Revan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebenarnya Revan sendiri tidak bisa memasak, tapi dia ingin memberikan Anjani makanan dari hasil olahannya sendiri.“Ya kan bisa lihat tutorial google dulu Dek,” ucap Revan menampilkan barisan giginya.“Ya sudah tapi aku ikut ya Mas, mau lihat Mas Revan masak,” sahut Anjani cekikikan.“Tapi kamu jangan ikutan masak ya, cukup lihat suamimu yang tampan ini memasak!” seloroh Revan menaik turunkan alisnya.“Iih Mas Revan kok narsis banget sih ha ha ha.” Anjani terpingkal pingkal dengan tingkah Revan.Anjani menunggu Revan di meja makan sambil memperhatikan suaminya yang masih sibuk mengikuti tutorial di youtube.‘Aku bersyukur bisa dipertemukan denganmu Mas, walau awal pertemuan kita diwarnai dengan hal yang menyakitkan, tapi aku berharap semoga kamulah yang Tuhan takdirkan untuk menemani masa tuaku!’ batin Anjani tersenyum.
Bekti sangat malu dengan kelakuan Mayra yang sudah di luar batas.“Mohon maafkan anak saya Tuan Andre, saya sendiri yang akan mengurus Mayra. Saya akan menyuruhnya untuk segera pulang!” “Baik, kurasa itu saja yang ingin saya sampaikan. Saya mohon undur diri!”“Baik Tuan silahkan!” Sepeninggalnya Andre dari kediaman Bekti, lelaki paruh baya itu marah besar. Dia segera ke luar ruangan kerja untuk mencari istrinya.“Fatmaaaaaa ... sini kamu!” Fatma yang sedang duduk di taman belakang terlonjak mendengar teriakan Bekti. Dengan langkah cepat, dia segera menemui Bekti.“Ada apa sih Pa kok teriak teriak?” “Lihat, akibat didikan kamu yang selalu memanjakan Mayra sekarang anak itu malah menjadi beban masalah untuk kita!” DeggFatma tersentak, sepertinya suaminya sudah mengetahui ulah anaknya.“Kamu ngomong apa sih Yah? Memangnya apa yang sudah Mayra lakukan?” tanya Fatma pura pura tidak tahu.Bekti tersenyum miring, “Jangan berpura pura bodoh Fatma! Kamu pasti sudah tahu kalau Mayra sudah
Fatma langsung melepaskan genggaman teleponnya setelah mendapat kabar jika Mayra mengalami kecelakaan. Tubuhnya limbung dan seketika ambruk ke lantai. Dia berteriak memanggil suaminya hingga membuat pembantunya kembali menghampirinya."Nyonya ada apa Nyonya? Kenapa Nyonya menjadi seperti ini?" Pembantunya sangat panik melihat keadaan majikannya."Cepat telepon Tuan, Bi. Mayra kecelakaan," ucap Fatma panik.Pembantunya terkejut, dia segera menelepon Bekti namun sayang Bekti tidak kunjung mengangkatnya."Maaf Nyonya, Tuan tidak menjawab teleponnya."Fatma teringat jika suaminya sedang ada meeting hari ini. Dia tidak akan bisa menghubungi suaminya dalam satu jam ke depan."Nindi, ya aku harus mengabari Nindi!" Dia segera menghubungi adiknya."Halo Nindi, kamu di mana sekarang?" "Aku di rumah Kak, memangnya kenapa?""Mayra kecelakaan Ndi, sekarang dia dilarikan ke rumah sakit Citra Medika. Tolong kamu ke sana dulu, aku masih berusaha menghubungi Mas Bekti Nin. Aku nggak bisa ke sana sen
Revan masih terdiam sambil menyilangkan kakinya. "Bukankah harusnya kau sudah tahu apa tujuanku datang ke mari, Tuan Alex!" ujar Revan penuh penekanan."Ayolah Revan, aku ini bukan peramal yang bisa tahu isi hatimu!" ujar Alex sedikit mencairkan ketegangan. Revan tersenyum sinis."Aku ingin tahu apa alasanmu membebaskan Dika?" DegggBenar dugaan Alex, dia pasti menanyakan perihal bebasnya Dika."Ya karena dia bilang hanya dijebak oleh rekannya itu. Dia dipaksa dan dimanfaatkan oleh temannya untuk menculik Anjani," ujar Alex berbohong. Tentu dia juga ingin menyelamatkan anaknya."Oh ya?" Revan segera memutar rekaman yang didapat dari mata mata yang bertugas mengawasi gerak gerik Mayra dan Dika.Alex mendadak pucat pasi setelah mendengar rekaman itu. "Sekarang bagaimana anda bisa menjelaskan rekaman ini? Bukankah anda sangat mengenal suara rekaman ini?" tanya Revan tersenyum smirk."Bi-bisa saja itu bukan suara Dika, Van!" "Lihatlah, anda bahkan masih bisa mengelak setelah bukti nyat
