Home / Romansa / Hamil Anak Bos / BAB 12 : Salah Sebut

Share

BAB 12 : Salah Sebut

Author: Jesslyn Kei
last update Last Updated: 2025-02-16 18:18:00

Mentari pagi menyusup di sela-sela tirai jendela yang sedikit terbuka, menciptakan bayangan tipis di lantai kamar yang masih basah oleh embun. Udara segar pagi itu terasa dingin, membawa aroma tanah basah yang menenangkan, bercampur dengan wangi teh yang sudah terhidang di meja. Namun, ketenangan itu hanya bertahan sesaat, pecah oleh langkah tergesa Dewi yang memegangi perutnya. Setiap langkahnya berat, seolah bebannya tak hanya fisik, tetapi juga emosi yang semakin menyesakkan.

Lucas menatapnya panik. “Mbak, ayo kita ke rumah sakit sekarang!” Tangan Lucas gemetar saat meraih kunci mobil yang tergeletak di meja. Matanya bolak-balik memandang Dewi dan pintu, ragu sejenak namun tetap mengutamakan tindakan cepat.

“Aku nggak apa-apa, Lucas. Jangan panik,” ujar Dewi, suaranya terdengar lemah namun tegas. Meskipun ia mencoba terlihat tenang, ekspresi wajahnya tak bisa menyembunyikan nyeri yang terasa menyayat dari dalam. Dewi berpegangan pada lengan Lucas
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hamil Anak Bos   BAB 13 : Lucas Ngambek

    "Sepertinya untuk hari ini ibu dirawat dulu agar kondisi janinnya bisa lebih terpantau. Kalau besok sudah tidak keluar lagi darah, baru boleh pulang."Dewi melirik ke arah Lucas, seakan memberi isyarat agar remaja itu menghubungi suaminya. Namun sayangnya Lucas tak memahami arti isyarat kakak iparnya."Saya tinggal ya, Bu, Pak. Silahkan kalau ibu mau berembuk dulu sama suaminya," pamit Dokter Vincent seraya berjalan keluar ruangan.Begitu dokter itu keluar ruangan, Lucas mendekati Dewi sambil mengoceh sendiri."Pak. Pek Pak. Umur masih delapan belas tahun begini masa dibilang bapak. Yang benar aja. Memangnya wajahku kelihatan tua apa? Sembarangan tuh dokter," keluh Lucas sambil menendang-nendang udara ringan, seperti seorang anak kecil yang sedang ngambek.Dewi yang duduk di ranjang rumah sakit berusaha menahan tawa. Ia menggigit bibirnya, menghindari suara cekikikan keluar. Ketika dokter tadi datang, Lucas sama sekali tak berani

    Last Updated : 2025-02-23
  • Hamil Anak Bos   BAB 14 : Awal Mula Bertemu

    Ketika Dewi membuka mata, ia melihat Alex duduk di sisinya. Cahaya redup dari lampu memantulkan bayangan wajah pria itu di dinding putih kamar rumah sakit. Pandangan Alex lembut tapi sendu, seolah ada beban yang enggan ia bagi. Mata Dewi mengejap beberapa kali, memastikan ini bukan halusinasi."Mas Alex?" suaranya serak, hampir seperti bisikan.Alex tersenyum kecil sekilas, mengalihkan pandangan sambil mengusap kepala Dewi.Dewi terdiam. Berbagai emosi memenuhi benaknya— kebingungan, marah, lega, dan sesuatu yang lain yang tak bisa ia pahami. Namun saat merasakan usapan telapak tangan Alex yang hangat, perlahan ia yakin kalau tidak sedang bermimpi. Udara kamar terasa dingin, mengingatkan Dewi bahwa pendingin ruangan tetap menyala sepanjang malam. Bau antiseptik khas rumah sakit menyeruak di hidungnya."Sejak kapan kamu di sini, Mas? Udah dari tadi?" tanya Dewi pelan."Baru saja sampai," ucap Alex dengan nad

