Share

Melepaskan

Author: Rianievy
last update Last Updated: 2023-01-15 08:27:44

Bak tersambar petir di siang bolong, Nadia hanya bisa terus memeluk Deva yang sudah tak bergerak. Suaminya pergi untuk selamanya disaat ia tak bisa melihatnya untuk melepaskan.

Tangisnya terus terdengar di kamar jenazah rumah sakit. Devinta pun sama, melepas kepergian sang putra tidaklah mudah.

"Deva ...," lirih Nadia dengan suara bergetar dan air mata terus membasahi wajah. Ia menciumi wajah suaminya yang sangat tampan bertubi-tubi. "Kenapa tinggalin aku, hm? Kamu janji nggak mau pergi, 'kan? Mau berjuang buat aku dan anak kita?" lirihnya sambil kembali menciumi wajah Deva.

"Nak, kita harus bawa Deva ke tanah air, kita makamkan di sana, ya. Yang kuat sayang, Ayah dan Papa Raka mau urus semuanya. Kasihan Deva kalau kamu terus begini." Arkana memegang kedua bahu Nadia, supaya mau melepaskan pelukan dari Deva.

Nadia kembali mencium lama bibir Deva yang tak bergerak tapi masih terasa hangat. Risa meminta Zenya memangku Calvin sementara ia memeluk Nadia erat.

Janda diusia muda, siapa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Hamil anak siapa?   Janda muda

    Siapa yang mau menjadi janda diusia muda. Genap memasuki usia dua puluh tahun, Nadia menyandang status janda muda. "Kenan, Mama kuliah dulu, ya. Jadi anak baik, ya, ganteng," pamit Nadia ke Kenan yang berada digendongan Arkana. Nadia mencium pipi gembul Kenan yang sudah berusia empat bulan. Setiap pagi setelah minum ASI, lalu mandi. Kenan kembali tidur jam delapan dan seringnya di gendong Arkana karena lelaki itu sekarang jarang ke kantor, seringnya bekerja di rumah semenjak ada Kenan walau tinggal terpisah rumah di seberang. "Hati, Nak," ujar Arkana. "Iya. Bye, Ayah," pamit Nadia. Ia berjalan ke garasi, lanjut pamit ke Risa yang sedang bercocok tanam, menanam bunga ditemani Calvin yang main selang air. "Bun, Nadia berangkat, ya." Ia mencium pipi Risa, lalu Calvin yang basah kuyup. "Iya. Hati-hati, Nak! Pulangnya jangan naik ojek lagi, tunggu Pak Diman jemput.""Iya. Bye!" Nadia melambaikan tangan, tapi baru hendak membuka pintu mobil, ia berlari ke teras untuk mencium Kenan yang

    Last Updated : 2023-01-19
  • Hamil anak siapa?   Perhatian baru

    Hai apa kabar, selamat membaca, ya!____Arlan tampak asik berbincang dengan Arkana, bahkan saat Nadia kembali ke rumahnya sendiri di seberang rumah Arkana. Pintu kamarnya di ketuk, Risa berjalan masuk perlahan lalu duduk di tepi ranjang."Gimana kondisi kamu? Bunda nggak yakin yang kata Arlan, kamu nangis karena belum pumping," tanyanya. Nadia masih diam, ia sedang fokus menatap wajah Kenan yang menyusu padanya. Kedua mata Kenan mirip Deva, setidaknya hal itu mengobati rasa rindunya walau sedikit."Nad, mau kuliah on line aja? Atau kursus? Bunda sama Ayah bisa panggil guru ke rumah. Kamu juga bisa sering sama-sama Kenan?" Tawaran Risa menggiurkan, tapi Nadia tolak dengan gelengan kepala."Nadia cuma belum terbiasa aja, Bun, lama-lama juga nggak peduli ucapan mereka. Cuma tiga tahun kuliahnya, Nadia bisa handle." Ia tersenyum, tak ingin membuat Risa khawatir, dirinya juga harus menjadi wanita kuat seperti Risa dulu."Arlan, dia kayaknya baik, Nad.""Baru juga kenal, lagian kalian yang

