Home / Rumah Tangga / Hamil anak siapa? / Tukang kebun baru

Share

Tukang kebun baru

Author: Rianievy
last update Last Updated: 2022-09-20 14:13:06

Risa sudah dua bulan bekerja di rumah keluarga Bagas, desas desus tentang Nadia mulai merebak diantara para pekerja di rumah megah itu. Pasalnya, wajah Nadia mirip dengan Arkana. Semenjak Risa bersitegang dengan lelaki itu, sama sekali Arkana tidak bersikap seperti saat ia mencoba dekat dengan Nadia. Ia bahkan begitu tak acuh.

Risa yang tak peduli, perlahan ia bisa memikirkan harus melakukan apa supaya Arkana perlahan tersiksa dengan kehadirannya. Ia hanya ingin satu hal, Arkana harus merasakan bagaimana melihat putrinya begitu membanggakan ayahnya tapi, Arkana tidak akan bisa mendekat bahkan sekedar memeluk.

Pintu gerbang terbuka, mobil Arkana datang dari kantor. Kehadiran lelaki itu disambut Deva yang berdiri di teras rumah. Risa dan Nadia sedang menyapu halaman, tepatnya, Nadia hanya duduk di pinggir taman.

Kedua mata Nadia melihat Arkana tersenyum menyambut Deva yang segera memeluk pria itu. Nadia memalingkan wajah, menatap bundanya yang sedang memungut dedaunan kering untuk dimas
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
KhairunNissa Chandrawasih
suka banget sama ceritanya, ditunggu episode barunya ya ka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hamil anak siapa?   Bagian rencana

    Mengapa seorang anak butuh sosok ayah? Karena ada sebagian peran penting ayah yang tidak bisa ditutupi seorang ibu, pun sebaliknya.Nadia duduk sambil mewarnai buku yang dibeli Risa di pasar. Crayon kecil sebanyak dua belas warna membuat Nadia bisa berkreasi sesuka hati. Bibir mungilnya bersenandung lagu anak-anak, pelangi.Raka datang, ia baru selesai merapikan rumput taman dan akan lanjut merapikan tanaman bougenvile yang ada di utara rumah."Nadia, warnain apa?" Raka melepaskan topi dan sarung tangan. Kaos hitam lengan pendek, celana jeans warna biru yang sudah pudar warnanya menjadi pakaian ia hari itu."Warnain buah-buahan, Om. Om Raka udah selesai kerja?" Nadia menatap sejenak sebelum kembali melanjutkan mewarnai."Lagi istirahat, nanti lanjut di belakang sana. Bunda mana?" Raka memang sejak pagi tidak melihat Risa."Bunda lagi ambil baju Tuan dan Nyonya di laundry, habis itu ke pasar, baru deh, pulang," jawabnya."Nadia udah minum susu belum? Om ambilin, ya." Tanpa Nadia menjaw

    Last Updated : 2022-09-25
  • Hamil anak siapa?   Senyuman Raka

    "Raka, bilang, maksudnya apa?" Risa bersedekap, ia tak mau Raka banyak basa basi. Wajah lelaki di hadapannya menunjukkan tatapan serius. "Deva bukan anak Arkana." Risa terkejut, kedua matanya membulat sempurna, ia tak percaya. Dengan cepat menggelengkan kepala. "Jangan bohong kamu!" ketusnya. Raka menarik napas panjang lalu menghembuskan perlahan. Tangan Raka meraih ponsel, lalu menunjukkan sesuatu di sana. "Ini Kakakku, Firman namanya, dan dia Ayah biologis Deva. Risa, lihat aku," pintanya. Risa mendongak, menatap Raka. "Arkana lihat kita dari jendela di lantai dua, aku minta kamu ikutin perintahku. Sebelum aku lanjut cerita." "Apa?" "Ini," ucap Raka sambil tangannya membelai lembut kepala ibu dari Nadia kemudian membawa ke dalam pelukannya. "Diam sebentar, aku tau Arkana pasti nggak karuan rasanya, dia mulai menginginkan kamu karena sudah menjaga dan melahirkan anak di dalam kandungan kamu. Ayo duduk di sana," ajak Raka ke kursi taman dengan posisi Risa memunggungi posisi Ar

