Share

35. Nasi Goreng Dinara

Penulis: Estaruby
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-07 12:50:45

Tak sampai lima menit setelah Sandi menyentuh dapur, Dinara sigap menggulung lengan kemejanya dan mengambil alih pekerjaan. Dia tidak bisa diam saja setelah melihat tahap demi tahap yang dicurigai justru akan menghancurkan keseluruhan rumahnya itu.

Sandi mungkin hanya perlu menjentikkan jarinya untuk membuat wajan yang sudah nangkring sopan diatas kompor justru melayang. Dia hanya perlu sedikit menggeser tangannya untuk menjatuhkan beberapa peralatan. Aksi memotong sayuran dengan pisau terbalik yang luar biasa butuh otot. Dinara menyerah—bahkan hanya sekadar menyaksikannya pun rasanya tak akan sanggup.

Tangan terampil Dinara hanya perlu waktu beberapa menit untuk membalik keadaan. Dia bisa memotong sayuran dan sosis dengan cepat lalu lanjut menggoreng telur dan bumbu serta menyiapkan nasi serta semua bahan yang akan dituang. Bahkan Dinara masih sempat mengusap beberapa titik minyak dan merapikan kembali peralatan. Kali ini Sandi kembali menyaksikan bagaimana manajemen waktu dan orga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   36. Rainy Night

    Guyuran hujan deras membasahi pemuda yang baru saja berhasil memarkirkan kendaraannya di garasi. Ia menatap spot kosong di garasi yang menandakan keluarganya masih belum tiba di kediaman mereka. Keluarganya memang sedang pergi ke rumah tua sang papa karena salah satu tantenya menikah hari ini. Sandi terpaksa tidak bisa ikut karena masih harus bolak-balik kampus mengurus persiapan sidang. Dia baru saja kembali usai membeli beberapa cemilan di minimarket depan komplek. Tak ada tanda- tanda akan turun hujan sebelumnya, makanya Sandi dengan santai tadi keluar menggunakan motor. Dia berdecak pelan menyadari tubuhnya bahkan hampir basah seluruhnya, padahal hanya dua menit menerobos hujan. Lelaki itu mengibaskan rambut basahnya yang mulai panjang. Dengan langkah seribu bergegas masuk kedalam rumah. Namun baru saja hendak merogoh kunci di sakunya, seluruh penerangan tiba-tiba padam. Sekitarnya super gelap, sepertinya terjadi pemadaman karena efek hujan deras. Mati listrik dan sialnya Sand

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-08
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   37. Calon Suami

    Sandi membuka matanya ketika seberkas cahaya mulai mengusik tidurnya. Hal pertama yang ia rasakan ialah pegal luar biasa di bagian leher. Perlahan ia mengumpulkan seluruh nyawanya, mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya. Ia menyapukan pandangannya ke sekeliling. Mendapati sebuah selimut telah melingkar manis di tubuhnya. Ia bangkit perlahan lalu meregangkan tubuhnya yang pegal luar biasa. Apalagi setelah semalaman tidur dengan posisi terduduk. Ah dia baru ingat. Mata elangnya kembali memandang ke segala arah dan menyadari bahwa dia masih berada di kediaman milik keluarga Dinara. Tapi dimana gadis itu? Bau masakan dan sedikit kebisingan yang berasal dari dapur mulai memberinya titik terang. Benar saja, gadis itu sudah sibuk disana bersama dengan alat tempurnya. Sandi mendekat diiringi sebuah senyuman. Entah karena memang langkahnya tak bersuara atau Dinara yang terlalu fokus pada kegiatannya, gadis dengan rambut tergulung asal itu tak menyadari bahwa Sandi kini sudah berdi

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-10
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   38. Pengumuman Penting

    "How was your day, kak?"Dinara mengernyitkan sebelah alisnya, si mata juga ikut memicing curiga. Dikta baru saja bangkit dari sofa sembari menjinjing buku bacaan, sebelah tangannya lagi melepas kaca mata baca. Ada senyum tak biasa yang membuat Dinara dapat merasakan sesuatu yang janggal.Ditambah lagi, kalimat tanya itu bukanlah sesuatu yang kerap dilontarkan sang adik. Ketika Dinara pulang kerja atau darimanapun, Dikta mentok hanya bertanya tentang makan ataupun keberadaan orang tua mereka. Melakukan sesuatu diluar dari rutinitas? Itu jelas bukan kebiasaan Dikta adiknya."Sehat?" Dinara balik bertanya sembari meletakkan punggung tangan kanannya diatas dahi sang adik. Suhu tubuhnya terasa normal sih, atau Dinara harusnya perlu termometer, ya?Dikta menepis tangan kakaknya sembari mendengus kesal. "Seharian aku gak ketemu kakak, ditambah kemarin juga aku gak di rumah. Just want to ask you, is it something weird?" tanya Dikta lagi, namun kali ini ditambah sedikit rengutan hampir tiga

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   39. Mendadak Lamaran (?)

