Sekian Lama Tinggal di Kontrakan Tua, Akhirnya Mereka BerkenalanSarah adalah seorang wanita yang sekarang tinggal di kota kecil Jawa Barat.Ia harus pindah ke Kota Kembang itu untuk menuntut Ilmu di salah satu universitas ternama di sana.Saat pindah ke Bandung, Sarah pergi bersama ayahnya.Ayahnya mengantarkan Sarah ke rumah kontrakan yang akan dihuni Sarah selama menuntut ilmu.Di kontrakan itu, Sarah juga akan tinggal bersama dua orang saudara sepupunya yang juga menuntut ilmu di tempat dan angkatan yang sama dengannya.Saudara tertua bernama Jani dan saudara yang lebih tua dari Sarah bernama AvaSarah merupakan yang paling kecil dari mereka bertiga, maklum baru lulus SMA tahun yang sama.Selama dua setengah jam di perjalanan, akhirnya ia tiba di Kota Bandung.Ini adalah pertama kali Sarah tinggal jauh dari orang tuanya. Perasaan campur aduk tentu dirasakan Sarah.Setelah mobil terparkir, Sarah bergegas turun dan mengambil barang-barang bawaanya.Sembari mengangkat
Sekian Lama Tinggal di Kontrakan Tua, Akhirnya Mereka BerkenalanSarah adalah seorang wanita yang sekarang tinggal di kota kecil Jawa Barat.Ia harus pindah ke Kota Kembang itu untuk menuntut Ilmu di salah satu universitas ternama di sana.Saat pindah ke Bandung, Sarah pergi bersama ayahnya.Ayahnya mengantarkan Sarah ke rumah kontrakan yang akan dihuni Sarah selama menuntut ilmu.Di kontrakan itu, Sarah juga akan tinggal bersama dua orang saudara sepupunya yang juga menuntut ilmu di tempat dan angkatan yang sama dengannya.Saudara tertua bernama Jani dan saudara yang lebih tua dari Sarah bernama AvaSarah merupakan yang paling kecil dari mereka bertiga, maklum baru lulus SMA tahun yang sama.Selama dua setengah jam di perjalanan, akhirnya ia tiba di Kota Bandung.Ini adalah pertama kali Sarah tinggal jauh dari orang tuanya. Perasaan campur aduk tentu dirasakan Sarah.Setelah mobil terparkir, Sarah bergegas turun dan mengambil barang-barang bawaanya.Sembari mengangkat
“Brii, Brii..”Suara panggilan nama disertai dengan ketukan pintu membangunkan aku dari tidur siang.“Masih jam empat, kan janjinya juga setelah maghrib..” Gumamku dalam hati.Hari itu memang aku berjanji dengan Nando untuk melihat rumah yang akan kami tempati sebagai tempat kost yang baru, rumah yang letaknya di daerah Cikutra Barat, Bandung.Selama tahun-tahun terakhir masa kuliah, aku berteman akrab dengan empat orang kawan, semuanya laki-laki, namanya Asep, Nando, Doni, dan Irwan. Mereka berasal dari luar pulau Jawa, kecuali Asep.Aku adalah Brii, lahir dan besar di Cilegon, Banten. Kota kecil yang letaknya ada di ujung Barat pulau Jawa. Keluargaku termasuk keluarga yang berkecukupan, walaupun tidak terlalu kaya. Aku hanya memiliki satu kakak perempuan, hanya dua bersaudara.Karena aku anak lelaki satu-satunya, Bapak dan Ibu sebenarnya cukup berat ketika aku memutuskan untuk berkuliah di Bandung. Banyak wejangan yang mereka berikan untuk b
Bandung, sekitar tahun 2007, udaranya masih tergolong dingin. Suhu terendah bisa menyentuh 14 derajat celsius, kabut masih sering terlihat tebal pada pagi hari.Dan yang lebih seru lagi, waktu kamar mandi kost-ku masih menggunakan bak mandi, setiap subuh permukaan airnya membeku, alias menjadi lempengan es karena begitu dinginnya. Mungkin memang dipengaruhi faktor daerah Ciumbuleuit–Dago-Dipatiukur masih termasuk wilayah Bandung bagian atas alias dataran tinggi.Begitulah gambaran Bandung ketika itu.Hujan angin disertai petir menemaniku ketika sedang mengemasi barang-barang di tempat kost yang lama. Bandung waktu itu memang sedang di berada tengah-tengah musim penghujan.Sebenarnya cukup berat meninggalkan tempat kost-ku yang di Ciumbuleuit ini, selama tiga tahun lebih aku menempatinya. Ibu dan Bapak pemilik kost sangat baik memperlakukan aku. Walaupun terhitungnya masih keluarga jauh, tapi mereka menganggapku anak mereka sendiri.