    Last Updated : 2025-03-02
  • Hamil Anak Bos   Bab 15 - Salah Paham

    Suasana ruang inap terasa sunyi, hanya ditemani suara mesin infus yang berdetak pelan dan sesekali langkah kaki perawat di luar. Aroma antiseptik menyeruak, bercampur dengan udara dingin dari pendingin ruangan. Cahaya matahari pagi menembus tirai putih tipis, menciptakan bayangan lembut di dinding. Alex duduk di sofa dekat jendela, tubuhnya condong ke depan, kedua siku bertumpu di lutut, dan pandangannya kosong, menatap lantai tanpa benar-benar melihat.Dewi memandang pria itu sejenak, lalu menghela napas panjang. "Aku tidak perlu ditemani siapapun. Mas juga tidak perlu risau. Nanti kalau dokter sudah mengizinkan pulang, aku bisa pulang sendiri ke rumah Mas. Tenang saja. Aku tidak akan kabur ke mana-mana." Suaranya terdengar pelan, namun cukup tegas, seperti seseorang yang sudah lelah berdebat.Alex menegakkan tubuhnya perlahan, tatapannya tajam, tapi ia masih berusaha menahan diri. "Sudah mulai berani sekarang kamu mengatur-atur saya ya?" Nada bicaranya dingin, tapi m

    Last Updated : 2025-03-07
  • Hamil Anak Bos    BAB 16 : Perubahan Sikap Alex

    Pagi itu, suasana ruang rawat Dewi masih sunyi. Pancaran sinar matahari yang menerobos jendela menyentuh lembut permukaan lantai berubin putih, menciptakan kilauan yang menghangatkan. Di sisi ranjang, aroma khas antiseptik bercampur dengan samar bau bunga dari vas kecil di meja samping. Seorang dokter dengan nametag bernama Vincent mengambil tetoskop dari kantung seragamnya."Coba saya periksa dulu. Maaf, bagian sebelah mana yang terasa kram?"Dengan sigap dokter Vincent memeriksa Dewi. Lucas bergeser, berjalan mengampiri Alex yang tengah duduk di sofa."Saya sudah diperbolehkan pulang hari ini 'kan, Dok?""Iya, boleh. Tapi setelah sampai rumah nanti jangan langsung beraktifitas berat dulu ya. Perbanyak istirahat dan hindari stres agar bayinya sehat terus sampai nanti waktunya melahirkan."Dewi mengangguk patuh. Wajahnya sedikit tertunduk, menyadari kesalahannya. Sebelum masuk rumah sakit, ia memang kurang istirahat karena stres memikirkan ca

    Last Updated : 2025-03-09
  • Hamil Anak Bos   BAB 17 : Pertemuan Pertama

    Alex memasuki kamar perawatan Dewi di rumah sakit dengan langkah pelan. Suasana ruangan itu terasa jauh lebih sunyi daripada biasanya. Dewi terbaring di ranjang rumah sakit, matanya terpejam, dengan wajah yang pucat.Alex berdiri di sana, memandangi Dewi cukup lama. Tubuhnya terasa lelah, dan hatinya terasa kosong. Keadaan di sekelilingnya seakan tidak bisa mengurangi ketegangan yang masih menjerat dirinya. "Apa yang sudah aku lakukan?" pikirnya, matanya tertunduk. Ia mendesah panjang, lalu berjalan mendekat. Tatapannya melembut saat melihat perut Dewi yang membuncit. Meski ada kehidupan baru yang mereka nantikan, Alex masih merasa asing dengan semua ini. Rasa bersalah yang tak kunjung hilang menyergapnya."Apa aku terlalu keras?" pikirnya.Rachel pernah berkata, "Kalau kau tidak bisa menunjukkan rasa sayangmu, paling tidak jangan membuatnya merasa tidak dihargai." Kata-kata itu terngiang di telinganya, menusuk hatinya yang sudah ra

    Last Updated : 2025-03-16
  • Hamil Anak Bos   BAB 18 : Keributan di Bar

    Langit malam mulai memerah saat Alex meninggalkan kafe itu. Langkahnya terasa berat, seolah setiap tapak membawa kenangan yang ingin ia lupakan. Jalanan tampak kabur di matanya, bukan karena hujan, melainkan air mata yang ia tahan.Tanpa sadar, ia berakhir di bar yang biasa ia kunjungi ketika semuanya terasa tak terkendali. Suasana bar yang gelap dan berisik seperti tempat sempurna untuk kehilangan diri. Ia memesan vodka dan meminumnya tanpa berpikir panjang.Saat gelas ketiga, pikirannya kembali pada Rachel. Namun kali ini, bayangan Dewi melintas. Wajah istrinya yang tenang, senyum lembutnya saat menyajikan teh di pagi hari.Alex menutup matanya. Rasa bersalah menyelinap masuk. Dewi adalah korban dari kekacauannya sendiri. "Aku terpaksa menikahinya," gumam Alex, lebih kepada dirinya sendiri. Tapi apakah benar hanya itu alasan dia bersama Dewi? Kenapa setiap kali mengingat senyumnya, ia merasakan sesuatu yang hangat?&nbs