    "Jadi gimana? Mama masih mau coba jodohin aku sama anak temen mama?"Dinara menganga, rahangnya otomatis turun berbarengan dengan matanya yang ikut melotot. Dia hanya bisa melongo mendengarkan percakapan acak antara ibu anak dihadapannya. Sebenarnya sih dia sama sekali tak ingin ikut campur, tapi ketika namanya dicatut begitu saja, sudah sepatutnya Dinara marah, kan?Ya maunya begitu. Tapi otak dan inderanya sekali lagi tak sinkron. Lidahnya justru kelu seiring dengan kerongkongannya yang terasa kering luar biasa. Dia tidak berkutik dan justru terbengong seperti orang bodoh tengah berusaha memahami semuanya. Otaknya bilang, dia harus menolak! Tapi tatapan intimidasi dari mama Sandi membuat Dinara mendadak ciut. Ini apa sih? Dia tidak berbuat salah, tapi kenapa merasa takut dan harus terlibat dalam situasi canggung macam ini?Sandi tidak menepati janji. Lelaki itu tak memberinya kesempatan untuk sedikit berbenah pakaian atau bahkan memberi penjelasan saat ia menariknya terburu- buru

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   40. Kepiting Rebus

    "Lo kenapa, Nar? Sakit?"Kiran menjadi makhluk kesekian yang mengejutkan Dinara hari ini. Gadis itu tiba-tiba sudah berada diatas ranjang rapi Dinara dengan selembar masker dingin di wajahnya. Kadang-kadang memang Kiran jadi terlalu nyaman keluar masuk kamar Dinara. "Kapan sampai, Ran? Kok gak bilang mau kesini?" Tanya Dinara yang kini sudah mulai bisa mengendalikan dirinya. Dia melangkah menuju meja kerja dan meletakkan ponsel disana. "Sepuluh menit lalu, mungkin? Gue tadi ketemu Dikta dibawah, dia bilang lo masih keluar sama Sandi," tutur Kiran yang kini mulai bangkit dan duduk bersila diatas ranjang. Dinara tersenyum setengah masam ketika mendengar lagi nama itu. Tapi Kiran memang manusia kelewat peka yang bisa menyadari bahkan setitik saja perubahan ekspresi sahabatnya itu. Dia jelas punya seribu tanda tanya di kepalanya melihat teman sejak SMA nya menampakkan raut tak biasa....dan dia yakin ini ada hubungannya dengan Sandi Arsena. Tapi bukan Kiran namanya kalau gamblang mene

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   41. Sore Bersama Valdi

    Aroma kafein mengudara, menaikkan semangat para penikmatnya. Tak nampak namun cukup menggoda jejeran manusia yang telah bertandang di toko kopi. Menyesap kopi di sore hari sepertinya menjadi candu bagi kebanyakan orang. Apalagi di cuaca dingin karena hujan deras tengah melanda diluar sekarang. Bibir Dinara melengkung tipis ketika coklat panas yang dia pesan akhirnya mendarat di meja. Sebagai salah satu dari jutaan orang yang sering kumat asam lambung, Dinara tak mau ambil resiko. Yah, minum coklat panas ditengah gempuran semerbak kopi dari berbagai penjuru sepertinya cukup lah ya. Heels tingginya sesekali mengetuk lantai sembari mengamati hujan deras diluar yang dapat dia saksikan melalui jendela disampingnya. Dinara menghela nafasnya pelan sembari sesekali mengalihkan pandang pada tas bahu miliknya yang sedikit basah. Tadi sempat terkena air hujan saat ia berlari menyebrang dari gedung kantor menuju kafe kecil ini yang biasa menjadi tempat nongkrongnya bersama rekan kerja lainn

