Beranda / Pernikahan / Hamil Untuk Suamiku / 33. Gelang Pasangan

Share

33. Gelang Pasangan

Penulis: El GeiysyaTin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-02 06:14:44

Riti memikirkan segala kemungkinan, jika memang gedung ini dalam kekuasaan Tama atau Dion, maka ia akan bekerja di tempat lain. Sebab, bekerja dengan orang yang tidak akrab itu membosankan.

Tiga wanita itu sampai di ruang kepala SDM. Riti mengenali orang bernama Gani itu sebagai seorang yang pernah bersama Wendy, ketika ia masuk kerja pertama kali. Ia menunduk hormat pada pria berusia matang itu, sambil mengambil kotak nasi.

“Terima kasih, Pak!” katanya sopan.

Pria itu mengangguk ramah pada semua anak buah Wendy, seraya bernapas lega. Ia belum tahu ada hubungan apa sang Bos dengan pegawai baru yang dinilainya biasa saja. Meskipun, komentar Wendy tentang gaya busananya lumayan bagus, tapi Riti bukanlah perempuan kalangan atas.

Gani dan Wendy tidak berani menebak terlalu jauh tentang, siapa Riti sebenarnya dan apa hubungannya dengan Tama. Lagi pula tidak ada di antara mereka yang berani bertanya. Sementara ini, keadaan aman, Bos besar mereka jarang hadir kecuali sekali-kali saja d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hamil Untuk Suamiku    34. Merasa Dimanfaatkan

    “Ya, aku tahu, aku pilih ini saja!” kata Riti, sambil memegang satu model, dengan warna paling lembut di antara gelang lainnya.“Pilihan yang bagus! Aku doakan, siapa pun suamimu, kalian akan hidup bahagia selamanya!” “Terima kasih doanya! Oh ya, aku akan membayarnya begitu aku punya uang, Nena!” “Jangan sungkan! Itu tidak masalah selama kamu membayar!”Nena pergi setelah barangnya laku, meskipun hanya satu dan belum dibayar, itu tidak masalah sebab mereka akan sering bertemu. Ia akan menagihnya kalau gajian sebab Riti pasti punya uang. Riti kembali ke ruangannya dan makan dengan kenyang. Lalu, ia kembali bekerja sampai waktunya pulang. Ia bertemu dengan Marhen di halaman parkir saat menunggu Jasin datang.“Apa yang Ayah lakukan di sini?” tanya Riti, ia heran bagaimana Marhen bisa tahu kalau dirinya bekerja di sana.Marhen berdiri di samping mobilnya, dengan senyum menyeringai. Ia sengaja menunggu anaknya setelah jam kerja usai. Ia hampir memeluknya, tapi gadis itu menjauh d

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Hamil Untuk Suamiku    35. Harta Karun

    Setelah menghapus air mata, Riti mengambil sebuah celengan berbentuk guci. Masih ada sisa uang di dalamnya dan ia akan menggunakannya untuk membayar gelang pasangan yang ia beli pada Nena. Ia akan memberikan gelang itu pada Tama sebagai hadiah ulang tahunnya.Ia merasa bersalah telah menggunakan uang dari Tama untuk memberi hadiah pada Leri padahal, pria itu tidak pernah menghargainya.Riti biasa menabung kalau punya kelebihan uang, tapi ia juga—suka melubangi bagian bawahnya—guna mengambil kembali uangnya. Kalau sekarang ia mengambil dari lubang itu, Jasin akan menunggu terlalu lama. Itu celengan tanah milik kakek yang ia temukan begitu menempati rumahnya. Riti membawa benda itu di tangannya. Setelah mengunci pintu rumah, ia langsung berlari ke arah mobil yang pintunya sudah terbuka. “Apa itu, Nona?” tanya Jasin seraya menutup pintu setelah Riti duduk. Tentu saja ia sudah melaporkan semuanya pada Tama, tapi tidak dengan benda aneh yang dibawa istri majikannya. “Ini harta Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Hamil Untuk Suamiku    36. Hadiah Untuk Tama