    Last Updated : 2025-03-23
  • Hamil Anak Bos   BAB 19 : Susu Stoberi

    Beberapa orang yang lewat berhenti sejenak, tertegun melihat kejadian itu. Namun, kebanyakan hanya bergegas pergi, menundukkan kepala seolah tak ingin terlibat. Hanya suara langkah terburu-buru dan bisikan pelan yang tersisa, meninggalkan Alex dalam kesendirian melawan rasa sakitnya.Wajah Dave mendekat, terlihat jelas di bawah sorotan lampu jalan yang suram. Matanya menyala dengan amarah yang membara, sementara rahangnya yang tegas tampak mengeras, mencerminkan kebencian yang mendalam. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis, namun senyum itu lebih menyerupai ejekan penuh penghinaan daripada ekspresi bahagia. Terdapat kerutan tajam di antara alisnya, menciptakan bayangan gelap yang menutupi sebagian wajahnya. Kilatan di matanya menunjukkan rasa puas setiap kali melihat Alex terpuruk. Dave tidak hanya memancarkan kemarahan, tapi juga kekuasaan—seolah dirinya selalu berada di atas Alex, baik secara fisik maupun emosional."Alex!" seru Dave sambil melayangkan pukulan

    Last Updated : 2025-03-28
  • Hamil Anak Bos   BAB 20 : Keributan di Kantor

    "Ehem..."Suara deheman bersamaan dengan munculnya seseorang dari balik pintu, seketika membuat Alex dan Dewi terlonjak kaget. Keduanya lantas saling menjauh sembari menoleh secara bersamaan."Lucas..."Seruan Dewi yang menatap remaja itu, malah membuat Lucas tertawa riang. Wajah Lucas nampak senang setelah berhasil membuat keduanya terkejut yang di tanggapi Alex dengan gelengan kepala."Kebiasaan pengantin baru. Enggak kenal tempat dan waktu. Bikin mengiri yang jomblo aja."Alex refleks menurunkan telapak tangannya yang berada di kepala Dewi begitu Lucas berjalan menghampiri."Lihat-lihat sekeliling dong, Kak. Masa mesra-mesraan di rumah sakit. Untung yang datang cuma aku aja. Coba suster atau dokter yang tadi pagi, kalian pasti udah jadi bahan gosip ke seluruh penjuru rumah sakit ini.""Siapa yang lagi mesra-mesraan? Lihat ini."Alex menaruh mangkuk bekas bubur dan gelas susu dengan kasar, setengah melempar hingga terdengar b

    Last Updated : 2025-03-29

Latest chapter

  • Hamil Anak Bos   BAB 32 : Mangga Muda

    Dewi duduk sendirian di ruang makan. Pagi itu terasa berat, meski cahaya matahari yang masuk melalui tirai menciptakan pola hangat di dinding. Dapur di belakangnya masih rapi setelah ia membersihkan piring dan gelas tadi malam. Bau sabun cuci yang samar bercampur dengan aroma kayu lemari membuat suasana semakin sunyi.Matanya memandang keluar jendela, tetapi pikirannya melayang jauh. Ia teringat jelas suatu pagi di dapur—saat Alex dengan nada perintah yang tegas, hampir tanpa senyum, mengarahkan setiap langkahnya."Dulu, ketika aku salah melakukan sesuatu, Alex langsung mengoreksi dengan cara yang dingin. Namun, di balik itu semua, aku tahu ia hanya ingin segalanya sempurna demi kebaikan bersama. Meski terkesan bossy, namun setiap perintahnya adalah cerminan dari tanggung jawab besar yang selalu ia emban," pikir Dewi dalam hati. Kenapa semua ini harus terjadi? gumam Dewi dalam hati. Pertanyaan itu terus menghantui, ter

  • Hamil Anak Bos   BAB 31 : Kemarahan Alex

    “Bukankah tadi Kakak sendiri yang membolehkan kami pergi?”Suara Lucas terdengar kecil di ruang tamu yang sempit. Waktu menunjukkan pukul delapan malam, dan udara dingin mulai merambat masuk melalui celah-celah jendela kayu. Lampu gantung kecil di langit-langit ruangan memancarkan cahaya kuning redup, menciptakan bayangan panjang di dinding.Dewi mendengar suara geram yang keluar dari mulut Alex saat Lucas menyela. Ia mulai menyesali keputusannya menerima ajakan Lucas melihat matahari terbenam. Kalau tahu suaminya akan semarah ini, mungkin dia lebih baik menolak sejak awal.“Lucas tadi kan udah telepon Kakak buat minta izin,” lanjut Lucas dengan nada lirih, seolah tahu ia sudah melanggar batas.“Tapi kamu tadi bilang mau ke mana? Ke pantai?” Alex mengangkat suaranya, menatap adiknya tajam. “Enggak kan?”Lucas menundukkan kepala, menatap lantai seme

