Share

Kebekuan mencair

Author: Rianievy
last update Last Updated: 2022-10-07 18:08:00

"Selamat pagi anak cantik," bisik Raka di telinga Nadia yang sedang mengerjakan tugas menebalkan huruf. Perkembangan Nadia setelah mulai sekolah dalam hal pelajaran begitu pesat, ia anak pintar juga karena sudah dibekali ilmu sebelumnya oleh Risa.

"Pagi Om, Raka," jawab Nadia sambil menunjukkan deretan giginya yang rapi.

"Om punya ini buat kamu," ujar Raka sambil memberikan kotak kado ke hadapan Nadia. Wajah gadis kecil itu sumringah, ia segera membukanya. Terlihat sepasang sepatu baru lagi menjadi hadiah miliknya. Kali ini sepatu untuk bepergian, bukan untuk sekolah. Nadia segera memasang ke kedua kakinya.

"Tuh, kan ... pas di kaki kamu, bagus. Tos dulu!" Raka mengangkat tangan ke udara. Mereka ber tos ria lalu Nadia tertawa riang. "Bunda mana?"

"Lagi ke supermarket, belanja sama Nenek Sumi."

"Oh ... gitu. Nadia, temenin Om ke dalam, yuk, Om mau tanya tengang bibit bunga ke Nyonya Devinta," pinta Raka.

"Ayo," jawab Nadia semangat. Mereka berjalan bersama, rumah keadaan sepi di
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tarie Qurie
biyuhhh...‍♀️...‍♀️...‍♀️...‍♀️
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hamil anak siapa?   Tanggung jawab (1)

    Nadia merasa senang setelah dijelaskan tentang kehidupan binatang walau lewat buku. Risa yang menyadari sikap putrinya mengernyit bingung."Kamu kenapa, Nadia?" tanyanya sambil merapikan belanjaan ke dalam kabinet dan kulkas."Nggak papa, Bunda." Nadia tersenyum lalu ungkang-ungkang kaki di atas kursi yang ia duduki. "Hai Om Raka," sapa Nadia."Hai cantik," balasnya lalu menatap Risa. "Sa," panggilnya."Hm? Apa?""Termakan umpan dan masuk perangkap." Raka meneguk air mineral digelas yang ia pegang. Risa tak paham, ia mengangkat kedua bahu seolah tak acuh dengan kalimat Raka."Bu Sumi mau cuti, ada saudara nikah di kampung. Kamu nggak ikut?" Risa masih mondar mandir merapikan belanjaan."Nggak. Aku takut ada yang kangen kalau aku pergi," lalu Raka mengedipkan sebelah mata ke arah Risa yang dibalas keplakan dikepala dengan menggunakan satu ikat daun bawang yang Risa pegang.Raka meringis, tapi justru Nadia tertawa. Devinta mendadak muncul, lalu bicara dengan Risa tentang bekal makanan D

    Last Updated : 2022-10-09
  • Hamil anak siapa?   Arkana sakit

    Risa sudah berpikir keras, semenjak ia tau jika Arkana berusaha dekat dengan Nadia, hatinya masih tak rela. Lain dengan Arkana, lelaki itu mengulur waktu untuk bicara dengan Devinta tentang siapa Nadia. Kepalanya sakit memikirkan hal itu, Devinta sendiri kini sibuk mengurus yayasan milik keluarganya yang membantu anak tidak mampu supaya bisa sekolah. Arkana merasa istrinya mulai sibuk dan hal itu ia sukai. "Devinta, kepala ku sakit, bisa kamu nggak pergi hari ini?" pinta Arkana yang masih merebahkan diri di ranjang. "Yah, Mas, maaf aku nggak bisa. Hari ini aku harus ketemu donatur yayasan. Penting banget, Mas. Nggak papa, ya, aku usahakan pulang cepat. Maaf, darling ... love you." Devinta mengecup kening Arkana lalu bergegas pergi meninggalkan kamar. Arkana mendengkus, ia memejamkan kedua mata. Terasa sepi walaupun televisi di kamar ia nyalakan. Jam menunjukkan pukul delapan pagi, Deva juga sudah berangkat sekolah. Rasanya ia kesepian. Napas Arkana terasa hangat, sepertinya ia mu