Revan dan Alex sontak menoleh ke arah pintu dan terkejut dengan kedatangan wanita itu. Pun juga dengan wanita itu, dia juga sama terkejutnya karena ternyata ada Revan di ruangan Alex."Linda? Apa yang kamu lakukan di sini?""Mama, kenapa Mama ke sini?" Linda gugup melihat Revan. Dia sangat menyesal memutuskan datang ke perusahaan Alex."Mama hanya ingin membahas bisnis bersama Om Alex saja, Van!" ucap Linda beralasan. Dia mengkode Alex agar beralasan sama."Benar Van, tadi aku lupa memberi tahumu kalau Mamamu akan ke sini, katanya ingin menanam modal di perusahaan ini." "Sejak kapan Mama punya pikiran untuk menjadi investor? Bukankah selama ini Mama bisanya hanya menghamburkan uang saja?"“Ya Mama pengen aja gitu mencoba hal baru Van. Kamu sendiri ngapain ke sini?” tanya Linda mengalihkan pembicaraan.“Yang jelas kami juga sedang membicarakan urusan bisnis di sini.”“Kalau begitu kalian lanjutkan saja, Lex kita bahas lain waktu saja kalau begitu ya,” ucap Linda. Dia hendak mengambil
Di sisi lain, Fatma yang sudah sampai di perusahaan suaminya bergegas menuju ke ruangannya. Dia akan menunggu suaminya sampai meeting usai. Setengah jam berlalu akhirnya Bekti kembali ke ruangannya. Dia terkejut saat melihat Fatma sedang duduk dan menangis di ruangannya."Bunda, kamu di sini sejak kapan? Dan kenapa kamu nangis? Apa yang terjadi Bun?" tanya Bekti beruntun."Yah, anak kita Yah. Anak kita mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang," tangis Fatma pecah setelah memberi tahu Bekti. Bekti terkejut namun segera menguasai dirinya."Sekarang dia dirawat di mana Bun?""Di rumah sakit Citra Medika Yah. Tadi Bunda minta tolong Nindi dan Lukman untuk menunggu Mayra sampai kita datang karena jarak dari rumah mereka juga lebih dekat," ujar Fatma sesenggukan."Kita ke sana sekarang!" ajak Bekti."Yah, sebaiknya jangan menyetir Yah. Kita pakai sopir saja!" usul Fatma dan disanggupi Bekti.Sepanjang perjalanan, Fatma berupaya menghubungi Nindi namun Nindi belum menjawabnya."Bagaimana
Malam hari saat Revan sedang menyuapi Anjani, wanita itu melayangkan protes."Ayo buka mulutmu sekali lagi saja," pinta Revan."Mas, udah Mas aku udah kenyang Mas," protes Anjani."Tinggal dikit lagi habis Dek, sayang lho kalau nggak dihabiskan.""Nanti kalau aku gemuk gimana Mas hayo?""Ya nggak apa apa gemuk malah empuk ha ha ha ... ""Iiihhh Mas Revan. Eh Mas aku lupa mau ngomong sama kamu.""Ngomong apa Dek?" tanya Revan penasaran."Besok Ayah dan Ibu mau ke sini Mas. Katanya dapat kabar kalau aku lahiran terus ya seperti biasalah Ibu merepet dan bilang kalau besok mau ke sini.""Ya nggak apa apa kalau ke sini biarkan saja," ujar Revan santai."Kamu nggak masalah Mas? Kamu kan tahu sendiri Mas Ibu itu gimana," unar Anjani ragu ragu."Nggak apa apa Dek, aku malah senang kalau mereka mau ke sini, kan kamu jadi ada temannya. Dan aku juga jadi tenang waktu di perusahaan.""Makasih ya Mas, kamu
"Kita cari makanan ringan dulu ya buat stok camilan," ucap Arya. Mereka berdua bergegas mencari makanan ringan dan beberapa minuman di supermarket. Saat Raisa sibuk mengambil minuman, tak sengaja dia menyentuh tangan orang lain yang juga ingin mengambil minuman itu. Keduanya terlonjak kaget."Ehh maaf maaf nggak sengaja" ucap Raisa.Namun lelaki itu malah reflek memanggil Raisa. "Raisa, ini bener kamu kan?" tanya seseorang itu.Raisa menautkan alisnya, dari mana lelaki ini tahu namanya. "Iya saya Raisa, anda siapa kok sudah kenal sama saya?" "Aku valdi, Sa. Kamu gimana kabarnya? Lama banget kita nggak ketemu," tanya Valdi antusias.Seketika dia mengingat Valdi. "Astaga Valdi ternyata kamu, kirain tadi siapa. Kabarku baik, kamh sendiri gimana kabarnya?" "Aku juga baik, eh kamu sama siapa ke sini? Kita ngopi dulu yuk," ajak Valdi.Belum sempat Raisa menjawab, dia sudah mendengar suara deheman."Ehhmm, Sa udah belum? Kalau udah buruan bawa ke kasir!" "Eh ini siapa Sa? Pacar kamu ya?"