Mata Siti hampir jatuh saat dia melihat Diki berada di hadapannya. Tangannya nyaris tidak henti gemetar saat Diki mulai memperkenalkan diri pada dirinya. Itu adalah hal yang tidak pernah di duga oleh Siti. Bagaimana Siti terlihat begitu menyukai sosok Diki yang tampan dan berwibawa. Di tambah dengan pakaian formal yang di kenakan oleh dirinya. Semakin menambah kesan ciamik yang di miliki oleh Diki. Kesan yang begitu baik di rasakan oleh Siti yang pertama kali melihat Diki. Ketiganya pun duduk di satu meja yang sama. Di mana seorang pelayan langsung menghampiri meja mereka bertiga untuk menuliskan menu makanan yang mungkin saja ingin segera di pesan oleh ketiganya. "Apa yang ingin kamu pesan?" tanya Rosa pada Siti. Bukannya menjawab pertanyaan dari Rosa. Siti justru malah terus memperhatikan wajah Diki dengan penuh semangat. Dia terlihat tidak jemu melihat bagaimana wajah Diki yang begitu mempesona bagi dirinya. Tidak heran Rosa pun langsung marah saat dia melihat ekspresi dari Siti
"Masuk." ucap Egi saat mendengar asisten pribadinya mengucap salam dari luar ruang kerjanya. Asisten pribadi Egi pun masuk dengan di temani oleh ibu dari Joanna. Di mana ibu dari Joanna berharap akan ada sedikit pengertian dari Egi untuk bisa memberikan sedikit ruang pada Joanna yang terlihat begitu bersedih dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Egi sendiri begitu terkejut saat melihat keberadaan dari ibu Joanna. Di mana ini bukan hal yang pernah di duga oleh Egi. Sebab dia merasa kedatangan dari ibu Joanna adalah hal yang tidak pernah di inginkan oleh dirinya. "Selamat siang Bapak Egi yang terhormat." ucap ibu Joanna dengan wajah picik. "Selamat siang, Ibu Evita Kusmono." balas Egi dengan wajah tegas. "Ingat betul saat kamu masih belum jadi apa-apa. Masih merintis perusahaan ini dengan susah payah. Bagaimana suami saya menjadi penghubung buat kamu bertemu dengan klien besar. Tapi sepertinya ini sudah berubah, setelah kamu memiliki semuanya. Hal yang sama sekali tidak pe
Seperti berada di salah satu jembatan. Mungkin itu perasaan yang sedang di hadapi oleh Egi saat ini. Di mana dia merasa begitu berat untuk melakukan tindakan yang harus di ambil oleh dirinya. Ancaman dari ibu Joanna tentu bukan ancaman yang main-main. Sehingga akan sulit untuk memutuskan bagi Egi, pilihan yang akan di ambil oleh dirinya. Egi pun merasa bingung dengan apa yang harus di lakukan oleh dirinya. Sehingga dia terlihat begitu dilema dengan jalan yang harus di ambil saat ini. Di satu sisi, dia sudah tidak memiliki perasaan apapun lagi pada seorang Joanna. Tetapi di sisi lain, dia pun tidak mungkin melepaskan apa yang sudah di milikinya saat ini. Egi hanya bisa termenung di ruang kerjanya. Butuh banyak waktu untuk berpikir secara keras langkah yang harus di ambil oleh dirinya. Mungkin saja itu adalah hal yang sulit untuk di ambil oleh Egi. Tetapi dia harus segera memutuskan apa yang menjadi keinginan dari dirinya. Sebab jika Egi tidak bisa memutuskan segera. Ini akan sangat be
Joanna masih belum bisa keluar dari dalam kamar. Dia masih bersedih dengan apa yang terjadi pada dirinya. Di mana Joanna merasa begitu tidak berharga saat ini. Dia merasa separuh dari hidupnya sudah tidak berguna. Itu yang membuat Joanna merasakan perasaan yang tidak cukup baik di saat ini. "Aku merasa seperti tidak beruntung sama sekali. Ada banyak yang lebih beruntung dariku. Tapi aku paling buruk dalam hidup ini. Egi tidak mau berjanji untuk bersama dengan ku. Padahal aku sudah berusaha untuk tetap bersama dengan mu. Ini adalah pilihan dari hidupku. Tapi ini benar-benar berat untuk aku pilih. Aku melupakan banyak hal yang seharusnya tidak aku lakukan." ucap Joanna dengan raut wajah sedihnya. Tiba-tiba ibu Joanna pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung memeluk Joanna yang terlihat begitu payah di atas kasur. Ibu Joanna tentu saja bersedih dengan apa yang di lihatnya di hari ini. Melihat anak kesayangannya begitu sedih, tentu bukan hal yang mudah untuk bisa di lihat. "Are you ok, S