    Last Updated : 2023-01-24
  • Hamil anak siapa?   Tertarik

    Halo ... semoga kalian suka kisah ini, ya. ______Arlan pulang ke rumah setelah jam tujuh malam, tepatnya saat Nadia sudah tampak lelah. Lelaki itu masih berdiri di depan pintu rumah saat Nadia mengucapkan terima kasih karena sudah menyelamatkan dompenya, memasak, juga menina bobokan Kenan yang sempat bangun. "Nad, semangat terus demi Kenan. Dia pasti jadi anak yang baik dan sayang banget sama kamu," tuturnya. "Aamiin," balas Nadia. Arlan melambaikan tangan pelan, lalu membuka pintu sedan hitam miliknya dan masuk ke dalam. Nadia menutup pintu, ia masih harus mengerjakan tugas kuliah. Esok tidak ada kelas, tetapi dan beberapa temannya mau membeli kain untuk dijahit menjadi baju tema safari yang nanti akan diperagakan di studio jurusan fashion designer. Arlan tak langsung pulang, ia mampir ke satu tempat. Kakinya berjalan pelan dikegelapan malam, tak takut dengan istilah kuburan itu seram. Arlan terus berjalan hingga tiba dipusara Deva. Ia berjongkok, meletakkan bunga mawar putih la

    Last Updated : 2023-01-24
  • Hamil anak siapa?   Kenan sakit

    Hai, jangan lupa tinggalkan jejak, ya.______Nadia bersiap ke kampus, semalam ia begadang karena menyelesaikanb tugas kampus. Beberapa kali ia menguap saking mengantuknya. Baru saja menyambar tas kuliah, ia terkejut saat Risa datang mendekat."Nad, Kenan kok demam gini?" Risa memegang kening Kenan yang terasa hangat. Nadia menempelkan tangan ke kening putranya.Ia mengambil alih gendongan Kenan dari Risa, lalu memeluk putranya seraya menempelkan pipi di kening sang putra."Kamu demam, Nak," lirih Nadia. Ia kembali meletakkan tas kuliahnya, lalu mengeluarkan dompet dan ponsel. "Bun, temenin ke rumah sakit, ya," pintanya."Bunda nggak bisa, Nak, mau ada pertemuan warga, Calvin juga nggak ada yang jaga. Kamu sama sopir dulu, ya, Bunda sama Ayah nanti nyusul." Risa memang ada acara dan itu tak bisa dibatalnya. Ia tak enak dengan warga lainnya.Nadia meminta sopir mengantar ke rumah sakit, ia batal kuliah. Urusan anak utama.Kenan mulai rewel, bahkan tak mau minum ASI entah kenapa. Badann

    Last Updated : 2023-01-25
  • Hamil anak siapa?   Kunjungan bersama

    Hai, mari kita lanjut. ____Sebagai satu-satunya teman yang mulai paham keadaan Nadia, Cerry datang menjenguk Kenan dengan membawa mainan mobilan sebagai hadiah kecil bagi bayi lucu itu. "Tante Cerry bawa ini buat Kenan, lucu, kannn ...," cicitnya membuat Kenan yang dipangku Nadia tersenyum lebar. "Makasih Tante Cerry," ujar Nadia. Cerry duduk di sudut brankar. "Nad, udah boleh pulang hari ini?" Cerry memegang jemari tangan Kenan lembut. "Iya. Barusan dokternya visit." Nadia menatap ke arah pintu. "Hai," sapa Arlan. Ia datang lagi, kali ini dengan tangan hampa. "Cer," sapa Arlan. Cerry terkejut, ia mengangguk ragu. "Halo Kak Arlan," sapanya kaku. Cerry melihat Arlan itu menyeramkan, karena perawakannya yang sedingin es, padahal sebenarnya tidak. "Kenal?" tunjuk Nadia bergantian ke dua orang itu. "Enggak," jawab kompak mereka. "Aku cuma tau karena kemarin sempat tanya nama dia," lanjut Arlan. "Iya, karena Kak Arlan waktu itu sempet tanyain lo beberapa kali, Nad, jadi kita ke