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   42. Cemburu

    Dinginnya sore usai hujan tak sebanding dengan pancaran tatapan dingin yang Sandi Arsena tampilkan. Sisa kehangatan coklat panas tadi seolah tak tersisa lagi akibat suasana yang mendadak saja terasa berbeda. Ini baru kali kedua Sandi bertemu Valdi. Tapi siapapun bisa tahu bahwa Sandi menguarkan aura permusuhan disana. "Kamu pulang sama aku," ucap Sandi lagi seolah menegaskan. Tatapan matanya masih belum lepas dari Valdi yang memandang keduanya dalam diam. Namun tangan kanannya sudah bergerak mencekal pergelangan tangan Dinara. Sedikit kasar namun Dinara masih bisa merasakan bahwa lelaki itu masih mengontrol kekuatannya. "Gue udah pesen grab," sahutnya sembari menunjukkan layar ponselnya yang mana informasi pemesanan terpampang disana. Sandi berdecak lalu seolah tanpa dosa membatalkan pesanan. "Belum dapet driver. Udah, balik sama aku aja. Tuh Dikta di mobil," Sandi menunjuk kendaraannya. Dinara memicing saat menemukan benar bahwa Dikta di depan pintu mobil melambai kear

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   43. Gosip Pagi

    Mungkin selang tiga hari setelah perbincangan kecil di mobil Sandi. Selama tiga hari itu juga Dinara benar- benar hilang kontak dengan lelaki sebaya yang katanya mengaku serius dengannya itu. Sandi benar- benar seolah hilang dari peradaban. Jika biasanya dia akan berada setidaknya satu kali sehari di rumah Dinara dengan alasan bertemu Dikta, belakangan ini laki- laki itu justru sama sekali tak menginjakkan kaki disana. Jangankan bertandang ke rumah tetangga, deru kendaraan atau bahkan derap lari paginya pun tak pernah terdengar. Mobil dan motor sport yang kerap dikendarai laki- laki 187cm itu masih terparkir sempurna di garasi —sejauh yang berhasil Dinara lirik. Tapi seolah tak ada tanda- tanda kehidupan di kediamannya. Sandi juga tak pernah lagi sekedar menyapanya melalui obrolan di aplikasi w hijau seperti biasanya. Apakah Sandi ada urusan mendadak diluar kota? Tapi mengapa tumben tak mengabarinya sama sekali? Atau bagaimana jika Sandi sakit dan di rumah sendirian sehingga tak a

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24

Bab terbaru

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   125. D'DAY

    Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari dan seterusnya sampai tak terasa bahwa waktu berjalan terlalu cepat. Ini tepat dua tahun setelah malam dimana Dinara dan Sandi digoda untuk membicarakan pernikahan oleh kedua pihak keluarga. Tidak langsung mengiyakan. Malam itu mungkin titik balik hubungan keduanya. Alih-alih menerima usulan duo mami untuk langsung menikah, baik Sandi maupun Dinara sepakat mengundurnya. Sandi benar-benar menepati janjinya untuk menunggu Dinara. Gadis itu ingin menikah setelah mereka berdua cukup settle. Baginya, terlalu dini untuk berpuas diri pada keadaan. Apalagi saat itu keduanya masih dalam misi untuk bisa naik jabatan. Sampai akhirnya, tiga bulan lalu Sandi memantapkan diri melamar Dinara. Alhasil, hari ini keduanya berjalan di altar dan mengucap janji sehidup semati. Hari dimana rasanya tidak akan pernah siap dia jalani. Pada kenyataannya, hari itu terjadi juga. Dua tahun belakangan bukan waktu yang mudah. Setelah beragam drama dan

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   124. Deep Talk with Camer

    Sore ini Sandi sudah mewanti-wanti Dinara untuk pulang bersama. Rencananya hari ini Sandi mau pulang ke rumah keluarganya, sekalian mengantar Dinara. Tidak lupa bahwa mereka tetangga, kan? Sandi menyetir dengan satu tangan, tak lupa satunya lagi dia gunakan untuk sesekali menggenggam jemari Dinara. Sandi Bucin Arsena selalu punya tingkah menggemaskan yang kadang membuat Dinara jadi geleng- geleng kepala.Netra si cantik akhirnya tertuju pada gantungan polaroid yang dipasang Sandi tempo hari. Menampakkan foto lawas mereka saat liburan dulu.“Eh, kamu masih ada foto ini? Ya ampun, padahal nggak lebih dari dua tahun, tapi kok kita kelihatan muda banget ya?” Sandi tersenyum tipis, akhirnya Dinara notice keberadaan selfie mereka waktu liburan di Nusa Penida dulu. “Waktu itu soalnya belum terlalu mikirin kerjaan,” respon santai Sandi ternyata langsung dicegat oleh Dinara. Keningnya berkerut, “ah enggak juga. Waktu itu aku kan juga udah kerja,” ucapnya. Sandi tersenyum tipis, “ya tapi w