    Last Updated : 2022-10-13
  • Hamil anak siapa?   Tamparan

    Arkana meminta Risa tetap tinggal, sayangnya wanita itu hanga berekspresi datar dan tetap berjalan meninggalkan kamar mewah lelaki itu. Terdengar Arkana mendengkus, Risa tak acuh, ia tetap menuju ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.Bu Sumi bilang, jika rasanya tak mungkin jika Risa melanjutkan rencana karena Devinta jauh lebih utama untuk dihancurkan. Rahasia Nadia anak Arkana tetap disembunyikan sementara. Setidaknya, mereka sudah membuat Arkana uring-uringan jika tak berdekatan dengan Nadia.Raka sendiri semakin hari semakin kuat untuk membalaskan kematian Rama, kakak yang begitu ia sayangi namun bodoh karena terlalu mencintai Devinta.Di tempat lain, Raka duduk termenung, ia sadari apa yang dilakukan terlampau nekat, tak peduli resikonya akan ia hadapi. Kedua tangannya saling menggenggam, dengan kedua siku menempel pada lengan kursi berbahan kulit mahal warna hitam pekat.Pemandangan di hadapan menunjukkan kokohnya bangunan bertingkat menjulang, Raka berdiri dari duduknya lalu

    Last Updated : 2022-10-19
  • Hamil anak siapa?   Fakta

    Devinta masih terkejut setelah mendengarkan penjelasan Arkana, ditambah sosok Raka yang berpenampilan berbeda dari biasanya. Arkana hanya bisa berkata jujur, menjelaskan fakta sebenarnya karena tak ingin ada kesalahan lagi. Ia tetap dengan pendiriannya akan menikahi Risa, demi Nadia supaya bisa bersekolah ditempat yang semestinya. Bagaimana pun, ia bapaknya, dan harus adil memberikan pendidikan yang terbaik. Tiga hari berselang, Arkana masih diabaikan Devinta. Bahkan, saat akan menjenguk Deva yang mendadak drop lagi, tak diizinkan. Suasana rumah tegang, apalagi saat Risa tidak ada di rumah itu lagi. Ia pergi bersama Nadia dan Bu Sumi ke tempat Raka. Raka sendiri memberi tau kenyataan siapa dia sebenarnya kepada Risa dan hal itu membuatnya terkejut bukan kepalang. Bahkan hampir pingsan. "Bu Sumi juga tutupi hal ini?" Risa memegang kepalanya, terasa mau pecah dengan semua fakta yang ada. Nadia duduk di sebelah Bu Sumi yang hanya bisa tersenyum. "Sudah lama kami sebenarnya mencari k

    Last Updated : 2022-10-22
  • Hamil anak siapa?   Kembali bertemu

    Ratu berjalan anggun dengan dres mahal yang dikenakan menuju ke arah unit apartemen tempat Raka tinggal. Jemari lentik dengan cat kuku warna merah menekan tombol bel pada pintu. Tak lama pintu terbuka, muncul Bu Sumi yang langsung dipeluk erat Ratu. "Bu Sumi, kenapa rahasiakan ini dari Ratu, Bu Sumi kan tau Ratu punya banyak mata-mata." Mereka berjalan ke dalam apartemen mewah nan luas itu. Terlihat Nadia baru saja mandi, rambut panjangnya tampak basah. Baju gambar barbie hadiah dari Ratu dikenakan bocah itu, hal tersebut membuat Ratu tak tahan untuk memeluk Nadia. Ia meletakkan tas mewah di atas sofa begitu saja lalu memeluk Nadia erat. "Keponakanku sayang," lirihnya. Lalu ia ciumi wajah Nadia dengan air mata yang perlahan menetes di wajah cantiknya. "Bu Ratu, kenapa Ibu menangis?" Nadia bingung. Ratu meraih jemari Nadia, ia kecupi berkali-kali setelahnya tersenyum lebar. "Seneng aja bisa punya keponakan secantik kamu, Nadia." Ratu mengecup kening Nadia lama. Kemudian muncul R