    Last Updated : 2023-01-26
  • Hamil anak siapa?   Pelukan Erat

    Nyatanya Nadia terlalu peka dengan keadaan, ia tak mudah percaya atas sikap baik Arlan kepadanya. Nadia pun kembali menarik diri, ia memberi jarak supaya tidak terlalu dekat dengan lelaki tinggi tegap berperawakan seperti aktor korea Rowoon, hanya saja kulitnya tak terlalu putih."Makasih udah antar Nadia, Yah," ucapnya lalu mencium pipi Arkana."Sama-sama, Nak. Oh iya, kamu yakin nggak mau dijemput? Bunda marah kamu pulang sendirian.""Aku sama Cerry. Ayah hati-hati, ya, i love you." Nadia lalu turun, sebelum menutup pintu ia melambaikan tangan dahulu."Love you more, Nadia," balas Arkana yang selalu menganggap Nadia anak kecil.Nadia melangkah ke area kampus, satu bulan berlalu setelah terakhir ia diantar Arlan dari rumah sakit dan menemani berkunjung ke pemakaman Deva. Hatinya masih tak siap ada lelaki lain mendekat walau berlabel teman."Nad," kembali suara Arlan menyapa untuk kesekian kalian kalinya dan kesekian kali pula Nadia abaikan. Ia berjalan cepat menuju ke koridor lain me

    Last Updated : 2023-01-27
  • Hamil anak siapa?   Larangan keluarga

    Arlan tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi. Memang benar jika ia jatuh cinta dengan Nadia sejak pertama melihat di kampus. Sebelum ia tau jika Nadia anak Arkana. "Aku nggak bisa janji kapan jatuh cinta sama kamu, Lan, Deva terlalu berarti untuk aku," lirih Nadia saat keduanya duduk di meja makan rumah Nadia. "Aku paham, aku nggak akan paksa kamu, asal kamu jangan minta aku menjauh. Aku nggak bisa, Nad." Arlan menggenggam jemari tangan Nadia. "Aku mau kita saling mengenal secara lebih jujur. Statusku janda, ada anak satu. Itu nggak mudah untuk aku apalagi kamu. Prioritasku bukan kayak anak seusiaku lainnya, kamu pasti tau itu. Jadi aku mohon kamu ... sedikit lebih terima kenyataan kalau nanti aku lebih nyaman anggap kamu teman. Nggak papa, 'kan?" Terdengar seperti penolakan di telinga Arlan, tapi ia tak gentar. Dengan anggukan kepala ia menjawab. Kemudian tersenyum sembari bertopang dagu. "Sorry, tadi kelepasan," ucapnya sembari menarik ujung hidung Nadia. Perempuan itu

    Last Updated : 2023-01-30
  • Hamil anak siapa?   Janji Arlan

    Wajah Arlan lesu setelah mendengar permintaan orang tua Nadia. Ia sadar jika memang terlihat buru-buru. Ternyata, Arkana melihat saat malam itu Arlan pulang dari rumah Nadia. Lelaki itu pulang ke rumahnya lebih dulu karena tidak enak badan, lalu sopir kembali pergi menjemput Risa dan Calvin. Diam-diam Arkana mengintip, bahkan saat Nadia tersenyum seraya melambaikan tangan ke Arlan yang pergi dengan mobil. "Nadia butuh mengejar impiannya, kami paham perasaan kamu. Cinta tidak bisa ditahan atau larang, tapi kami terpaksa lakukan demi Nadia dan Kenan yang butuh waktu rehat setelah kepergian Deva." Arkana dengan tegas mengucapkan itu. "Tolong mengerti Arlan. Nadia, ingin menjadi seorang desainer, biarkan ia fokus mewujudkan itu. Jika memang kalian berjodoh, akan kembali lagi entah dengan cara seperti apa dan kapan waktunya." Raka ikut bicara, ia dan Devinta bukannya melarang Nadia menemukan cinta yang baru, hanya saja terlampau cepat. "Kami semua menyayangi Nadia, jika kamu juga sepe