  • Hamil Anak Bos   Bab 30 : Indahnya Sunset

    Lucas berjalan menghampiri Dewi dengan napas yang agak tersengal-sengal. Keringat mengucur deras di sekitar wajahnya yang terlihat cerah meski letih. Langit di atas mereka mulai memerah, seperti menyimpan kisah-kisah senja yang tak terungkapkan. Angin pantai yang semilir menyapu kulitnya, membawa aroma laut asin yang menyegarkan. Walaupun begitu, ia masih bisa tersenyum cerah ketika matanya bertemu pandang dengan Dewi, yang duduk di atas batu besar, menikmati pemandangan senja.“Minum dulu nih,” tawar Dewi sambil memberikan sebotol air dingin yang baru saja ia ambil dari tas.“Makasih, Mbak," jawab Lucas, menerima botol air itu dengan cepat dan langsung meminumnya hingga setengah.“Capek?” ledek Dewi dengan senyum tipis, matanya mengamati adik iparnya yang masih terlihat bersemangat meski keringat membasahi wajahnya.“Enggak, cuma keringatan aja.”“Wajar dong, main bola pasti bikin keringa

  • Hamil Anak Bos   BAB 29 : Bermain di Pantai

    “Aduh. Duh…”Dewi meringis pelan, menundukkan kepala dan mengelus perutnya dengan lembut, mencoba menenangkan ketegangan yang muncul. Matahari sore mulai merendah, memancarkan cahaya keemasan yang menciptakan bayangan panjang di pasir pantai. Udara terasa sejuk setelah siang yang terik, angin laut membawa aroma asin yang menyegarkan, dan ombak yang pelan menyapu bibir pantai seolah turut meredakan ketegangan dalam dirinya.“Kenapa, Mbak?”Lucas menoleh, mendengar suara Dewi yang meringis pelan. Dengan cepat ia mendekat, menyadari perubahan raut wajah kakak iparnya yang terlihat tidak nyaman.“Enggak apa-apa, Cas,” jawab Dewi sambil tersenyum tipis, mencoba menenangkan Lucas yang jelas terlihat cemas. Suara deburan ombak di belakang mereka memberi sentuhan ketenangan, namun Dewi merasakan getaran aneh di perutnya.Lucas memiringkan kepala, dahinya berkerut. “E

  • Hamil Anak Bos   Bab 28 : Boncengan Naik Sepeda

    Dewi nampak duduk di sebuah kursi panjang. yang terbuat dari kayu jati, dikelilingi oleh semak-semak hijau yang tak terawat. Sore hari yang tenang dengan sinar matahari yang menyelinap melalui celah-celah pohon tinggi di sekitarnya. Suara burung-burung kecil yang berkicau merdu mengisi udara, sementara angin semilir yang lembut berhembus, memberikan kesejukan yang menenangkan. Dewi sesekali mengelus perut buncitnya yang makin besar, menunggu kedatangan Lucas yang sudah lama hilang dari pandangan."Ke mana dulu sih anak itu? Lama sekali," gerutunya pelan, matanya berkeliling, mencari tanda-tanda kehadirannya."Mbak Dewi..."Dewi menoleh tak kala seseorang memanggil namanya. Matanya seketika memandang lurus, menatap seorang remaja laki-laki yang tersenyum lebar sambil melambaikan tangan ke arahnya dengan penuh semangat.Dewi memasang ekspresi cemberut seiring langkah kaki remaja semakin mendekat kearahnya. "Buang air keci