Rumah ini terhitung sudah cukup penuh penghuninya. Aku, Asep, Doni, dan Irwan masing-masing menempati kamar yang ada di lantai dasar bangunan utama. Sedangkan Nando sendirian menempati kamar yang letaknya di bagian belakang, bersebelahan dengan gudang, berhadapan langsung dengan taman terbuka.Sedangkan Memi dan Sisi menempati dua kamar yang ada di lantai atas, seperti yang sudah aku ceritakan di awal.Tetapi, ada satu kamar yang belum terisi sejak kami menempati rumah itu. Kamar yang masih kosong ini letaknya persis di sebelah kanan kamarku.Kamar ini ukurannya lebih kecil dari kamar lainnya, memiliki jendela yang langsung menghadap keluar. Kamar ini juga sudah dilengkapi perabotan dasar di dalamnya, ada tempat tidur, lemari pakaian, dan meja. Beberapa kali aku sempat masuk ke dalamnya, karena memang ada beberapa barang tidak terpakai yang kami letakkan di situ.Mungkin memang karena tidak berpenghuni dan jarang ada orang yang memasukinya, suasana di
Rumah ini, entah bagaimana, udara di dalamnya selalu segar dan nyaman, membuat semua penghuninya betah tinggal berlama-lama. Padahal struktur bangunannya bukan struktur bangunan yang dibuat sengaja untuk mempermudah aliran udaranya agar mengalir lancar, jendelanya tidak terlalu banyak, langit-langitnya juga tidak terlalu tinggi. Agak aneh sebenarnya, terkadang suhu di dalam lebih dingin dari suhu di luar. Tapi ya tetap saja, kami tidak terlalu memikirkan keanehan itu, karena kami memang nyaman-nyaman saja. Banyak yang bilang, mungkin karena Bandung memang cuacanya selalu dingin, tapi terkadang ada juga rumah yang di dalamnya pengap dan panas, padahal suhu di luar dingin, entah mungkin sirkulasinya yang kurang bagus, atau ada sebab-sebab lain.Suasananya seperti di rumah kami sendiri, tidak seperti tempat-tempat kost yang lain.Teman-teman kami pun lebih sering menjadikan rumah ini sebagai tempat berkumpul untuk sekadar ngobrol atau mengerjakan tugas kuliah, t
Kami mendengar dan merasakan semuanya, di Rumah Teteh.. Setelah kejadian di kamar Sisi, gak bisa dipungkiri kalau gw jadi berbeda memandang keberadaan Teteh, walaupun tentu saja tetap ketakutan apabila harus bertemu, dan situasinya tetap mencekam."Percakapan" kami waktu itu sedikit banyak menjawab beberapa pertanyaan yang ada di benak, Semakin terbuka dan jelas, tapi tetap saja masih banyak minteri yang belum terungkap.Dan sepertinya, kalau mau dirunut ke belakang, penampakan dan kehadiran Teteh ternyata banyak "pesan" terselubung yang ingin disampaikan.Berbagai kejadian seram dan mencekam, waktu dan hari kejadiannya, semua menjadi serangkaian momen hidup yang ada alasannya, ada penjelasan di balik semuanya.Karena gak hanya gw, semua penghuni rumah juga merasakan hal yang sama. Aneh, gak masuk akal, tapi begitu adanya..Dari ketika Teteh ikut ibadah bersama Asep, melarang Nando dan Doni untuk berpacaran di rumah sampai lupa waktu, mengingatka
Begini ceritanya; sekitar lima tahun yang lalu, ketika aku baru saja menjadi mahasiswa di kota Bandung, seperti kebanyakan mahasiswa rantau lainnya, aku juga mencari-cari tempat kos yang kira-kira dekat ke kampus. Karena belum punya teman dan tak punya saudara di sini, atau orang yang kukenal, aku mencari tempat kos sendiri saja.Selesai menyelesaikan semua urusan pendaftaran di kampus tempat aku diterima, aku langsung keluar kampus untuk mencari tempat kos. Untung aku datang lebih awal dan saat loket pendaftaran dibuka aku menjadi antrean pertama. Akhirnya aku bisa menyelesaikan semua urusan pendaftaranku lebih awal. Kira-kira pukul sebelas aku sudah keluar kampus.Setiba di luar gerbang, aku merasa sangat bingung. Aku benar-benar tak tahu tentang kota Bandung ini dan aku juga tak punya siapa-siapa yang kukenal di sini. Malah dalam pikiranku, seandainya sampai malam nanti aku masih belum menemukan tempat kos, aku akan menginap di kampus saja. Tapi pikiran itu segera