    Last Updated : 2022-09-28
  • Hamil anak siapa?   Mau sekolah

    Rumah mereka mendadak ramai dengan para keponakan Arkana, anak dari kakak-kakaknya. Sebagai bungsu, ia senang jika rumahnya ramai karena putrnya, Deva, bisa bermain. Hari sabtu itu dijadikan hari bebas makan dan bermain di sana. Devinta sudah meminta Bu Sumi dan Risa memasak makanan yang sesuai permintaan anak-anak. Hanya Deva yang tidak diperbolehkan makan sembarangan, ia tetap makan sesuai dengan anjuran dokter gizi. Seperti siang itu, saat semua sepupunya dengan Leon sebagai yang tertua menikmati lasagna bersama tiga sepupu lainnya, Deva hanya menatap iri sambil menikmati brokoli kukus yang diberikan Devinta juga puding almond. Arkana sedang main golf bersama ketiga saudara kandungnya, mereka memang selalu menjadwalkan bertemu walaupun sambil olahraga. Deva berjalan ke arah taman belakang, ia melihat Risa duduk bersama Nadia sambil menikmati kue bolu coklat yang Risa beli di toko kue dekat pasar. Perlahan, Deva meneguk air liurnya. Ia ingin menikmati kue itu, tapi hanya bisa m

    Last Updated : 2022-09-29
  • Hamil anak siapa?   Ajakan Ratu

    "Maaf sayang, belum bisa, ya. Kita belajar sendiri aja, Bunda bisa ajarin kamu semuanya. Jangan nangis, peluk Bunda lagi," pinta Risa saat ia dan Nadia duduk di dekat kolam renang villa. Nadia masih sesenggukan, ia ingin bersekolah. Risa sendiri perasaannya remuk, ia tak bisa memberikan hak anaknya untuk pendidikan yang baik, sekuat tenaga ia pendam semua sendiri.Tahun ajaran baru dimulai, Deva sudah kelas satu SD dan sudah siap ke sekolah. Nadia sedang membantu Risa menyapu halaman, dedaunan kering banyak berguguran, seperti harapannya yang rontok untuk sekolah dan memiliki teman.Senyum Nadia perlahan mereka, walaupun sudut bibirnya bergetar pelan. Ia sedih."Nadia," suara Raka terdengar."Om Raka?"Raka mengangguk, ia berjongkok di depan Nadia dengan membawa tas sekolah gambar barbie juga sepatu sekolah. "Nadia bisa sekolah, Om yang temani, mau?""Mau! Mau, Om! Tapi di mana?" Nadia memeluk tas yang diberikan Raka."Di tempat teman Om, mulai besok, ya. Om bilang ke Bunda dulu. Ayo

    Last Updated : 2022-09-30
  • Hamil anak siapa?   Terpesona

    Risa juga Nadia merasa gugup saat melangkah di sisi Ratu. Orang sekeliling menatap heran juga kaget dengan siapa yang ada di sebelah wanita karir cantik, sukses di pekerjaan juga rumah tangga. Siapa yang tidak tau Ratu. Mereka tiba di salon mal tersebut. Mal yang sukses dibangun Arkana sebagai pemimpin proyek, ia juga yang mendisain bangunan itu. "Bu Ratu, apa kab--" petugas salon merasa jijik melihat Risa juga Nadia. Namun, Ratu berbisik, mengucapkan kalimat yang membuat wanita tadi tersenyum lebar. "Baik, Bu. Silakan, ikut saya ke sebelah sini," ajaknya. Risa dan Nadia melangkah, kemudian tiba di ruang VIP yang hanya ada dua meja rias, dua ranjang untuk luluran, dua kursi dengan wastafel untuk bilas rambut, televisi layar datar menempel pada dinding, juga lemari berisi camilan. "Sa, saya keluar sebentar, ya." Ratu pamit, lalu Risa dan Nadia mulai mengikuti arahan petugas salon yang tak lama muncul tiga orang lainnya untuk membantu. Risa mulai sadar setelah ia dan Nadia selesai d