    Last Updated : 2023-01-31

Latest chapter

  • Hamil anak siapa?   Restu

    Restu “Ma,” panggil Arlan sambil memeluk wanita yang sudah membesarkannya. Keduanya berpelukan semakin erat, melepas rindu setelah Arlan pergi hampir dua bulan lamanya dari rumah itu. Nadia masih menggandeng tangan Kenan yang mengangkat kepala, menatap Arlan dan calon neneknya mengharu biru. Mereka duduk bersama, Arlan dan Nadia juga diperkenalkan dengan calon suami Lisa. “Mama senang, Arlan mau mengerti dan memaafkan Mama.” “Arlan … minta maaf, Ma. Ini semua—“ “Mama paham, Lan,” selanya. “Kita makan siang, yuk. Mama masak sup buntut sapi kesukaan kamu. Nadia, bisa bantu Mama siapkan?” “Iya, Ma, bisa.” Nadia beranjak, walau ada pembantu, tetapi wanita itu ingin Nadia ikut serta menyiapkan, bukan tanpa alasan, ia mau dekat dengan calon menantunya yang sudah ia kenal sejak kecil—semenjak keluarga besar tau jika Nadia anak Arkana. “Ma, apa Mama nggak masalah kalau nanti pernikahana kami dilakukan di rumah orang tua Nadia?” ujarnya sambil menata piring. “Iya, sayang, kenapa harus d

  • Hamil anak siapa?   Tersadar

    Arlan mondar mandir berjalan di ruang tengah rumah Nadia, bahkan hal itu membuat Kenan terus menatap calon papa sambungnya dengan heran. "Papa, kenapa dari tadi mondar mandir?" tanyanya sambil mewarnai buku gambar. "Nggak apa-apa, Nan. Udah selesai PRnya?" Arlan mendekat, duduk sembari mengusap kepala Kenan penuh kasih sayang. Arlan begitu menyayangi Kenan, benar-benar seperti darah dagingnya sendiri. Nadia berjalan dari arah tangga, ia sudah selesai membersihkan diri. Pekerjaan di butik membuatnya harus pulang jam 8 malam. "Nan, PRnya udah selesai?" Nadia duduk di sebelah Arlan."Sedikit lagi, Ma," jawab Kenan yang masih fokus mewarnai ikan paus. "Setelah selesai tidur, ya," pesan Nadia. "Oke." Kenan mengacungkan ibu jari. Nadia bersandar manja pada bahu kekar Arlan, lalu mengendus bahu tunangannya. "Wangi," bisik Nadia. Arlan menoleh, tersenyum. Ia tadi menjemput Nadia setelah dari kosan, naik ojek online sampai ke butik. Dari butik baru lah ia yang mengemudikan mobil Nadia. "

  • Hamil anak siapa?   Bertemu Lisa

    Arlan belum mendapatkan pekerjaan, semenjak meninggalkan semua yang sebelumnya dimiliki, ia kini tinggal di kosan sederhana sambil terus mengirim lamaran kerja. Ponselnya berbunyi, satu pesan singkat membuatnya mengalihkan pandangan dari laptop hasil dipinjamkan Nadia. Setelah pergi, Arlan bahkan membuka rekening baru untuk mulai menyimpan uangnya. Tetapi kenyataannya ia meminjam uang Nadia untuk mulai hidup barunya. Arlan berdecak, tak mau menggubris pesan singkat itu. Fokusnya kembali menatap laptop, kepintarannya tidak selalu mudah mencari pekerjaan, walau banyak orang menganggapnya begitu. Menjelang siang, Arlan menjemput Kenan, bocah itu tampak senang, bahkan melompat memeluk Arlan yang berjongkok. "Papa nggak kerja?" Pertanyaan polos terucap. Arlan mengusap kepala Kenan lembut. "Libur. Eh, Nan, kita pulang naik buwsay, yuk, seru pasti," ajaknya. "Sama Mama boleh?" Kening Kenan berkerut, seumur-umur, ia bahkan belum pernah naik motor dibonceng siapapun, apalagi busway. "Bo