    Riti segera bangkit dari duduknya, begitu melihat rapat itu bubar dan ia menyelinap ke ruangan lain di sebelah pintu ruang monitor. Ia tidak ingin ketahuan kalau dirinya mengamati aktivitas Tama dari ruang pribadinya. Dari tempatnya berdiri, Riti melihat beberapa teman Tama yang berjalan melewatinya sambil berkelakar satu sama lain. “Kapan kamu akan memperkenalkan ratumu dan mengumumkan pernikahanmu pada semua orang?” tanya salah seorang di antara mereka. “Ya, jadi kamu tidak perlu menghentikan rapat hanya karena ada masalah dengannya!” kata yang lainnya. “Aku pikir lebih baik dia disembunyikan saja, dari pada kamu harus menanggung risiko lebih besar kalau diketahui banyak orang!” “Hai! Itu benar dan kita tidak perlu rapat terlalu lama!” “Sebaiknya dia perlu ikut rapat dengan kita biar lebih seru, kalau dia bertingkah lucu!” Semuanya tertawa mendengar celotehan yang terakhir, tapi mereka tidak melihat bagaimana raut wajah kesal Tama hingga pria itu menegur mereka. “Ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Hamil Untuk Suamiku    37. Suami Istri

    “Tidak juga! Coba pikirkan lagi, di mana yang aneh!” ujar Tama.Sejenak, kedua orang itu bertengkar, dan saling menyalahkan. Mereka seperti pasangan suami istri yang sudah lama membina rumah tangga yang terlibat perbedaan. “Tapi aku tidak mau pakai gelang yang tulisannya suami!” kata Riti tegas.“Memangnya kenapa, apa kamu malu kalau kamu sudah punya suami?” “Bukan begitu, tapi karena aku ini perempuan! Dan kamu juga tidak mengumumkan pernikahan kita, jadi itu tidak masalah!”Tama kembali diam, ia bukannya tidak mau mengumumkan pernikahannya, tapi Marhen yang menginginkan pernikahan itu hanya dilakukan diam-diam.Riti tersadar sejenak dan bicaranya berubah lembut, saat tiba-tiba ia mengingat ayahnya. “Oh iya! Aku ingatkan kamu, jangan dekat-dekat Ayahku, dan jangan pernah bekerja sama dengan dia lagi!” katanya. “Kenapa?” Riti diam mendengar pertanyaan Tama, ia tidak mungkin membeberkan prasangka buruk terhadap ayahnya.Bagaimana kalau ternyata semuanya tidak benar, baga

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Hamil Untuk Suamiku    38. Kasih Sayang

    “Oh! Jadi begitu kisahnya?” “Ya!” Riti meraba-raba dinding dan melihat-lihat, “Aku pikir ada jalan rahasia lagi di sini,” katanya. “Ada! Aku akan mengatakan semuanya, pada orang yang mencintaiku apa adanya!” Tama berkata sambil melangkah mendekati tempat tidur. Oh ya Tuhan! Aku menyesal ... kenapa tidak dari dulu saja aku mengatakan cinta padanya? “Ada apa di sana? Apa kamu mau tidur sekarang?” tanya Riti. Kamar itu luas, bisa untuk melakukan beberapa hal seorang diri. Di sana tidak ada barang apa pun selain sofa tunggal yang sangat besar dan sebuah kasur tebal berwarna putih. Bagian plafon kamar juga tidak biasanya, bercat hitam. “Kemarilah!” kata Tama setelah ia merebahkan diri di kasur yang lebar dan empuk itu. Riti mengikutinya dengan ragu, tapi ia sudah siap dengan apa pun yang akan terjadi. Ia berpikir yang tidak-tidak untuk saat ini, bahwa keperawanannya akan segera hilang malam ini. Bahkan, ia sudah membayangkan rasanya seperti apa nanti. Tama mengecup kening Riti begi