    Last Updated : 2022-10-22
  • Hamil anak siapa?   Bibit kebencian

    Setelah pertemuan itu, Risa dan Nadia dibawa kembali ke rumah Arkana. Raka dan Bu Sumi ikut serta. Untuk apa harus menyembunyikan lagi siapa mereka, kini justru saatnya sedikit mulai membuka rahasia yang tersimpan. Arkana sudah duduk di ruang tamu bersama Devinta juga Deva, pun kedua orang tua lelaki itu juga kedua mertuanya. Risa berjalan sambil menggandeng tangan Nadia yang tersenyum menyapa Deva, tapi bocah lelaki itu justru memalingkan wajah. Nadia diam. Deva seperti marah kepadanya. Kedua orang tua Devinta menatap dingin, walau ia tau kejadian Arkana sebelum mereka menikahkan dengan Devinta tapi rasanya tetap saja kesal. “Bu Sumi,” sapa nyonya Bagas. Bu Sumi bersalaman sambil membungkukkan tubuh. “Sudah, Bu,” kata nyonya Bagas. Bu Sumi merasa tidak enak hati karena menyimpan rahasia tentang kejadian Arkana dan Risa kala itu. “Mari, kita duduk bersama,” ajak tuan Bagas yang begitu humble. Tidak sombong sebagai seorang majikan. Raka menyapa satu persatu dengan tatapan dan anggu

    Last Updated : 2022-10-24
  • Hamil anak siapa?   Meminta pindah

    Semua sudah siap, Nadia kini sudah bisa bersekolah di tempat semestinya. Ia dan Risa berjalan menuruni anak tangga dengan perlahan. Tatapan Devinta serta Deva begitu dingin saat melihat ke arah dua perempuan yang kini statusnya bagian hidup Arkana. Lelaki itu tersenyum menyambut, tapi Risa dan Nadia segera pamit berangkat, tidak ikut sarapan bersama karena mereka tau diri posisinya di rumah itu. Arkana hanya bisa menghela napas sambil menatap Devinta yang tak acuh sambil menyendok nasi dan lauk ke mulutnya. Di depan gerbang rumah besar itu, mobil sedan mewah berhenti, Raka turun lalu berlari memutar bagasi mobil untuk menghampiri Nadia juga Risa. “Kenapa kamu?” Risa masih kesal dengan Raka, padahal sudah satu minggu lalu sejak pernikahannya dilangsungkan, ia tak bertemu Raka. “Memang kenapa? Ayo Nadia, Om Raka antar sekolah.” Raka membuka pintu belakang, Nadia tampak ragu tetapi tetap masuk ke dalam mobil dengan perlahan sambil menatap bundanya.“Jangan kasih kesedihan ke Nadia lag

    Last Updated : 2022-10-26
  • Hamil anak siapa?   Rasa yang lain

    Harap bijak membaca part ini. Erangan erotis wanita diatas tubuh lelaki itu menggema di dalam kamar hotel yang tempati keduanya. Devinta mabuk, ia kehilangan kewarasan hingga kini sedang mendapati pelepasan keduanya dengan Raka. Laki-laki itu memburunya, hingga bertemu di klub tempat Devinta menyendiri. Ia bohong kepada Arkana, bilang jika akan pulang ke rumah orang tuanya sejenak, dan lelaki bodoh itu percaya. Rayuan maut Raka ditambah alkohol membuat Devinta kembali hilang akal. Raka tak menyiakan kesempatan, langsung ia membawa Devinta ke tempat itu. Raka akui, Devinta cantik dengan tubuh sempurna. Pantas kakaknya, begitu menggilai wanita yang masih terus bergerak di atas tubuhnya. Raka puas biasa membuat Devinta hilang akal dan adab. Ia istri seorang laki-laki sukses, dan kini sedang bercinta dengan seorang laki-laki yang merupakan adik dari laki-laki yang begitu Devinta cintai dulu. Devinta mendesah nikmat, Raka kembali menyemburkan cairan miliknya di dalam rahim Devinta. “Ras