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   123. Makan Siang Mencekam

    Ketidaktenangan Sandi berlanjut. Setelah pesan menyebalkan pagi itu, Sandi harus kembali menahan kecemburuannya saat menemukan Dinara tertawa lepas di cafe depan kantor barunya bersama dengan Valdi. Yap, Valdi yang itu! Valdi rekan kerja Dinara di kantor lama Dinara yang sempat membuat Sandi agak insecure karena lelaki itu kelihatan punya perangai yang mirip dengan Dinara. Sebagai sama-sama lelaki, Sandi pun menyadari bahwa Valdi punya intensi khusus pada Dinara. Apa lagi kalau bukan naksir?Kok bisa-bisanya mereka bertemu lagi disin? Bukankah jarak antara kantor lama dan kantor Dinara yang sekarang cukup jauh, ya?Sandi yang berniat mengajak Dinara untuk makan siang bersama pun mengurungkan niatnya sebentar. Dia menjaga jarak dan mengamati keduanya dari posisi agak jauh. Meskipun sebenarnya hatinya ketar-ketir mendapati pemandangan itu. Dibanding teman-teman lelaki Dinara yang lain, Sandi paling tidak suka pada Valdi. Pasalnya, radar Sandi menangkap bahwa Valdi ini juga golongan le

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   122. Astaga, Kamu Ini Berdosa Banget!

    Sandi mengerutkan kening sejak subuh tadi. Tangan kanannya masih sibuk mengutak-atik ponsel milik Dinara yang menyala. Sejak pertama kali mereka berpacaran dua tahun lalu, ini mungkin kali pertama Sandi nekat mengusik privasi gadisnya itu. Dia melirik Dinara yang masih terlelap disampingnya, memastikan bahwa gadis itu masih berada di alam kapuk. Kalau sampai Dinara tahu dia melakukan ini, entah pasal saling percaya mana lagi yang akan Dinara gaungkan.Lelaki itu menahan gemeretak di gigi, sorot matanya yang sebenarnya kurang tidur ini terlihat jelas. Awalnya dia baik-baik saja sampai ketika dia menyadari bahwa ponsel Dinara terus saja menyala dan mendentingkan nada pertanda pesan masuk. Sandi yang gemas akan hal itu pada akhirnya berusaha untuk mengaktifkan mode hening. Alangkah terkejutnya dia saat menemukan beragam notifikasi dari nomor yang tak dikenal serta nama-nama asing di akun instagram Dinara. Maka itulah yang mengawali aktivitas stalking Sandi. Menjudge pria-pria yang meng

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   121. Cuddly

    “Apa kabar Dinara?” Satu kalimat pendek yang Alana layangkan pertengahan januari lalu membuka kembali komunikasi antar mantan rekan kerja itu. Alana tak mau banyak basa-basi dan langsung menawarkan pekerjaan meskipun dia tahu Dinara masih dalam masa menyelesaikan studinya. Alana cukup tahu kapasitas kerja Dinara Jeandra. Dia mengenal Dinara sejak gadis itu masih magang di perusahaan lama. Apa yang dia tawarkan saat itu juga merupakan sesuatu yang fleksibel yang untungnya disanggupi oleh Dinara sendiri. Meskipun pada awalnya wanita muda itu agak meragukan dirinya sendiri. Bisa dibilang, Alana pada akhirnya dengan percaya memberikan posisi tetap pada Dinara. Syukur juga Dinara berkesempatan lulus lebih awal sehingga dia bisa kembali ke Indonesia lebih dulu. Dan disinilah dia sekarang. Tanah kelahirannya yang amat dia rindukan. Berdiri dengan anggun memperkenalkan diri sebagai junior manager salah satu cabang perusahaan milik keluarga Alana. Pertemuannya dengan Sandi disini pun sebe