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Hamil Untuk Suamiku    39. Setelah Jam Makan Siang

    Riti kembali memakai baju dan ingin segera membersihkan diri. “Sudah kubilang istirahat saja di rumah!” kata Tama melarangnya. “Tama, kamu tidak bisa sembarangan minta libur kerja pada perusahaan orang!” Riti menjawab sambil melangkah dan memeriksa dinding untuk mencari di mana pintunya. Namun, ia tidak menemukan juga dan menoleh pada Tama agar laki-laki itu mau menunjukkannya. Tama mengerti apa maksud Riti, ia berdiri dan memakai piama, laku memeluk Riti di dekat dinding. “Pejamkan matamu!” katanya. “Kenapa aku harus merem? Apa kamu tidak mau aku tahu di mana pintunya?” Riti menolak untuk memejamkan mata. Tama menggelengkan kepalanya dan berkata, “Bukan!” Lalu ia mencium bibir Riti dan menekan dua buah pedang—yang diletakkan secara bersilang pada dinding di atas kepalanya. Lantai tempat mereka berpijak tiba-tiba berputar, setelah itu dalam sekejap mereka sudah berada di luar kamar. Riti merasakan sedikit pusing karena kecepatan putaran, tapi akhirnya ia pun tahu alasan Tama y

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • Hamil Untuk Suamiku    40. Siapa Yang Serakah

    “Tidak, terima kasih!” jawab Gani datar. “Maaf, Pak! Saya tadi terlambat!” “Tidak apa, lain kali jangan diulangi lagi!” Hanya itu yang ucapan pria itu dan berlalu dari hadapan Riti. “Baik, Pak!” Saat jam makan siang, Riti kembali menemui Marhen yang sudah menunggunya di tempat parkir. Pria itu sudah menghubunginya beberapa kali. Tak lupa ia menyimpan kartu kreditnya di laci meja, dan menyelesaikan masalah ayahnya sekarang juga. “Ayah tidak salah membesarkanmu!” kata Marhen begitu Riti berdiri di hadapannya. Ia mengajak anaknya bicara di tempat yang agak sepi. “Apa lagi yang Ayah mau dariku? Aku tidak punya apa-apa, sudah habis jiwaku terjual demi hutang Ayah!” “Aku lihat kamu baik-baik saja dan sepertinya Tama menyayangimu! Jadi, aku harap kamu tidak meminta sisa uang pembayaranmu!” “Apa aku tidak salah dengar? Jadi, karena Tama baik, maka Ayah tidak akan melunasi hutang Ayah padaku?” Riti berkata sambil tersenyum miris, ia berpikir mungkin laki-laki itu bukan orang tuanya. “Y

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • Hamil Untuk Suamiku    41. Si Pembuat Onar

    “Pram, Kamu ingat namanya Riti, kan?” tanya Listi. “Apa kamu mengenalnya?” Pram balik bertanya.“Tidak! ... Kalau tidak salah aku pernah melihatnya di Wisuda Sarjana Universitas Ilmuda Jaya!”“Wah, dia lulusan universitas itu?”“Hmm, bisa jadi!” Listi berkata sambil mengangkat kedua bahu, ia menuliskan sesuatu digrup percakapan keluarga.Dari percakapan antara Riti dan Marhen yang mereka dengar tadi, membuat Listi dan Pram mengambil kesimpulan sesuai perkiraan mereka sendiri-sendiri.Listi tahu satu informasi tentang proyek Tama yang bermasalah, dengan kontraktornya. Oleh karena itu ia bisa menyimpulkan jika yang dibicarakan antara ayah dan anak itu adalah Tama. “Ini berita yang menarik, bukan?” tanya Listi sambil tersenyum tipis.“Apa kamu sudah mengabarkan informasi pernikahan Tama?” sahut Pram.“Ya!” kata Listi terus menulis berita tentang Tama pada ponselnya.Kabar pernikahan Tama yang sembrono ini, akan semakin memperkuat opini semua orang tentang kejelekan perangai dan wajahn