    Last Updated : 2022-10-26

Latest chapter

  • Hamil anak siapa?   Restu

    Restu “Ma,” panggil Arlan sambil memeluk wanita yang sudah membesarkannya. Keduanya berpelukan semakin erat, melepas rindu setelah Arlan pergi hampir dua bulan lamanya dari rumah itu. Nadia masih menggandeng tangan Kenan yang mengangkat kepala, menatap Arlan dan calon neneknya mengharu biru. Mereka duduk bersama, Arlan dan Nadia juga diperkenalkan dengan calon suami Lisa. “Mama senang, Arlan mau mengerti dan memaafkan Mama.” “Arlan … minta maaf, Ma. Ini semua—“ “Mama paham, Lan,” selanya. “Kita makan siang, yuk. Mama masak sup buntut sapi kesukaan kamu. Nadia, bisa bantu Mama siapkan?” “Iya, Ma, bisa.” Nadia beranjak, walau ada pembantu, tetapi wanita itu ingin Nadia ikut serta menyiapkan, bukan tanpa alasan, ia mau dekat dengan calon menantunya yang sudah ia kenal sejak kecil—semenjak keluarga besar tau jika Nadia anak Arkana. “Ma, apa Mama nggak masalah kalau nanti pernikahana kami dilakukan di rumah orang tua Nadia?” ujarnya sambil menata piring. “Iya, sayang, kenapa harus d

  • Hamil anak siapa?   Tersadar

    Arlan mondar mandir berjalan di ruang tengah rumah Nadia, bahkan hal itu membuat Kenan terus menatap calon papa sambungnya dengan heran. "Papa, kenapa dari tadi mondar mandir?" tanyanya sambil mewarnai buku gambar. "Nggak apa-apa, Nan. Udah selesai PRnya?" Arlan mendekat, duduk sembari mengusap kepala Kenan penuh kasih sayang. Arlan begitu menyayangi Kenan, benar-benar seperti darah dagingnya sendiri. Nadia berjalan dari arah tangga, ia sudah selesai membersihkan diri. Pekerjaan di butik membuatnya harus pulang jam 8 malam. "Nan, PRnya udah selesai?" Nadia duduk di sebelah Arlan."Sedikit lagi, Ma," jawab Kenan yang masih fokus mewarnai ikan paus. "Setelah selesai tidur, ya," pesan Nadia. "Oke." Kenan mengacungkan ibu jari. Nadia bersandar manja pada bahu kekar Arlan, lalu mengendus bahu tunangannya. "Wangi," bisik Nadia. Arlan menoleh, tersenyum. Ia tadi menjemput Nadia setelah dari kosan, naik ojek online sampai ke butik. Dari butik baru lah ia yang mengemudikan mobil Nadia. "

  • Hamil anak siapa?   Bertemu Lisa

    Arlan belum mendapatkan pekerjaan, semenjak meninggalkan semua yang sebelumnya dimiliki, ia kini tinggal di kosan sederhana sambil terus mengirim lamaran kerja. Ponselnya berbunyi, satu pesan singkat membuatnya mengalihkan pandangan dari laptop hasil dipinjamkan Nadia. Setelah pergi, Arlan bahkan membuka rekening baru untuk mulai menyimpan uangnya. Tetapi kenyataannya ia meminjam uang Nadia untuk mulai hidup barunya. Arlan berdecak, tak mau menggubris pesan singkat itu. Fokusnya kembali menatap laptop, kepintarannya tidak selalu mudah mencari pekerjaan, walau banyak orang menganggapnya begitu. Menjelang siang, Arlan menjemput Kenan, bocah itu tampak senang, bahkan melompat memeluk Arlan yang berjongkok. "Papa nggak kerja?" Pertanyaan polos terucap. Arlan mengusap kepala Kenan lembut. "Libur. Eh, Nan, kita pulang naik buwsay, yuk, seru pasti," ajaknya. "Sama Mama boleh?" Kening Kenan berkerut, seumur-umur, ia bahkan belum pernah naik motor dibonceng siapapun, apalagi busway. "Bo