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   120. It's Me

    “Kalau bukan karena Kak Alana, gue nggak bakal bela-belain dateng, sih!” Arkasa tertawa kecil menyambut kedatangan sepupu kesayangannya yang berjalan kearahnya dengan wajah setengah cemberut. Tapi siapapun tahu bahwa raut itu jelas dibuat-buat karena beberapa detik kemudian si pelaku justru menjabat tangan Arkasa dengan santai dan menampilkan senyuman lebarnya. Wajahnya jadi agak lucu, kontras dengan setelan desainer serta sisiran rambutnya yang ditata rapi. Lelaki itu kemudian lanjut bersalaman dengan pemilik utama perhelatan, Alana Diandra Yasmin. “Katanya lo maraton kesini setelah dari acaranya Damian, ya?” tanya Alana memastikan info yang dia dapat dari asistennya.Sang suami lebih dulu menambahi, “Udah makin sering gantiin Om Seno di event-event gede! Tinggal nunggu peresmian aja sih kalau gini,” godanya.Sandi Arsena memasang wajah malas, pun menggeleng sebagai tanggapan lanjutan. Memang setelah hampir setahun mengabdi di anak perusahaan, akhirnya secara resmi Sandi diperkena

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   119. Piggyback

    Memang benar bahwa waktu adalah hal paling berharga yang tak boleh disia-siakan. Rasanya baru sebentar berkunjung ke museum, foto-foto di beberapa bagian town square, belanja ke toko buku dan lanjut mengisi perut di restoran terdekat. Namun sekarang ini langit gelap telah menyapa dua insan berbeda gender yang tengah berjalan kaki menyusuri jalanan malam Cambridge. Jangan tanya kenapa destinasi wisata keduanya jadi terlihat akademis begitu. Mau bagaimana lagi? Tempat semacam itulah yang dimiliki oleh salah satu wilayah institusi pendidikan ini. Dinara paling malas kalau harus berkendara jauh, sementara Sandi juga tidak terlalu mengenal banyak tempat disana. Maka dari itu keduanya memilih untuk berwisata sesuai panduan di internet, mendatangi tempat-tempat sekitar mereka yang jadi pilihan turis. Dinara sempat membeli beberapa buku dan sangat menikmati kunjungannya. Sementara Sandi sih sebenarnya sama sekali tidak masalah mau kemanapun, poin pentingnya adalah dia harus menghabiskan wak

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   118. Rencana

    Terbangun dari mimpi indahnya yang seakan hanya berlangsung dua detik. Dinara mendapati dirinya telah berada dalam kamar asrama—masih dengan pakaian semalam karena gadis itu ternyata justru ketiduran. Melirik jam di meja, masih ada waktu sekitar dua jam sebelum dia harus ke kampus untuk mengumpulkan hardcopy tugas. Semuanya sudah siap, Dinara tinggal mandi dan siap-siap sedikit lalu berjalan menuju kampus yang hanya sekitar lima menit dari asrama. Pandangannya kini tertuju pada langit-langit kamar, memandang kosong atau bahkan lebih tepatnya memutar kembali memori semalam yang masih berbekas. Kali pertama dia melangkah lebih jauh dengan Sandi—maksudnya ya belum sampai dijebol tapi sepertinya ini sudah sangat intim baginya.Dinara masih ingat pandangan kelam dan bibir bengkak Sandi dihadapannya, begitu juga selatannya yang jelas terasa mengganjal. Cahaya remang-remang dan bahkan mereka hanya berdua dini hari kemarin. Meskipun Sandi berhasil menyentuh kulitnya lebih banyak, tetap saja

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   117. Rayuan Dini Hari

    Pada akhirnya, dua insan yang sempat terpisah jarak dan waktu itu hanya bisa duduk dalam diam. Dinara yang masih berusaha menenangkan lidahnya yang terbakar serta Sandi yang merasa terlalu meluap-luap hingga berprasangka buruk begitu saja. Canggung? Tentu. Setelah semua yang terjadi, bagaimana bisa Sandi bersikap seolah tak terjadi apa-apa? Itu yang mendasari pada akhirnya kata maaf meluncur beberapa kali. Meskipun sebenarnya Dinara masih sedikit gondok menghadapinya.“Besok kamu ada kelas jam berapa?” tanya Sandi pada akhirnya.Dinara meliriknya sebentar, “sekitar pukul sebelas, hanya submit tugas,” jawabnya. Sandi mengangguk paham, “aku disini seminggu kedepan. Kapan ada waktu luang? Temenin jalan-jalan, bisa?” tanya Sandi lagi.“Kemana?” Dinara mau, tapi sejujurnya dia tidak terlalu tahu banyak tempat disini. Seperti yang sudah dia jelaskan sebelumnya, Dinara bahkan sama sekali belum sempat jalan-jalan. “Kemana aja. Kamu nggak akan nyasar, kok!” ucap Sandi seolah menjawab kekh

DMCA.com Protection Status