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08

Bab terbaru

  • Hamil Untuk Suamiku    TAMAT

    “Apa aku salah menjadi orang seperti itu?” Tama dia meski dia tidak tahan, ia hanya melirik istrinya yang tertawa geli di sampingnya. Riti menahan tawanya saat melihat ibu dan anak yang beradu argumen karena berbeda pandangan. “Riti, bagaimana pendapatmu kalau suamimu kehilangan semua kekayaannya dan kamu terpaksa hidup di desa seperti yang kemarin-kemarin kamu lakukan?” tanya Deliza dengan tatapan serius kepada menantunya. Riti tahu bahwa Tama memang kehilangan kekayaannya selama mereka bersembunyi di desa. Namun, Iya juga tahu bahwa sekarang Tama kembali memiliki semua perusahaannya. “Apa Ibu kira hidup di desa itu susah? Itu tidak sulit, lebih sulit lagi saat aku harus hidup sendiri dan mengurus ibuku!” “Oh!” gumam Deliza, “Maafkan aku soal ibumu, Riti, Aku senang bertemu denganmu, dan aku lebih senang lagi setelah tahu bahwa kamu adalah, anak dari saudaraku!” “Aku mengerti! Tapi, Bu! hidup di desa itu sangat menyenangkan dan di sana semua orang hidup seperti

  • Hamil Untuk Suamiku    Kesalahan Wisa

    Tama kembali menemui Riti dan ibunya di rumah sakit yang menjadi rumah mereka. Sementara itu Jasin sudah kembali ke perusahaan dan menenangkan semua pemegang saham. Lalu, ia menyelesaikan masalah di sana satu persatu. Tentu saja ia bekerja sama dengan semua teman dan orang-orang kepercayaan Tama, hingga keadaan Grup Unitama dan perusahaan-perusahaan Pratama, kembali seperti semula. Hando sebentar lagi akan mendapatkan jadwal sidangnya, dan sudah dipastikan hukuman seumur hidup yang akan diterimanya. Kerusakan yang dilakukannya di berbagai tempat, juga memberatkan pasal-pasal yang dituduhkan padanya. Demikian juga Sony ia mendapatkan pengadilan juga, tapi ia tidak di hukum dengan hukuman seumur hidup. Ia mendapatkan hukuman 20 tahun penjara. Wisa sangat bersedih, karenanya, secara tidak sengaja wanita itu mengucapkan kekhawatirannya, “Sony, Bagaimana kalau kamu dihukum selama itu Bagaimana jika terjadi apa-apa denganku dan anakmu Listi?” katanya sambil menangis. Dari

  • Hamil Untuk Suamiku    Mengembalikan Kekayaan

    “Kalau begitu, aku tarik kata-kataku kalau dia baik!” kata Riti dan Tama tertawa.“Tidak boleh bilang laki-laki lain itu baik, kecuali aku, oke?” kata Tama sambil mencium istrinya.Setelah itu Tama mengajak Dion pergi ke tempat yang pernah ia gunakan untuk menyekap Sony. Mereka pergi diiringi dengan beberapa pengawal Tama. Tentu saja Jasin ikut bersama dengan mereka. Sony terlihat kurus dan luka-lukanya belum sembuh sempurna, masih banyak bekas luka yang diakibatkan oleh pukulan dari Tama. Pria itu hanya diam dan pasrah akan dibawa ke mana pun juga.Tama langsung membawa Sony ke lokasi yang sudah dibagikan, oleh orang tak di kenal yang menghubunginya. Ternyata ia adalah seorang pria bertubuh kurus yang mengaku sebagai adik sepupu ibunya.Di tempat itu mereka merekam pengakuan Sony dan mengirimkannya pada Brawijaya. Tentu saja disertai ancaman.Mereka ingin agar Hando, anak bungsunya itu, mau mengaku dan mengembalikan semua aset milik Tama yang sudah diambilnya. Jika tidak, maka