  • Hamil Anak Bos   BAB 27 : Perubahan Sikap

    Suara bel yang berbunyi nyaring memutus pembicaraan Lucas dengan pemilik rumah. Cuaca sore itu terasa cukup panas, matahari yang mulai condong ke barat memancarkan sinar keemasan yang menyinari halaman rumah yang teduh dengan pohon-pohon besar. Angin sore yang lembut berdesir, namun tidak cukup untuk menyejukkan udara yang terasa gerah."Diam kau di situ! Jangan kemana-mana. Awas saja kalau sampai kabur," ancam pemilik rumah sebelum pergi membukakan pagar. Suaranya keras dan tegas, menggema di sepanjang halaman rumah yang tampak sepi. Suasana yang awalnya tenang kini berubah tegang.Begitu pagar dibuka, Dewi yang berdiri di balik pagar langsung menyapa pemilik rumah itu sembari tersenyum ramah. Pemandangan di sekitar rumah cukup indah, dengan kebun bunga yang tertata rapi di dekat pintu masuk, menambah kesan asri pada rumah itu. "Maaf, Bu. Anu... Itu... Adik saya, Lucas, tadi manjat pohon..."Dewi tampak bingung menjel

  • Hamil Anak Bos   BAB 26 : Gara-Gara Pohon Mangga

    "Jadi sekarang kita mau pergi kemana, Mbak?""Duh, Lucas, Mbak lagi ngidam mangga. Tapi harus yang baru dipetik dari pohonnya, ya. Ada nggak sih pohon mangga di sekitar sini?" tanya Dewi tiba-tiba penuh harap.“Pohon mangga? Kenapa nggak beli aja di pasar, Mbak? Kan lebih gampang,” jawabnya santai, meskipun nada suara lucu yang keluar dari mulutnya seolah menanggapi permintaan itu dengan ketidakpercayaan.Namun, Dewi menggeleng cepat. "Enggak sama, Cas. Rasanya beda kalau nggak dipetik langsung. Ada sensasi segarnya," jawabnya, sambil tersenyum lebar, seolah mengingat kembali kenikmatan mangga yang dipetik dari pohonnya sendiri.Lucas mengusap wajah dengan frustrasi. Sesaat ia menyesali keputusan menawarkan bantuan kepada kakak iparnya tadi. “Ehm… kalau nggak salah, di rumah yang dekat pertigaan jalan raya ada pohon mangganya.”Mata Dewi langsung berbinar. "Benaran, Cas? Jauh nggak? Kamu bisa anterin Mbak

  • Hamil Anak Bos   BAB 25 : Kembali Dingin

    "Oh, pantas saja kelakuan adik saya mulai kurang ajar begitu. Semua itu akibat ulah kamu rupanya. Jangan-jangan kamu memang sengaja menghasut anak itu agar berani melawan saya. Benar, bukan?"Alex menatap Dewi dengan sorot mata penuh tuduhan, semakin membuat suasana terasa berat.Pencahayaan yang redup akibat tirai yang tertutup rapat seakan menambah kegelapan yang menyelubungi perasaan Dewi. Sinar bulan yang semula terang kini tampak samar-samar di balik awan mendung, seolah ikut merasakan ketegangan yang terjadi di antara mereka."Jangan pura-pura bingung! Saya tahu kamu selalu mendukung Lucas di belakang saya!" lanjut Alex dengan nada tinggi.Dewi menggeleng tak percaya. Ucapan Alex barusan seperti cambuk yang menghantam telinganya. Ia mengerutkan alis, mencoba memahami logika tuduhan suaminya, tapi gagal."Kenapa jadi bawa-bawa aku sih? Coba Mas pikir, untuk apa aku berbuat begitu? Ada-ada saja ja

  • Hamil Anak Bos   BAB 24 : Pengaruh Hormon

    Alex yang baru keluar dari kamar mendadak menghentikan langkahnya di depan meja makan. Pandangannya terpaku pada Lucas yang berlutut di depan Dewi. Tangannya terlihat memegang kaki istrinya, sementara mereka berdua saling melempar senyum.Dia memicingkan mata, dadanya terasa sesak melihat pemandangan itu. Jari-jarinya mengepal tanpa sadar, emosi mulai mendidih. Kenapa Lucas begitu perhatian pada Dewi? Bukankah itu tugasnya sebagai suami? Apakah Dewi lebih nyaman dengan adiknya daripada dirinya? Pikiran itu terus berputar di kepalanya, semakin memperkeruh suasana hatinya.Ketika Lucas bangkit, Alex segera berdehem keras."Ehem..."Suara deheman Alex membuat Dewi dan Lucas langsung menoleh. Tatapan dingin Alex, yang berdiri di sekat ruang makan, membuat suasana berubah kaku. Dewi buru-buru menarik kakinya dan berdiri."Udah selesai? Makanan saya mana?" tanya Alex dingin, suaranya sedikit menekan.&

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status