Esmeralda menggelengkan kepalanya sambil mengangkat sedikit bahunya, untuk memberitahukan pada Franky sebuah kode bahwa ia tidak tahu-menahu soal keberadaan bapak mertuanya.Di saat yang bersamaan, Pak Tua menghampiri ketiganya. Ia seolah mengetahui masalah yang sedang terjadi di antara mereka."Sepertinya suamimu dalam pengaruh jin jahat," ucap Pak Tua itu sambil meluruskan janggutnya yang berwarna putih.Ucapannya itu telah menyita perhatian dari ketiganya. Mereka menoleh, menatap lelaki tua itu yang tampak sedikit melengkungkan bibirnya, menunjukkan senyuman tipis di bibirnya yang tampak keriput dan pucat."Apa maksud bapak?" tanya Esmeralda hendak memastikan. Ia berjalan mendekat ke arah lelaki tua itu, yang balas menatap Esmeralda dengan tatapan yang serius."Kalian harus mencari orang pintar, untuk menemukan bapak mertuamu, sebelum semuanya terlambat," jawab lelaki tua itu memberikan peringatan dengan tegas."Apakah bapak tidak bisa membantu kami?" tanya Esmeralda lagi dengan ra
Seorang laki-laki tua bertubuh kerdil dengan sebelah mata yang rata tertutup dengan kulit, keluar untuk menemui dua orang yang telah mengetuk pintu rumahnya.Esmeralda mengusap-usap lembut perutnya sambil berucap dalam hati, "amit-amit jabang bayi," sebanyak tiga kali.Entah mitos dari mana, ia sudah terlanjur percaya bahwa jika melihat sesuatu yang aneh harus mengucapkan kata itu, agar jabang bayi dalam kandungannya tidak lahir seperti apa yang dia lihat."Siapa kalian?" Suara lelaki kerdil itu bergetar, yang membuat dua orang itu tersentak."Mbah, saya Franky, dan ini teman saya Esmeralda," ucapnya memperkenalkan diri dengan suara yang sangat lembut dan sopan. Ia khawatir membuat lelaki kerdil itu tersinggung.Ia mendapatkan informasi dari temannya bahwa lelaki kerdil yang ia ketahui bernama Pak Dirot itu memiliki perawakan yang pemarah. Jika lelaki kerdil itu marah, ia bisa mengucapkan sumpah serapah yang sudah pasti akan benar-benar terjadi. Karena Pak Dirot, selain bisa meramal,
"A-apa yang akan terjadi jika kita melanggar, mas?" tanya Esmeralda dengan gugup.Franky menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "Teman mas nggak bilang, dek. Dia hanya memberitahu mas seperti itu."Deg. Jantung Esmeralda terasa seperti berhenti berdetak. Darahnya seolah berdesir lebih cepat."Mas, aku takut...." rengek Esmeralda yang membuat hati Franky semakin tidak tenang.Lelaki itu terdiam selama beberapa saat lamanya. Ia memejamkan kedua matanya. Ia menarik nafas dalam-dalam, dan menghembuskannya secara perlahan. Ia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri terlebih dulu."Nggak apa-apa, dek. Kita pulang saja. Mudah-mudahan tidak ada yang terjadi," ucap Franky berusaha menenangkan Esmeralda setelah ia berhasil menenangkan dirinya sendiri.Esmeralda menganggukkan kepalanya dengan lemah. Ya, ia berharap tidak terjadi apa-apa.Franky mulai kembali menyalakan mesin mobilnya. Ia kembali mengendarai mobil yang sempat berhenti selama beberapa saat.Dalam perjalanan pulang, langit men
Sejak bapak mertuanya ditemukan dalam keadaan meninggal di sebuah pohon beringin keramat, Bu Aurora lebih sering menyendiri di dalam kamarnya. Ia bahkan menolak untuk makan dan minum. Ia juga menolak untuk mandi dan melakukan kegiatan keseharian lainnya.Hal itu membuat Esmeralda merasa khawatir. Ia selalu gagal membujuk ibu mertuanya. Ia bisa maklum dengan keadaan ibu mertuanya itu, karena ia kehilangan lagi orang yang sangat berharga dalam hidupnya. Apa yang dialami oleh ibu mertuanya, ia juga telah mengalaminya.Tok tok tokEsmeralda mengetuk pintu kamar Bu Aurora dengan nyaring. Ia membawakan sepiring nasi dan juga lauk pauk yang merupakan makanan kesukaan ibu mertuanya. Ia juga membawakan segelas jus jambu, yang tidak pernah ketinggalan menjadi teman makannya."Bu?" Esmeralda memanggil sambil meletakkan telinganya di pintu kamar. Sunyi dan sepi, seperti tidak ada tanda-tanda keberadaan seseorang di dalam sana.Tok tok tokSekali lagi Esmeralda mengetuk pintu kamar itu dengan nyar