  • Hamil Untuk Suamiku    Sony Menyukaimu

    Keesokan harinya, Tama memuaskan istrinya hingga seharian penuh, dengan berbelanja di kota. Ia membeli apa pun yang diinginkannya. Terakhir mereka menyewa sebuah salon dan memanjakan tubuh hanya berdua dengan pelayanan VIP yang pernah ada.Riti sangat bahagia dan bersyukur dengan kemanjaan yang diberikan Tama. Sungguh, menghabiskan sepanjang sore dengan dipijat, itu hal yang luar biasa. Apalagi ia melakukannya berdua dengan suami tercinta.Mereka selesai dipijat dan melakukan rangkaian pelayanan di salon sampai puas. Baik Tama dan Riti kini terlihat segar kembali, dan acara di akhiri dengan makan malam. Setelah itu, mereka memutuskan untuk menginap di hotel karena besok akan melanjutkan perjalanan menengok Delizah.Keesokan harinya, saat sepasang suami istri itu tiba di kamar Delisa, yang terdapat di sebuah rumah sakit swasta, mereka melihat wanita paruh baya itu, dalam keadaan baik-baik saja. Riti ingin menghabiskan beberapa hari bersama ibu mertuanya dan sang suami pun setuj

  • Hamil Untuk Suamiku    Ancaman Lagi

    “Bukannya kamu mau berhenti peduli? Atau sebenarnya kamu ini terlalu cerdik, sengaja membuat syarat-syarat itu, karena kamu tahu Hando akan membuat kekacauan?” Jasin balik bertanya.“Jas, aku hanya penasaran! Awalnya aku hanya tidak mau keuntungan proyek kita berada di tangannya semuanya! Enak saja dia!”Jasin pergi dari rumah itu dan kembali ke kota seorang diri, demi memuaskan keinginan Tama untuk mencari informasi. Ia juga untuk sementara tidak mengaktifkan ponselnya. Oleh karena itu ia menemui beberapa orang secara langsung. Dari pertemuan dengan mereka, ia tahu bahwa ada beberapa investor yang ternyata akrab dengan anggota keluarga Prapanca. Mereka ini yang memiliki ide untuk menarik uangnya dan mereka tahu bersamaan dengan kejadian Hando yang pergi ke kantor pusat grup Pratama.Mengetahui hal itu, Jasin senagaja makan malam sambil mengikuti salah satu anggota keluarga Prapanca yang mengadakan pertemuan dengan para pemegang saham ini.Jasin mendengar sendiri strategi mereka

  • Hamil Untuk Suamiku    Kesalahan Hando

    “Ibuku itu sama seperti aku! Jadi untuk apa aku berharap pada keluarga itu?”Tiba-tiba perang kesedihan di hati Tama, dirinya dan istrinya tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama dikucilkan dari keluarganya.“Tapi, Tama! Apa kira-kira yang dilakukan oleh ibu dan Dion, saat kalian bertemu sebulan yang lalu?” Jasin berusaha menginformasikan dugaannya tentang, sikap Dion dan Delizah saat mereka bertemu dikuburan Tina.“Memangnya apa yang bisa dilakukan dua orang itu? Baru kemarin kamu bilang kalau Dion itu bekerja menjadi satpam!”“Ya, dia itu bukan satpam biasa, dia seorang informan juga!”“Kenapa baru bilang sekarang?”“Aku pikir itu tidak penting!” kata Jasin sambil mengingat kembali informasi tentang Dion. Tidak banyak yang ia dapatkan, selain informasi tentang tanggal lahir, orang tua, tempat tinggal dan pekerjaannya. Namun, setelah menyelidiki lebih lanjut, ternyata Dion orang yang hampir sama dengan dirinya. Dahulu, mereka juga pernah bekerja sama, tapi kemudian Dion membat