    Last Updated : 2022-10-01
  • Hamil anak siapa?   Usapan lembut

    Gila! Sungguh gila bagi Arkana, juga Devinta. Masing-masing dari mereka merasakan sengatan tak biasa. Rasa itu muncul, perlahan namun mampu membuat terus terpikir.Risa beranjak, pamit pulang bersama Raka dengan menggunakan taksi. Nadia menyalim kedua tangan tuan dan nyonya Bagas. Pun kepada Ratu juga suaminya. Dua kakak Arkana yang lain belum tau tentang status Nadia. Ratu masih ingin menutupi, ia belum menemukan jalan keluar yang tepat."Terima kasih untuk hari ini, Mbak Ratu," ucap Risa saat Ratu mengantar hingga keluar ruangan."Sama-sama, hubungi aku kalau butuh sesuatu, ya." Kemudian Ratu berbisik di telinga Risa. "Ada hadiah untuk kalian, sudah di rumah, aku mohon, gunakan dengan baik. Peluk untuk keponakanku ya, Risa, aku bahagia, walau Nadia tidak bisa ada bersama kami. Kamu tidak membunuhnya akibat kebejatan adikku." Ratu memundurkan wajah, tersenyum begitu tulus. Risa mengangguk, ia menggandeng tangan Nadia lalu Raka menunduk sopan untuk pamit kepada Ratu dan suaminya.Di d

    Last Updated : 2022-10-01
  • Hamil anak siapa?   Permainan berlanjut

    Sesampainya di rumah, Raka tersenyum sinis menatap Risa yang baru tiba. Raka mengenakan kaos lengan buntung dengan celana pendek warna biru tua sepaha. Raka meminta Risa duduk. "Gimana?" tanyanya. "Ka, apa nggak keterlaluan. Kita jadi kayak merusak rumah tangga mereka?" Risa menatap takut. Raka tersenyum sambil mencubit gemas pipi Risa. "Jangan terlalu polos, Sa. Tanpa mereka sadari, sudah ada yang bermain api sejak lama. Hanya saja, pintar menutupi." Raka duduk menyilang kaki, Risa menghela napas panjang, duduk di sebelah Raka yang merangkul bahunya. "Kamu aku anggap seperti Kakakku, Risa, aku nggak akan jatuh cinta sama kamu, jadi ... kamu nggak perlu takut aku mendadak bersikap seolah aku cinta sama kamu. Ini bagian rencana." Risa menoleh cepat, menatap Raka. "Kamu ... suka sama Devinta?" "Nggak, ya ... nggak tau nantinya, tapi aku mau dia yang begitu. Aku hancurkan Devinta dengan cara yang nggak akan dia lupakan seumur hidup." Raka tersenyum sinis. Benar, di kamarnya, De

    Last Updated : 2022-10-02
  • Hamil anak siapa?   Serangan Raka dan Risa

    Arkana berjalan memasuki rumah sambil melepaskan dua kancing atas kemeja yang dikenakan, tatapannya memindah sekeliling, tak tampak orang-orang. Lalu langkahnya mengarah pada sumber suara yang sayup terdengar telinganya.Langkahnya terhenti saat ia melihat Deva tertawa riang bersama para pekerja di rumahnya, termasuk Risa yang sedang memeluk Deva erat, layaknya ibu mencintai anaknya dengan sepenuh hati, tanpa ada aturan ketat.Deva sendiri nyaman diperlakukan seperti itu, Nadia bahkan ikut memeluk Risa dari belakang, mencium pipi bundanya yang terpejam sambil tertawa. Di dalam dada Arkana ada gemuruh yang muncul, perasaan senang hingga membuat ulu hatinya terasa linu melihat hal itu.Kedua kakinya melangkah lebar, dengan kedua tangan ia masukan ke saku. CEO tampan, gagah, dengan bahu lebar, bibir merah karena bukan perokok, rambut hitam lebat ditambah bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar rahang, membuatnya begitu sempurna menjadi sasaran empuk para pemburu suami. Iya, Arkana masuk k