"Aku akan memeriksanya!" Dokter Chou segera beranjak dari kursi kerjanya, dan disusul oleh Esmeralda yang terlihat cemas dengan keadaan ibunya.Setibanya di depan ruangan, tempat di mana Dokter Chou mengisolasi Bu Melisa, mereka telah mendengar suara teriakan histeris dari dalam ruangan yang membuat Esmeralda semakin merasa khawatir.Ia memandangi wajah Dokter Chou dengan tatapan yang penuh dengan arti."Apa yang terjadi?" tanya Dokter Chou pada perawat yang terlihat sangat ketakutan.Dokter Chou yang tidak mendapatkan jawaban dari perawatnya itu, segera meraih kunci dari saku jas berwarna putih yang ia kenakan. Ia pun dengan sigap membuka kunci pintu ruangan, tempat di mana Bu Melisa diisolasi.Pintu terbuka secara perlahan, tiba-tiba saja Bu Melisa yang terlihat sudah menunggu kedatangan mereka berlari ke arah Dokter sambil mengacungkan sebuah gunting yang entah ia temukan di mana.Beruntungnya Dokter Chou sigap menghindari serangan Bu Melisa. Tangannya yang cekatan menahan tangan B
Esmeralda duduk merenung di dalam mobil sambil memegangi setirnya. Ia bahkan tidak menyadari bahwa lampu merah telah berubah menjadi lampu hijau. Ia segera tersadar saat mendapatkan klakson dari pengendara lain. Ia buru-buru menyalakan mesin mobilnya, dan segera tancap gas meninggalkan lampu lalu lintas.Dalam perjalanannya menuju ke kantor, ia masih terus berpikir dengan apa yang telah terjadi pada ibunya, juga ibu mertuanya.Lamunan Esmeralda segera terberai saat ia mendengar suara dering ponsel miliknya yang berada di jok sebelah kemudi. Ia melirik sebentar. Panggilan itu adalah panggilan dari Franky, mantan suaminya.Esmeralda berusaha meraih ponsel miliknya yang berada cukup jauh dari tangannya, sambil tetap mengemudikan mobilnya. Matanya sesekali menatap ponsel, dan menatap ke jalan. Setelah ia berhasil mendapatkan ponsel miliknya, ia segera menerima panggilan itu."Halo?" sapanya dengan suara yang terdengar datar."Halo, dek? Bagaimana kabarmu? Sudah beberapa hari sejak kita be
"Dia kenapa, dok? " tanya Esmeralda dengan cepat seolah ia sudah tidak sabar lagi mendengar penuturan yang akan diberikan oleh Dokter Chou.Dokter tidak segera menjawab. Ia hening beberapa saat. Hanya desah nafasnya yang terdengar berat."Sebaiknya kamu ikut aku ke ruangan Bu Melisa, " ujarnya yang segera beranjak dari tempat duduk, dan diikuti oleh Esmeralda yang mulai tampak gelisah."Sebenarnya apa yang terjadi, dok? " tanya wanita itu dalam perjalanan menuju ke ruangan ibunya.Dokter tidak menyahut. Ia hanya mempercepat langkahnya.Setibanya di depan ruangan, dokter segera membuka kunci pintu.Suara derit pintu yang terbuka secara perlahan, membuat degup jantung Esmeralda berdetak sangat keras. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan ibunya yang saat ini hanya wanita itu saja yang ia punya, setelah bapak dan juga suaminya meninggal.Kedua mata Esmeralda membelalak dengan lebar. Mulutnya tampak menganga. Ia hampir tidak bisa berkata-kata saat ia melihat kedua mata ibunya diperban.Baru s
"A- apa? Bagaimana ibuku bisa kritis, Sus? Apa yang terjadi dengannya? " tanya Esmeralda dengan raut wajah yang memancarkan kekhawatiran."Bu Melisa.... Dia menyayat pergelangan tangannya sendiri, bu, " Sahut suster dengan ragu- ragu."Astaga, ibu! " Esmeralda duduk berjongkok sambil menangis histeris.Franky yang tidak tahu harus berbuat apa, mulai merasa panik. Ia duduk di hadapan wanita itu, berusaha menenangkannya."Dek, sebaiknya kamu tenang dulu! Lebih baik kita pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan ibumu, " Ucap lelaki itu memberikan saran.Esmeralda menganggukkan kepalanya dengan lemah. Ia memberikan tanda pada lelaki itu bahwa ia setuju dengan apa yang telah diusulkan oleh mantan suaminya itu.Franky membantu Esmeralda untuk berdiri. Ia menuntun wanita itu untuk berjalan keluar dari rumah sakit jiwa menuju ke halaman parkir untuk mengambil mobil mereka yang terparkir di sana.Franky membukakan pintu untuk Esmeralda. Wanita itu duduk di kursi samping kemudi. Wajahnya terl