  • Hamil Untuk Suamiku    Teror Dari Keluarga

    “Apa Ibu dan Ayah masih mengingatku?” tanya Deliza, dengan menahan air matanya sekuat tenaga.Ibunya menghambur dalam pelukannya, mana ada ibu yang rela melihat kondisi anaknya hingga terlihat lebih tua dari dirinya. Delizah tahu jika ilmunya sangat merasa bersalah karena penampilannya itu. “Ibu jangan kuatir aku baik-baik saja aku tidak selama yang ibu kira, selama ini aku sudah bertahan tanpa kalian jadi apa yang aku alami sekarang bukanlah apa-apa!” kata Delizah sambil menepuk bahu ibu yang sedang memeluknya. “Maafkan Ibu dan Ayahmu yang tak berguna ini, yang tidak mampu membela di hadapan kakakmu saat itu!”“Ibu tidak perlu meminta maaf padaku, aku tetap akan menjadi anak ibu untuk selamanya! Sekarang lihatlah, mungkin kita tidak akan lama lagi kembali bersatu seperti dulu, kita hanya perlu menyelesaikan masalah ini bukan?”Sang ibu mengangguk dan mengusap air matanya, setelah itu Deliza melambaikan tangan. Ia dan Dion terus berlalu, sambil mendorong kursi rodanya sampai ke

  • Hamil Untuk Suamiku    Menghadap Keluarga Prapanca

    Tanpa sepengetahuan Tama dan Riti, dua orang itu pergi menuju ke rumah keluarga Prapanca.Saat Delizah dan Dion tiba di kediaman keluarga itu, mereka tidak mengalami hambatan yang berarti. Para pengawal yang ada di sana mempersilahkan mereka, karena Deliza dan Dion memakai tanda kebesaran keluarga itu di pakaiannya. Mereka memang orang-orang terbuang dan memilih untuk, keluar dari keanggotaan keluarga terpandang. Namun, bukan berarti kedua belah pihak saling melupakan. “Sudah aku duga, kalian akan datang ke sini juga pada akhirnya!” kata Prapanca, ia muncul setelah dua tahunnya menunggu satu jam lamanya. Namun, Deliza dan Dion merasa lega karena orang tua itu, akhirnya mau menemui mereka setelah sekian lama.“Kakek! Haruskah aku berlutut padamu, untuk meminta maaf atas kekeliruanku?” kata Deliza.“Ya! Memohonlah dan berlututlah!” kata Prapanca.Deliza berlagak begitu kesulitan turun dari kursi roda, hingga dua orang pengawalnya membantunya untuk, bisa berlutut dengan posisi

  • Hamil Untuk Suamiku    Permusuhan Antara Sepupu

    Setelah kedatangan Dion hari itu, Tama dan istrinya pergi ke kota di mana ibunya berada. Namun, setelah sampai di sana para penjaga mengatakan jika ibunya sedang berkunjung ke rumah keluarganya. Riti khawatir jika ibu mertuanya pergi ke keluarga besar Prapanca. Sehingga ia mencoba menghubungi Dion untuk menanyakan kebenarannya.“Halo! Dion, apa kamu tahu, ibu Deli pergi ke keluarga Prapanca?” “Aku tidak tahu, aku belum siap mengatakan semuanya pada Bibi Deliza!” Kata dion dari balik telepon.“Jadi kamu belum menemui Ibu Deliza?” “Riti, seharusnya kamu dan suamimu lah yang harus mengatakan secara langsung pada ibu mertuamu itu! Bilang padaku kalau kamu menemuinya aku akan datang juga!”Sementara Tama masih mencoba menghubungi ibunya tapi tidak bisa juga.Akhirnya Rity mengusulkan agar mereka pergi menengok makam ibunya. Kebetulan ia sudah lama tidak ke sana. Laki-laki itu pun setuju dan langsung mengadakan perjalanan ke pemakaman Ibu mertuanya. Tak lupa mereka membawa rangk

DMCA.com Protection Status