  • Hamil anak siapa?   Satu rahasia lagi

    Acara lamaran dilaksanakan di salah satu restoran favorit Arkana. Nadia yang booking sejak seminggu lalu. Ia dan Kenan tampak rapi dengan busana formal, bahkan Kenan meminta memakai kemeja dengan dasi kupu-kupu. Menggemaskan. Keluarga Nadia sudah hadir, menunggu kedatangan Arlan beserta mama dan keluarga inti lainnya. Risa tersenyum saat melihat putrinya cantik juga dewasa. Tak salah memilih Arlan untuk dijadikan suami. "Nadia, jangan gugup," kata Risa. "Nggak, Bun ... Nadia cuma nggak nyangka kalau sekarang bisa ada diposisi ini dan udah ada Kenan," seloroh Nadia mencoba tampak tenang. "Arlan itu anak baik. Jadi dia pasti nggak akan bikin kamu kecewa." Arkana menyahut. Nadia mengangguk. Keluarga lainnya yang hadir hanya kakak tertua Arkana, karena kedua orang tuanya sudah tidak ada, jadilah sulung dari keluarga yang mewakilkan. Dua saudara kandung Arkana lainnya berhalangan hadir. Menit berganti jam, Nadia mulai gelisah karena Arlan tidak menjawab teleponnya juga membalas chat.

  • Hamil anak siapa?   Sport day

    Nadia sibuk di butik juga studio, ia sedang mengurus baju pengantin pernikahan sepupu dan klien lainnya. Kenan datang, ia pulang sekolah di jemput sopir."Mama, hari sabtu besok ada lomba olahraga di sekolah," ujar Kenan. "Mama bisa datang, 'kan?" sambungnya."Aduh ... Kenan, Mama ada acara pernikahan klien Mama, gimana, ya?"Nadia menoleh sejenak sebelum lanjut membantu memasang beberapa payet cantik digaun pengantin yang terpasang pada manekin.­"Yah ...," keluh Kenan sedih."Acaranya jam berapa?""Jam tujuh pagi, Ma." Kenan duduk di sofa, menatap mamanya bekerja. Tiga asisten Nadia melirik ke arahnya."Mbak Nadia, minta tolong Pak Arlan aja," bisiknya.Nah, Nadia tidak ingat jika sekarang ada Arlan yang pasti senang dimintai tolong apalagi urusannya untuk Kenan.***Hari sabtu tiba, Arlan sudah sampai di depan rumah Nadia. Kenan juga sudah rapi memakai seragam olahraga sekolah, topi, sepatu dan membawa tas berisi handuk kecil, baju ganti juga botol minum."Udah siap, Nan?" sapa Arl

  • Hamil anak siapa?   Cemburu

    Momen penuh air mata pun selesai, Nadia membantu memakaikan sepatu Kenan, mereka akan berbegas malam mingguan ke mal. Kemana lagi, hiburan instan jika bukan ngemal. Arkana keluar dari kamar mandi, ia baru saja membasuh wajahnya yang sembab karena menangis bahagia.“Ayo,” ajaknya sembari mengusap kepala Kenan yang mengangguk. Nadia menarik tangan Arlan, lalu ia peluk erat. Arlan menenggelamkan wajah di ceruk leher Nadia. “Aku senang,” lirihnya.“Aku juga. Semoga kamu bisa jadi Papa yang baik Kenan dan … jadi … um ….” Nadia malu sendiri. Arlan merenggangkan pelukan, menatap wajah cantik Nadia dengan semburat merah dipipi.“Suami kamu yang begitu besar mencintai kamu,” bisik Arlan tepat didepan wajah Nadia, ia kecup pangkal hidung Nadia begitu lama.“Mama, Ay—“ Kenan geram, ia masuk lalu memukul paha Arlan, lelaki itu mengaduh.“Kenan nggak mau punya adek bayi!” teriaknya kesal.“Hah?!” Arlan dan Nadia kompak terkejut.***Jadi, Kenan ternyata dengar cerita dari teman-temannya di sekolah

