Langkah Rafaela berhenti, saat ia berhadapan dengan seorang lelaki asing yang tampak kebingungan. "Kamu siapa?" tanyanya dengan penasaran. Rafaela menatap ujung rambut hingga ujung kaki dari lelaki bertubuh gemuk itu, yang balas menatapnya dengan tatapan mata yang dalam. "Permisi, apakah kamu bekerja di sini?" tanya lelaki itu dengan ragu. "Ya, kamu siapa ya? Cari siapa?" Rafaela tidak bisa menahan dirinya lagi untuk tidak bertanya. Ia terlihat tidak sabar menunggu jawaban dari lelaki itu. "Apakah benar, Esmeralda bekerja di sini?" Lelaki itu kembali menatap wajah Rafaela dengan tatapan yang menyimpan sebuah harapan besar. "Ya, benar. Kamu siapa ya?" "Aku adalah Franky, mantan suaminya," sahut lelaki itu dengan penuh percaya diri. "Apakah Esmeralda masih berada di kantor?" tanyanya lagi hendak memastikan. Rafaela menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Di kantor sudah tidak ada orang. Mereka semua sudah pulang termasuk Esmeralda." Jawaban wanita itu membuat Franky tertunduk mera
Esmeralda gegas menerima panggilan, setelah ia mengetahui bahwa panggilan itu adalah dari Ling - suaminya. Esmeralda menepikan mobilnya, sebelum ia meletakkan ponsel itu ke telinga. "Halo?" Suara wanita itu terdengar serak menyapa Ling di telpon. "Kamu kenapa, Esme? Apakah ada masalah? Suaramu terdengar tidak seperti biasanya?" tanya lelaki itu hendak memastikan. "Aku nggak apa-apa kok, Ling. Ada apa meneleponku?" Esmeralda yang enggan membahas tentang mantan suaminya itu, buru-buru mengalihkan pembicaraan. "Oh, aku hanya ingin memberitahukan padamu, Esme. Hari ini jadwalku sangat padat. Aku tidak bisa pulang tepat waktu. Bahkan mungkin aku bisa pulang sangat larut," ucap lelaki itu menjelaskan dengan gamblang. "Oh, baiklah," sahut Esmeralda singkat. "Aku memberitahumu agar kamu tidak menungguku untuk pulang. Kamu tidur duluan saja ya?" ucap lelaki itu lagi sebelum ia mengakhiri panggilan. "Ya, baiklah." Panggilan mendadak terputus. Esmeralda menatap kosong selama beberapa sa
Esmeralda melonjak dari tempat tidur. Ia gegas pergi ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Perutnya mendadak terasa sangat mual. Ia berusaha mengeluarkan sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman. "Uwek... uwek..." Kedua mata Esmeralda tampak merah. Tak ada apa pun yang keluar. Ia terdiam mematung selama beberapa saat menatap bayangannya di dalam cermin yang berada di hadapan wastafel. Wanita itu membuka keran air, dan membasuh wajahnya. Dengan langkah yang enggan, ia berjalan keluar dari kamar mandi, kembali ke tempat tidurnya. Kedua matanya ia arahkan ke jam dinding yang berada di atas meja rias. Waktu telah menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit. Wanita itu kembali menarik selimut tebalnya yang berwarna putih. Ia ingin tidur lagi, karena ia merasa sedikit tidak enak badan. "Kamu kenapa, Esme?" Ling yang baru menyadari bahwa istrinya sedang tidak baik-baik saja, mulai bertanya pada wanita itu. "Entahlah, sepertinya aku sedang tidak enak badan," jawab wanita i
Tring! Sebuah pesan chat masuk, saat Esmeralda masih tertidur di atas tempat tidurnya. Wanita itu membuka kedua matanya secara perlahan. Ia meraih ponselnya yang ia letakkan di atas lemari kecil yang berada di samping tempat tidurnya. Ia membuka pesan chat masuk yang dikirimkan oleh suaminya. [Ling] Malam ini aku pulang telat ya, sayang?Dengan kedua mata yang masih mengantuk, jemari Esmeralda bergerak untuk membalas pesan dari suaminya itu. [Esmeralda] Oke.Sebuah jawaban singkat telah ia kirim. Ia kembali meletakkan ponselnya ke tempat semula. Pandangannya bergerak menuju ke arah jam dinding. Waktu telah menunjukkan pukul 4 sore lewat lima belas menit. Esmeralda yang enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya, kembali melanjutkan tidur. KriitttSuara derit pintu yang terbuka secara perlahan, telah membangunkan wanita itu untuk yang kedua kalinya. Ia melirik ke arah jam dinding. Waktu telah menunjukkan pukul 7 malam lewat beberapa menit. Esmeralda bangun dari tidurnya. Ia m