    Last Updated : 2022-10-02

Latest chapter

  • Hamil anak siapa?   Restu

    Restu “Ma,” panggil Arlan sambil memeluk wanita yang sudah membesarkannya. Keduanya berpelukan semakin erat, melepas rindu setelah Arlan pergi hampir dua bulan lamanya dari rumah itu. Nadia masih menggandeng tangan Kenan yang mengangkat kepala, menatap Arlan dan calon neneknya mengharu biru. Mereka duduk bersama, Arlan dan Nadia juga diperkenalkan dengan calon suami Lisa. “Mama senang, Arlan mau mengerti dan memaafkan Mama.” “Arlan … minta maaf, Ma. Ini semua—“ “Mama paham, Lan,” selanya. “Kita makan siang, yuk. Mama masak sup buntut sapi kesukaan kamu. Nadia, bisa bantu Mama siapkan?” “Iya, Ma, bisa.” Nadia beranjak, walau ada pembantu, tetapi wanita itu ingin Nadia ikut serta menyiapkan, bukan tanpa alasan, ia mau dekat dengan calon menantunya yang sudah ia kenal sejak kecil—semenjak keluarga besar tau jika Nadia anak Arkana. “Ma, apa Mama nggak masalah kalau nanti pernikahana kami dilakukan di rumah orang tua Nadia?” ujarnya sambil menata piring. “Iya, sayang, kenapa harus d

  • Hamil anak siapa?   Tersadar

    Arlan mondar mandir berjalan di ruang tengah rumah Nadia, bahkan hal itu membuat Kenan terus menatap calon papa sambungnya dengan heran. "Papa, kenapa dari tadi mondar mandir?" tanyanya sambil mewarnai buku gambar. "Nggak apa-apa, Nan. Udah selesai PRnya?" Arlan mendekat, duduk sembari mengusap kepala Kenan penuh kasih sayang. Arlan begitu menyayangi Kenan, benar-benar seperti darah dagingnya sendiri. Nadia berjalan dari arah tangga, ia sudah selesai membersihkan diri. Pekerjaan di butik membuatnya harus pulang jam 8 malam. "Nan, PRnya udah selesai?" Nadia duduk di sebelah Arlan."Sedikit lagi, Ma," jawab Kenan yang masih fokus mewarnai ikan paus. "Setelah selesai tidur, ya," pesan Nadia. "Oke." Kenan mengacungkan ibu jari. Nadia bersandar manja pada bahu kekar Arlan, lalu mengendus bahu tunangannya. "Wangi," bisik Nadia. Arlan menoleh, tersenyum. Ia tadi menjemput Nadia setelah dari kosan, naik ojek online sampai ke butik. Dari butik baru lah ia yang mengemudikan mobil Nadia. "

  • Hamil anak siapa?   Bertemu Lisa

    Arlan belum mendapatkan pekerjaan, semenjak meninggalkan semua yang sebelumnya dimiliki, ia kini tinggal di kosan sederhana sambil terus mengirim lamaran kerja. Ponselnya berbunyi, satu pesan singkat membuatnya mengalihkan pandangan dari laptop hasil dipinjamkan Nadia. Setelah pergi, Arlan bahkan membuka rekening baru untuk mulai menyimpan uangnya. Tetapi kenyataannya ia meminjam uang Nadia untuk mulai hidup barunya. Arlan berdecak, tak mau menggubris pesan singkat itu. Fokusnya kembali menatap laptop, kepintarannya tidak selalu mudah mencari pekerjaan, walau banyak orang menganggapnya begitu. Menjelang siang, Arlan menjemput Kenan, bocah itu tampak senang, bahkan melompat memeluk Arlan yang berjongkok. "Papa nggak kerja?" Pertanyaan polos terucap. Arlan mengusap kepala Kenan lembut. "Libur. Eh, Nan, kita pulang naik buwsay, yuk, seru pasti," ajaknya. "Sama Mama boleh?" Kening Kenan berkerut, seumur-umur, ia bahkan belum pernah naik motor dibonceng siapapun, apalagi busway. "Bo

