu. Tentu jawabannya, aku nggak mau dan nggak akan pernah mau,” ucap Karina tegas dan pasti. Ia lepas tangan Jonathan yang masih tertahan di kedua kakinya. “Terus, apa kamu akan terus sendiri buat membesarkan Azka?”“Ya, karena sendiri lebih baik. Kecuali kalau memang ada pria yang sangat tepat untuk menggantikan posisi kamu, di hatiku dan di hatinya Azka.”“Aku nggak akan biarkan itu. Apalagi Arga yang menggantikannya.”“Terus kamu mau tetap memaksa buat kita bisa bersatu, Jo! Nyonya Kiran bahkan melempar uang ke mukaku agar aku menjauh dari kamu. Sedangkan tuan Kayren, dia bahkan ingin menghabisiku saat k
Arga yang emosi berjalan tegap dengan langkah cepat. Beberapa karyawan melihatnya dengan bingung dan takut. Wajah Arga terlihat garang saat itu.“Jo, sebenarnya apa sih yang sedang kamu lakukan. Apa susahnya mengangkat telepon. Aku kan nggak nyuruh angkat berat. Dasar pria aneh!” Arga mendorong pintu ruang kerja Jonathan dengan sangat keras karena kesal.Spontan Jonathan juga terkejut. Ia menatap ke arah pintu.“Selalu saja masuk ruangan orang lain tanpa mengetuk pintu dulu!” ucap Jonathan.“Mengetuk pun kamu nggak akan izinkan aku masuk Jo! Udah sekarang ikut aku. Ada hal yang penting!”Jonathan dengan wajah datarnya sontak menolak.“Nggak mau, lagian mau ikut kemana sih!”“Ya ampun Joooo! Masih sempat nanya saat ada hal yang sangat genting dan penting!” Arga menatap kesal, dan saat itu ia juga melihat ponsel milik Jonathan tergeletak di atas meja. “Aku kira ponselmu hilang, kenapa susah sekali dihubungi?” tanya Arga.“Iya, tadi aku ke kamar mandi!”“Alasan! Sekarang ikut aku sekara
Karina ingin mencari cara untuk mengalihkan topik pembicaraan. Ia melempar pandang ke segala penjuru. Sayangnya otaknya masih buntu.‘Ah disaat seperti ini, kenapa aku malah panggil dia Jo sih!’ keluh Karina dalam hati. Ia kemudian menatap Arga yang masih memandang ke arahnya. “Pak Arga mungkin sedang kebingungan, makanya tadi jadi salah dengar,” jelas Karina membujuk Arga. “Masak sih?”Karina mengangguk.“Gimana kalau pak Arga, bantuin pak Jo sekarang! Kayaknya pakjo lagi butuh bantuan.”“Ah iya, aku baru ingat tentang Sandi!” bergegas Arga membantu Jonathan. Ia berjalan mendekati Jo secepatnya. Termasuk Karina juga. Ia pun ingin mengetahui keadaan Jonathan.Jonathan terlihat sudah hampir berhasil, namun Sandi benar-benar melakukan perlawanan sengit.Dua security Internusa dilukai oleh pisaunya. Arga lekas mendorong Sandi dengan kakinya. Hingga Sandi harus terjungkal.“Ah, kamu bener-bener bikin onar!” Jonathan mendekat dan tanpa peduli rasa sakit di lengannya. Ia pun menyingkirkan
“Itu dia!” Jonathan sudah hampir melangkah akan menemui Azka. Ia melihat anak kecil itu baru saja keluar dari gerbang sekolahnya. Dengan sebuah bungkusan di tangan, ada mainan yang sempat dibeli oleh Jonathan tadi sebelum kesini. Namun, getra dering telepon mengejutkan pria tersebut. Ia pun berhenti dan mengangkat teleponnya terlebih dulu. “Hallo!” sapa Jonathan.Sejenak Jonathan mendengar lawan bicaranya. Seiring waktu, raut wajahnya jadi berubah.“Saya sedang ada kerjaan di luar. Mungkin Kenneth bisa menanganinya.”“Apa! Kenneth nggak ada di pabrik ataupun di kantor! Dia tidak memberitahu saya kalau akan pergi! Ya sudah, secepatnya saya akan balik ke perusahaan!” Jonathan menutup teleponnya.Pria itu bisa melihat Azka sedang menunggu untuk dijemput. Ia sangat ingin menemui putra semata wayangnya itu, tapi waktu sungguh sangat terbatas. “Eh, Mbak, tolong kasih mainan ini sama anak yang lagi duduk di sebelah sana itu bisa nggak! Biar saya kasih upah buat Mbak. Tolong ya, bilang ka
Nyonya Kirana menenteng tas mahal dan keluar dari mobil mewah yang telah terparkir di halaman Internusa.Ia menatap sekeliling lalu perlahan menurunkan kacamata hitamnya. Netranya mencari sasaran. Ia paham saat ini adalah jam pulang ara karyawan Internusa, itu artinya mantu yang paling dibencinya juga pasti sedang dalam perjalan keluar dari Internusa.“Mana perempuan itu! Mana Karina! Aku akan temukan kamu meski kamu sudah merubah penampilan sekalipun,” ucap mama Kirana dengan sangat pasti. Ia pun berjalan masuk dan sengaja lewat lorong karyawan produksi supaya bisa bertemu dengan Karina.Karina sendiri masih berdiri kaku di tempatnya. Ia ternyata sudah bisa melihat kehadiran mama mertuanya, masih ada jarak beberapa meter sebelum mama Kirana itu kembali menemukannya. “Kenapa ada mama mertua di sini?” tanya Karina yang ternyata, terdengar di sambungan teleponnya dengan Jonathan.Jonathan yang masih berada di tempatnya berada, rasanya semakin cemas. Ia bisa dengar jelas, kalau Karina bi
“Hentikan Jo! Jangan lakukan ini! Semua perbutan kamu buat aku kacau Jo! Pergi!”Jonathan masih menunduk, ia mulai menggelengkan kepalanya menolak keinginan Karina. Lantas tangannya menyentuh kedua kaki Karina. “Aku akan perjuangin kamu Karin, karena aku butuh kamu dan Azka dalam hidupku!”Karina mengusap air matanya yang lolos. Ia angkat wajahnya ke langit supaya tidak terlalu menangis dengan keadaan yang saat ini terjadi.“Baik, aku akan ceritakan semuanya. Dimulai dari perginya aku saat kita mau menikah, dimana mama kamu nyogok aku buat menggugurkan kandunganku, dan saat kita berhasil ketemu lagi, juga kecelakaan yang membuat kita celaka. Itu semua adalah skenario dari Tuan Kayren. Makam palsu itu juga! Dan asal kamu tau, nggak secuil uang pun aku dapat dari keluarga kamu yang super duper kaya itu untuk gedein Azka. Semuanya aku perjuangkan sendiri Jo. Sendiri!” Sementara itu, di rumah Karina, bu Raya sedang menyiapkan makanan kesukaan Azka. Tiba-tiba saja piring yang mau dipakai