Egi nyaris mati saat menatap wajah Rahma. Di mana Egi akan merasa bersalah seumur hidup dengan apa yang di lakukan oleh dirinya di hari ini. Egi mencintai Rahma, tetapi sepertinya cinta Egi pada Rahma akan menghadapi banyak persoalan. Belum tentu apa yang di lakukan oleh Egi dan Rahma akan bermuara pada kebahagiaan yang hakiki. Tidak semudah itu akan terjadi pada dirinya. Mengingat Rahma memiliki banyak persoalan yang bisa menyeret Egi.Rahma sama sekali tidak tahu alasan Egi mengajak dirinya bertemu di taman. Tidak biasanya Egi mengajak bertemu Rahma di tempat seperti ini. Itu yang membuat Rahma sedikit heran dengan perubahan sikap yang di tunjukkan oleh Egi di hari ini. Rahma juga terlihat begitu bingung melihat Egi yang sama sekali tidak tenang saat melihat wajahnya. Dia sama sekali tidak terlihat nyaman saat Rahma berulang kali menatap wajahnya dengan tatapan yang begitu tajam. Ada suatu hal yang sedang di sembunyikan oleh Egi. Itu cukup membuat Rahma sedikit bingung dengan sikap
Sekalipun sudah di dampingi oleh Diki, Siti tetap merasa ini adalah hal yang cukup menakutkan bagi dirinya. Bagaimana pun juga, Siti merasa perlu ketenangan yang jauh lebih baik lagi. Apalagi ini adalah proses hukum pertama yang di jalani oleh Siti. Di mana proses hukum ini tidak akan begitu sulit untuk bisa di jalankan sebaik mungkin. "Aku masih merasa gugup Mas Diki. Bagaimana biar aku tidak gugup seperti ini." ucap Siti sedikit gemetar. "Pokoknya kamu tenang saja. Jika memang kamu merasa benar. Kamu tidak harus takut salah menjawab. Sebab ini adalah hal yang mudah. Tidak ada yang harus kamu takutkan. Ok." ucap Diki dengan tenang. Siti pun di minta menarik napas sedalam mungkin. Di mana dengan cara itu, Siti bisa jauh lebih tenang. Siti langsung mempraktekkan apa yang di minta oleh Diki. Di mana Siti begitu tenang saat sudah melakukan perintah yang di berikan oleh Diki. "Apa kamu sudah lebih baik lagi?" tanya Diki dengan wajah penasaran. "Lumayan, tapi aku masih sedikit kurang
Bak sebuah roller coaster yang meluncurkan dengan kecepatan yang tinggi. Begitu juga apa yang terjadi pada hubungan antara Rahma dan Egi. Baru saja Egi menyatakan cinta pada seorang Rahma. Tiba-tiba Egi langsung memutuskan Rahma begitu saja. Meskipun Rahma merasa itu adalah hal yang wajar. Tetapi Rahma tetap merasa apa yang di lakukan oleh Egi pada dirinya adalah sebuah keputusan yang cukup sedih juga. Di mana Egi secara sepihak memutuskan untuk tidak kembali pada Rahma. Padahal Rahma begitu berharap bisa bersama dengan Egi. Rahma pun termenung di atas kasurnya. Mengangkat kedua kakinya ke atas kasur. Kemudian menaruh dagunya di atas kakinya tersebut. Dia masih ingat betul, bagaimana bibir Egi yang bergetar dengan begitu kencangnya. Menahan rasa sakit yang di rasakan untuk memilih keputusan itu. Rahma sadar, keputusan dari Egi bukan hanya di pengaruhi oleh dirinya saja. Tetapi juga di pengaruhi oleh pihak luar yang begitu kuat. Mungkin saja Egi bisa menerima semuanya dengan baik. T
Siti kembali gemetar saat pihak penyidik memanggil namanya untuk masuk ke dalam ruangan penyidik. Di mana Siti harus siap menjawab semua pertanyaan yang di ajukan oleh pihak penyidik kepolisian. Siti harus bisa menjawab semuanya dengan lugas dan tuntas. Sehingga dia bisa memberikan sedikit keterangan yang akan memudahkan dalam proses selanjutnya. Siti pun sudah menyiapkan beberapa alternatif jawaban yang bisa di ambil oleh dirinya saat merasa buntu. Tidak harus takut dengan apa yang mungkin di jawab oleh Siti. Tetapi dia siap melakukan apa yang memang seharusnya di lakukan.Siti menatap wajah Diki sebelum masuk ke dalam ruang penyidik. Di mana Siti meminta Diki untuk selalu berada di samping dirinya. Siti merasa akan jauh lebih tenang saat dia bisa bersama d hasilkan Diki. Itu adalah hal yang wajar di lakukan oleh Siti. Sebab ia merasa dengan adanya Diki. Siti bisa merasakan ketenangan yang benar-benar tidak pernah bisa di pikirkan sebelumnya. Itu yang harus di lakukan oleh Siti saat