  • Hamil anak siapa?   Satu rahasia lagi

    Acara lamaran dilaksanakan di salah satu restoran favorit Arkana. Nadia yang booking sejak seminggu lalu. Ia dan Kenan tampak rapi dengan busana formal, bahkan Kenan meminta memakai kemeja dengan dasi kupu-kupu. Menggemaskan. Keluarga Nadia sudah hadir, menunggu kedatangan Arlan beserta mama dan keluarga inti lainnya. Risa tersenyum saat melihat putrinya cantik juga dewasa. Tak salah memilih Arlan untuk dijadikan suami. "Nadia, jangan gugup," kata Risa. "Nggak, Bun ... Nadia cuma nggak nyangka kalau sekarang bisa ada diposisi ini dan udah ada Kenan," seloroh Nadia mencoba tampak tenang. "Arlan itu anak baik. Jadi dia pasti nggak akan bikin kamu kecewa." Arkana menyahut. Nadia mengangguk. Keluarga lainnya yang hadir hanya kakak tertua Arkana, karena kedua orang tuanya sudah tidak ada, jadilah sulung dari keluarga yang mewakilkan. Dua saudara kandung Arkana lainnya berhalangan hadir. Menit berganti jam, Nadia mulai gelisah karena Arlan tidak menjawab teleponnya juga membalas chat.

  • Hamil anak siapa?   Sport day

    Nadia sibuk di butik juga studio, ia sedang mengurus baju pengantin pernikahan sepupu dan klien lainnya. Kenan datang, ia pulang sekolah di jemput sopir."Mama, hari sabtu besok ada lomba olahraga di sekolah," ujar Kenan. "Mama bisa datang, 'kan?" sambungnya."Aduh ... Kenan, Mama ada acara pernikahan klien Mama, gimana, ya?"Nadia menoleh sejenak sebelum lanjut membantu memasang beberapa payet cantik digaun pengantin yang terpasang pada manekin.­"Yah ...," keluh Kenan sedih."Acaranya jam berapa?""Jam tujuh pagi, Ma." Kenan duduk di sofa, menatap mamanya bekerja. Tiga asisten Nadia melirik ke arahnya."Mbak Nadia, minta tolong Pak Arlan aja," bisiknya.Nah, Nadia tidak ingat jika sekarang ada Arlan yang pasti senang dimintai tolong apalagi urusannya untuk Kenan.***Hari sabtu tiba, Arlan sudah sampai di depan rumah Nadia. Kenan juga sudah rapi memakai seragam olahraga sekolah, topi, sepatu dan membawa tas berisi handuk kecil, baju ganti juga botol minum."Udah siap, Nan?" sapa Arl

  • Hamil anak siapa?   Cemburu

    Momen penuh air mata pun selesai, Nadia membantu memakaikan sepatu Kenan, mereka akan berbegas malam mingguan ke mal. Kemana lagi, hiburan instan jika bukan ngemal. Arkana keluar dari kamar mandi, ia baru saja membasuh wajahnya yang sembab karena menangis bahagia.“Ayo,” ajaknya sembari mengusap kepala Kenan yang mengangguk. Nadia menarik tangan Arlan, lalu ia peluk erat. Arlan menenggelamkan wajah di ceruk leher Nadia. “Aku senang,” lirihnya.“Aku juga. Semoga kamu bisa jadi Papa yang baik Kenan dan … jadi … um ….” Nadia malu sendiri. Arlan merenggangkan pelukan, menatap wajah cantik Nadia dengan semburat merah dipipi.“Suami kamu yang begitu besar mencintai kamu,” bisik Arlan tepat didepan wajah Nadia, ia kecup pangkal hidung Nadia begitu lama.“Mama, Ay—“ Kenan geram, ia masuk lalu memukul paha Arlan, lelaki itu mengaduh.“Kenan nggak mau punya adek bayi!” teriaknya kesal.“Hah?!” Arlan dan Nadia kompak terkejut.***Jadi, Kenan ternyata dengar cerita dari teman-temannya di sekolah