  • Hamil anak siapa?   Satu rahasia lagi

    Acara lamaran dilaksanakan di salah satu restoran favorit Arkana. Nadia yang booking sejak seminggu lalu. Ia dan Kenan tampak rapi dengan busana formal, bahkan Kenan meminta memakai kemeja dengan dasi kupu-kupu. Menggemaskan. Keluarga Nadia sudah hadir, menunggu kedatangan Arlan beserta mama dan keluarga inti lainnya. Risa tersenyum saat melihat putrinya cantik juga dewasa. Tak salah memilih Arlan untuk dijadikan suami. "Nadia, jangan gugup," kata Risa. "Nggak, Bun ... Nadia cuma nggak nyangka kalau sekarang bisa ada diposisi ini dan udah ada Kenan," seloroh Nadia mencoba tampak tenang. "Arlan itu anak baik. Jadi dia pasti nggak akan bikin kamu kecewa." Arkana menyahut. Nadia mengangguk. Keluarga lainnya yang hadir hanya kakak tertua Arkana, karena kedua orang tuanya sudah tidak ada, jadilah sulung dari keluarga yang mewakilkan. Dua saudara kandung Arkana lainnya berhalangan hadir. Menit berganti jam, Nadia mulai gelisah karena Arlan tidak menjawab teleponnya juga membalas chat.

  • Hamil anak siapa?   Sport day

    Nadia sibuk di butik juga studio, ia sedang mengurus baju pengantin pernikahan sepupu dan klien lainnya. Kenan datang, ia pulang sekolah di jemput sopir."Mama, hari sabtu besok ada lomba olahraga di sekolah," ujar Kenan. "Mama bisa datang, 'kan?" sambungnya."Aduh ... Kenan, Mama ada acara pernikahan klien Mama, gimana, ya?"Nadia menoleh sejenak sebelum lanjut membantu memasang beberapa payet cantik digaun pengantin yang terpasang pada manekin.­"Yah ...," keluh Kenan sedih."Acaranya jam berapa?""Jam tujuh pagi, Ma." Kenan duduk di sofa, menatap mamanya bekerja. Tiga asisten Nadia melirik ke arahnya."Mbak Nadia, minta tolong Pak Arlan aja," bisiknya.Nah, Nadia tidak ingat jika sekarang ada Arlan yang pasti senang dimintai tolong apalagi urusannya untuk Kenan.***Hari sabtu tiba, Arlan sudah sampai di depan rumah Nadia. Kenan juga sudah rapi memakai seragam olahraga sekolah, topi, sepatu dan membawa tas berisi handuk kecil, baju ganti juga botol minum."Udah siap, Nan?" sapa Arl

  • Hamil anak siapa?   Cemburu

    Momen penuh air mata pun selesai, Nadia membantu memakaikan sepatu Kenan, mereka akan berbegas malam mingguan ke mal. Kemana lagi, hiburan instan jika bukan ngemal. Arkana keluar dari kamar mandi, ia baru saja membasuh wajahnya yang sembab karena menangis bahagia.“Ayo,” ajaknya sembari mengusap kepala Kenan yang mengangguk. Nadia menarik tangan Arlan, lalu ia peluk erat. Arlan menenggelamkan wajah di ceruk leher Nadia. “Aku senang,” lirihnya.“Aku juga. Semoga kamu bisa jadi Papa yang baik Kenan dan … jadi … um ….” Nadia malu sendiri. Arlan merenggangkan pelukan, menatap wajah cantik Nadia dengan semburat merah dipipi.“Suami kamu yang begitu besar mencintai kamu,” bisik Arlan tepat didepan wajah Nadia, ia kecup pangkal hidung Nadia begitu lama.“Mama, Ay—“ Kenan geram, ia masuk lalu memukul paha Arlan, lelaki itu mengaduh.“Kenan nggak mau punya adek bayi!” teriaknya kesal.“Hah?!” Arlan dan Nadia kompak terkejut.***Jadi, Kenan ternyata dengar cerita dari teman-temannya di sekolah