  • Hamil anak siapa?   Luluh

    Kenan menatap jutek ke Arlan yang duduk menikmati sarapan pagi di rumah Nadia. Dengan mulut penuh mengunyah sereal coklat dengan susu putih, Kenan sepertinya lupa semalam ia tidur dengan lelaki yang dipanggilnya Papa. Arlan tesenyum, lalu meneguk kopi, setelahnya ia bertopang dagu.“Nan, tidurnya nyenyak?” pertanyaan itu membuat Nadia melirik cepat. Ia takut masih pagi sudah terjadi perang dingin.“Hm.” Kenan menjawab dengan enggan.“Kamu tidur sama Om Arlan, Nan,” sambar Nadia dari pada Arlan yang bicara.“Kenan tau,” sambung bocah itu.“Kamu ingat?!” Alran memekik.“Ingat. Terus kenapa?” lirikan Kenan masih menunjukkan ketidak sukaannya.“Kenapa kamu sekarang judes banget. Semalam aja … minta panggil Om, Papa.”“Nggak boleh?” sinis Kenan lagi. “Kenan kenyang. Mama, Kenan mau nonton di kamar, ya.”“Nonton di sini aja, jangan di kamar,” larang Nadia.“Oke, Ma.” Dengan langkah enggan, Kenan menuju ke sofa yang semalam ditiduri Arlan. Lelaki itu menoleh ke Nadia.“Kenan gengsi, Lan, sab

  • Hamil anak siapa?   Menginap semalam

    Arlan menggendong Kenan yang tertidur di dalam mobil menuju ke dalam rumah Nadia. Wanita itu menyambut dengan senyuman."Hai," lirih pelan Arlan lalu mencium pipi Nadia. Wanita itu tersenyum seraya menutup pintu rumah. Harum masakan membuat air liur Arlan mengumpul di rongga mulut, ia melirik ke atas meja makan, benar-benar calon istri idaman.Nadia membuka pintu kamar Kenan, Arlan merebahkan perlahan tubuh bocah kecil itu, tak lupa melepaskan sepatu."Jangan dibangunin, biar aja," bisik Arlan."Kamu kemalaman, anakku tidur pake baju sekolah, jorok, Lan," keluh Nadia yang juga berbisik."Udah ... nggak papa, sesekali, kasihan capek banget. Sibuk gambar sama makan di ruang rapat. Terus sama Bu Ratu dibeliin pizza, kenyang banget Kenan."Nadia mengangguk. Arlan menarik pinggang Nadia, ia peluk erat dengan posisi dirinya duduk di kursi meja belajar Kenan."I Miss you," bisik Arlan seraya mengulum senyum. Nadia menangkup wajah Arlan."Aku juga," jawab Nadia. Ia mengecup kening Arlan lama.

  • Hamil anak siapa?   Jemput sekolah

    Gerakan Arlan guna meluluhkan hati Kenan terus dilakukan. Ia bahkan menyempatkan diri datang ke sekolah bocah itu. Padahal Nadia sudah melarang karena ia yang akan menjemput. Arkana keras kepala dan memaksa ke sekolah. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Kenan sudah masuk pekan ke dua sekolah dan info dari Nadia, jika Kenan lanjut les calistung juga drum band cilik hingga pukul tiga sore. Anak TK jaman sekarang, sekolahnya lama. Namun, asiknya di sekolah Kenan, ada jam tidur siang, jadi mirip day care. Arlan masih duduk di dalam mobil, ia memangku laptop, bahkan dirinya melakukan pekerjaan tapi tetap usaha dekat dengan Kenan. "Ya, halo," jawabnya sambil menjepit ponsel dengan bahu di telinga kanan. "Pak Arlan dicari Bu Ratu, apa bisa ke kantor lagi?" Duh, lupa. Arlan ada meeting jam empat dengan Ratu. Sekarang jam tiga kurang, jarak sekolah ke rumah Nadia lalu ke kantor lagi akan memakan banyak waktu. "Bisa," jawab Arlan sambil menggigit bibirnya, ia khawatir pa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status