Tok tok tok Suara ketukan pintu kamar terdengar cukup keras. Tok tok tokSuara ketukan itu semakin lama berubah menjadi suara gedoran dari arah luar kamar. "Esme, apakah kamu ada di dalam? Tolong jawab aku!" Suara Ling terdengar cukup keras di depan pintu kamar. Esmeralda yang menahan sakit akibat luka tusukan di perutnya itu, berusaha bangkit untuk membukakan pintu. Tapi ia tidak memiliki sisa tenaga lagi, sehingga wanita itu mengesot menuju ke pintu. Dengan segenap kekuatan terakhir yang ia miliki, ia berusaha meraih gagang pintu. Wanita itu menangis histeris karena tidak bisa lagi menahan sakit yang saat ini ia rasakan. Darah yang perlahan menetes, kian membanjiri piyamanya yang berwarna putih. Cklek! Pintu berhasil terbuka. Ling gegas masuk ke dalam kamar. Kedua matanya membelalak dengan lebar saat ia mengetahui keadaan istrinya yang sedang tidak baik-baik saja. "Esme, apa yang terjadi padamu?" Lelaki itu menatap dengan perasaan penuh kekhawatiran. Ia melihat lantai kama
Ling menatap wajah Esmeralda yang masih terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit, dengan keadaan yang masih belum sadarkan diri. Ia meraih tangan lembut itu, dan menciumnya sambil terisak. Perlahan-lahan kedua mata Esmeralda mulai terbuka. Ia menatap langit-langit di sebuah ruangan yang tampak asing. Ling segera beranjak dari tempat duduknya, saat ia menyadari bahwa istrinya telah sadarkan diri. Ia menatap wajah Esmeralda yang masih tampak kebingungan itu, dengan tatapan mata yang tidak percaya. "Sayang? Kamu sudah sadar?" Ling terlihat antusias. Ia masih tidak percaya dengan apa yang telah ia lihat. "Aku panggilkan dokter dulu ya? Untuk memeriksakan kesehatan kamu," ucap lelaki itu sebelum ia beranjak dari hadapan Esmeralda, yang tanpa memberikan kesempatan pada wanita itu untuk mengatakan jawabannya. Ling gegas keluar dari ruangan, mencari dokter yang telah menangani istrinya. Sementara Esmeralda hanya membeku menatap punggung Ling yang tiba-tiba menghilang dari balik pint
Esmeralda menarik nafas panjang, kemudian ia menghembuskan kembali nafasnya dengan kasar. Wanita itu mengumpulkan segenap keberaniannya untuk menatap wajah Ling yang tetap menatapnya dengan tatapan mata yang dalam. Ia masih menunggu wanita itu untuk berbicara. Baru saja Esmeralda hendak berucap, sebuah pintu mendadak terbuka secara perlahan. Perhatian dari keduanya segera tersita menatap ke arah pintu. Seorang wanita muda yang tampak mengenakan seragam suster di rumah sakit tersebut, berjalan menghampiri keduanya yang masih menatap wanita itu dengan tatapan yang penuh tanda tanya. "Bagaimana keadaanya, Bu?" tanya wanita itu dengan senyuman yang terlihat merekah di bibirnya. "Sudah lebih baik, sus," jawab Esmeralda dengan suara yang terdengar sedikit serak. "Apakah ibu sudah siap melakukan pemeriksaan?" tanya wanita itu hendak memastikan. Esmeralda tidak segera menjawab. Pandangannya beralih menatap Ling yang hanya menganggukkan kepalanya dengan perlahan, seolah memberi isyarat
"Aku masih penasaran, Esme. Makhluk apa yang tiba-tiba muncul dalam kehidupanku, dan telah mencelakai aku, kamu dan juga calon bayi kita? Kamu bilang, makhluk itu yang ada dalam mimpimu kan? Rasanya aneh, jika kamu sendiri tidak tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi di kehidupan kita?" Ling menatap wajah Esmeralda dengan sorot mata yang sangat tajam. Wanita itu menunduk. Ia tidak bisa lebih lama lagi menyimpan rahasia itu dari suaminya. Esmeralda menarik nafas panjang. Ia lalu menghembuskannya secara kasar. Ia berusaha mengumpulkan segenap keberaniannya untuk bercerita pada Ling dengan apa yang pernah terjadi dalam hidupnya. "Kamu tahu kan? Sebelum aku bersama denganmu, aku pernah menikah?" tanya wanita itu memulai ceritanya. Ia menatap wajah Ling dengan datar. Ling hanya menganggukkan kepalanya pelan, menjawab pertanyaan yang telah diajukan oleh istrinya itu. "Selama menikah dengan mantan suamiku, aku tidak diberikan keturunan. Sampai suamiku di PHK, aku terpaksa ikut dengan m