  • Hamil anak siapa?   Luluh

    Kenan menatap jutek ke Arlan yang duduk menikmati sarapan pagi di rumah Nadia. Dengan mulut penuh mengunyah sereal coklat dengan susu putih, Kenan sepertinya lupa semalam ia tidur dengan lelaki yang dipanggilnya Papa. Arlan tesenyum, lalu meneguk kopi, setelahnya ia bertopang dagu.“Nan, tidurnya nyenyak?” pertanyaan itu membuat Nadia melirik cepat. Ia takut masih pagi sudah terjadi perang dingin.“Hm.” Kenan menjawab dengan enggan.“Kamu tidur sama Om Arlan, Nan,” sambar Nadia dari pada Arlan yang bicara.“Kenan tau,” sambung bocah itu.“Kamu ingat?!” Alran memekik.“Ingat. Terus kenapa?” lirikan Kenan masih menunjukkan ketidak sukaannya.“Kenapa kamu sekarang judes banget. Semalam aja … minta panggil Om, Papa.”“Nggak boleh?” sinis Kenan lagi. “Kenan kenyang. Mama, Kenan mau nonton di kamar, ya.”“Nonton di sini aja, jangan di kamar,” larang Nadia.“Oke, Ma.” Dengan langkah enggan, Kenan menuju ke sofa yang semalam ditiduri Arlan. Lelaki itu menoleh ke Nadia.“Kenan gengsi, Lan, sab

  • Hamil anak siapa?   Menginap semalam

    Arlan menggendong Kenan yang tertidur di dalam mobil menuju ke dalam rumah Nadia. Wanita itu menyambut dengan senyuman."Hai," lirih pelan Arlan lalu mencium pipi Nadia. Wanita itu tersenyum seraya menutup pintu rumah. Harum masakan membuat air liur Arlan mengumpul di rongga mulut, ia melirik ke atas meja makan, benar-benar calon istri idaman.Nadia membuka pintu kamar Kenan, Arlan merebahkan perlahan tubuh bocah kecil itu, tak lupa melepaskan sepatu."Jangan dibangunin, biar aja," bisik Arlan."Kamu kemalaman, anakku tidur pake baju sekolah, jorok, Lan," keluh Nadia yang juga berbisik."Udah ... nggak papa, sesekali, kasihan capek banget. Sibuk gambar sama makan di ruang rapat. Terus sama Bu Ratu dibeliin pizza, kenyang banget Kenan."Nadia mengangguk. Arlan menarik pinggang Nadia, ia peluk erat dengan posisi dirinya duduk di kursi meja belajar Kenan."I Miss you," bisik Arlan seraya mengulum senyum. Nadia menangkup wajah Arlan."Aku juga," jawab Nadia. Ia mengecup kening Arlan lama.

  • Hamil anak siapa?   Jemput sekolah

    Gerakan Arlan guna meluluhkan hati Kenan terus dilakukan. Ia bahkan menyempatkan diri datang ke sekolah bocah itu. Padahal Nadia sudah melarang karena ia yang akan menjemput. Arkana keras kepala dan memaksa ke sekolah. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Kenan sudah masuk pekan ke dua sekolah dan info dari Nadia, jika Kenan lanjut les calistung juga drum band cilik hingga pukul tiga sore. Anak TK jaman sekarang, sekolahnya lama. Namun, asiknya di sekolah Kenan, ada jam tidur siang, jadi mirip day care. Arlan masih duduk di dalam mobil, ia memangku laptop, bahkan dirinya melakukan pekerjaan tapi tetap usaha dekat dengan Kenan. "Ya, halo," jawabnya sambil menjepit ponsel dengan bahu di telinga kanan. "Pak Arlan dicari Bu Ratu, apa bisa ke kantor lagi?" Duh, lupa. Arlan ada meeting jam empat dengan Ratu. Sekarang jam tiga kurang, jarak sekolah ke rumah Nadia lalu ke kantor lagi akan memakan banyak waktu. "Bisa," jawab Arlan sambil menggigit bibirnya, ia khawatir pa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status