  • Hamil anak siapa?   Luluh

    Kenan menatap jutek ke Arlan yang duduk menikmati sarapan pagi di rumah Nadia. Dengan mulut penuh mengunyah sereal coklat dengan susu putih, Kenan sepertinya lupa semalam ia tidur dengan lelaki yang dipanggilnya Papa. Arlan tesenyum, lalu meneguk kopi, setelahnya ia bertopang dagu.“Nan, tidurnya nyenyak?” pertanyaan itu membuat Nadia melirik cepat. Ia takut masih pagi sudah terjadi perang dingin.“Hm.” Kenan menjawab dengan enggan.“Kamu tidur sama Om Arlan, Nan,” sambar Nadia dari pada Arlan yang bicara.“Kenan tau,” sambung bocah itu.“Kamu ingat?!” Alran memekik.“Ingat. Terus kenapa?” lirikan Kenan masih menunjukkan ketidak sukaannya.“Kenapa kamu sekarang judes banget. Semalam aja … minta panggil Om, Papa.”“Nggak boleh?” sinis Kenan lagi. “Kenan kenyang. Mama, Kenan mau nonton di kamar, ya.”“Nonton di sini aja, jangan di kamar,” larang Nadia.“Oke, Ma.” Dengan langkah enggan, Kenan menuju ke sofa yang semalam ditiduri Arlan. Lelaki itu menoleh ke Nadia.“Kenan gengsi, Lan, sab

  • Hamil anak siapa?   Menginap semalam

    Arlan menggendong Kenan yang tertidur di dalam mobil menuju ke dalam rumah Nadia. Wanita itu menyambut dengan senyuman."Hai," lirih pelan Arlan lalu mencium pipi Nadia. Wanita itu tersenyum seraya menutup pintu rumah. Harum masakan membuat air liur Arlan mengumpul di rongga mulut, ia melirik ke atas meja makan, benar-benar calon istri idaman.Nadia membuka pintu kamar Kenan, Arlan merebahkan perlahan tubuh bocah kecil itu, tak lupa melepaskan sepatu."Jangan dibangunin, biar aja," bisik Arlan."Kamu kemalaman, anakku tidur pake baju sekolah, jorok, Lan," keluh Nadia yang juga berbisik."Udah ... nggak papa, sesekali, kasihan capek banget. Sibuk gambar sama makan di ruang rapat. Terus sama Bu Ratu dibeliin pizza, kenyang banget Kenan."Nadia mengangguk. Arlan menarik pinggang Nadia, ia peluk erat dengan posisi dirinya duduk di kursi meja belajar Kenan."I Miss you," bisik Arlan seraya mengulum senyum. Nadia menangkup wajah Arlan."Aku juga," jawab Nadia. Ia mengecup kening Arlan lama.

  • Hamil anak siapa?   Jemput sekolah

    Gerakan Arlan guna meluluhkan hati Kenan terus dilakukan. Ia bahkan menyempatkan diri datang ke sekolah bocah itu. Padahal Nadia sudah melarang karena ia yang akan menjemput. Arkana keras kepala dan memaksa ke sekolah. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Kenan sudah masuk pekan ke dua sekolah dan info dari Nadia, jika Kenan lanjut les calistung juga drum band cilik hingga pukul tiga sore. Anak TK jaman sekarang, sekolahnya lama. Namun, asiknya di sekolah Kenan, ada jam tidur siang, jadi mirip day care. Arlan masih duduk di dalam mobil, ia memangku laptop, bahkan dirinya melakukan pekerjaan tapi tetap usaha dekat dengan Kenan. "Ya, halo," jawabnya sambil menjepit ponsel dengan bahu di telinga kanan. "Pak Arlan dicari Bu Ratu, apa bisa ke kantor lagi?" Duh, lupa. Arlan ada meeting jam empat dengan Ratu. Sekarang jam tiga kurang, jarak sekolah ke rumah Nadia lalu ke kantor lagi akan memakan banyak waktu. "Bisa," jawab Arlan sambil menggigit bibirnya, ia khawatir pa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status