Share

11. Undangan Reuni

Penulis: Estaruby
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-14 18:04:21

"Ayolah, Nar! Lo sama sekali gak pernah muncul waktu kita ngumpul. Reuni ini mau dilewatin gitu aja?"

Kiran mungkin manusia kesekian yang telah menghubungi Dinara pasal reuni angkatan SMA-nya minggu depan. Dinara sudah mendapatkan undangannya secara online. Dia juga mendadak masuk grup kelas lagi pagi ini. Pagi harinya yang hectic bertambah riuh karena tumben sekali ponselnya jadi ramai.

Dinara akhirnya membisukan pesan grup agar tidak mengganggu fokus bekerjanya. Apapun itu, Dinara sama sekali tidak tertarik menghadiri acara reuni semacam ini. Lagipula, Dinara bukan sosok supel banyak teman yang akan bisa bersenang- senang disana nantinya.

"Sekali aja, Nar! Emang lo gak kangen temen-temen SMA?" tanya Kiran lagi.

Kangen? Dinara juga mempertanyakan kembali frasa kangen yang disebut oleh mantan teman sebangkunya itu. Apakah masa sekolah menengah atas Dinara dulu semenyenangkan itu sampai dia harus kangen?

Tiga tahun Dinara habiskan hanya untuk belajar dan belajar. Dia tidak punya ling
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   12. Diculik Kiran

    Dinara menghabiskan lebih dari sepuluh menit untuk membersihkan seluruh tubuh dan rambutnya. Sabtu ini menjadi hari yang cukup melelahkan baginya karena harus ikut penjajakan lapangan ke beberapa client untuk mendapatkan materi. Menggantikan Steci yang mendadak limbung akibat vertigonya kumat. Usai mandi, Dinara bersiap mengistirahatkan tubuhnya yang letih. Berhubung ini masih sore, Dinara berencana menghabiskan waktunya dengan menonton serial di platform berbayar. Namun sebelum itu, dia perlu mengisi perutnya yang keroncongan. Baru lima sendok nasi campur dia telan, suara pintu utama yang didorong terdengar. Dinara yakin itu Dikta, adiknya yang baru saja pulang dari bimbel. Dinara hendak menyiapkan satu bungkus nasi campur yang memang dia beli untuk adiknya. Namun penampakan gadis 160 senti dengan gaun berwarna pink cerah membuatnya silau. Bukan Dikta, namun Kiran yang sedang berdiri membawa satu koper tengah berkacak pinggang menatap Dinara galak. "Lagi minggat, Ran? Tumben

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-15
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   13. Status

    Ini mungkin kali pertama Dinara menjejakkan kaki di salah satu hotel paling mahal di kotanya. Tidak heran sih harganya selangit, begitu masuk saja mereka sudah disuguhkan taman kecil area parkir yang ditata sedemikian rupa. Sangat cantik, apalagi dalam keadaan gelap begini dibantu oleh lampu-lampu taman yang tersusun manis. Setelah melewati taman, mereka terus masuk kedalam melewati ballroom menuju areal taman belakang yang sudah disulap menjadi pesta taman nan mewah. Mereka tidak menggunakan ballroom hotel, melainkan memilih untuk meyelenggarakan keseluruhan pesta secara terbuka di taman belakang. Sepertinya anak- anak muda zaman sekarang selain suka cari masalah juga suka cari angin. Dinara menyambut beberapa cipika-cipiki dari lingkaran pergaulannya semasa SMA dulu. Ada Julie, Viviane, dan Kanaya yang langsung menghampirinya ketika Dinara baru saja masuk bersama Kiran.Menemui banyak sekali wajah familiar yang menyapanya, Dinara terus mempertahankan senyum canggungnya. Terjebak

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-16
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   14 . It's Showtime

    Dinara dengan serius bertanya, memang apa sih keuntungan yang didapatkan dengan merundung seseorang? Gadis itu menahan geram saat menyaksikan sebuah pertunjukan besar di kolam renang. Seorang perempuan tercebur secara dramatis dan disaksikan semua orang. Dinara menyipitkan penglihatannya, yakin bahwa orang yang jatuh ke dalam kolam itu tampak familiar. "Itu nenek sihir punya masalah apa sih? Kayanya sejak kelas sepuluh si Felma jadi sasaran dia terus," tanya Kiran tak habis pikir. Ah iya, Dinara baru ingat nama gadis itu Felma. Gadis berkacamata yang sering mengikuti lomba- lomba akademik, sama sepertinya. Seingatnya, Felma selalu menjadi siswa perwakilan kelas MIPA 2. Dinara sebenarnya juga tak terlalu mengenalnya, mereka hanya pernah bercakap sekali saat kegiatan seleksi.Sementara di tepi kolam, berdiri dengan angkuh gadis dengan rambut ikal dan dress slit yang belahan bagian kaki terbuka cukup panjang. Gadis yang tadi sempat mengamit lengan Sandi secara posesif. "Sejak kapan s

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-17
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   15 . It's Showtime [2}

    Kesialan Dinara nampaknya belum berhenti. Kali ini netranya kembali bertabrakan dengan tatapan elang yang membeku. Belum sempat Dinara menjauhkan diri dari sana, suara Kalista yang menggelegar kembali terdengar dan kali ini membuat Dinara kembali kehabisan kesabaran. "Kayanya lo emang sengaja cari perkara sama gue supaya dinotice crush?" Dinara membeku di tempat. Dihadapannya ada Sandi yang berdiri kaku balas menatapnya. Sementara dibelakang tubuhnya ada Kalista yang entah sejak kapan sudah berdiri disana menyusulnya."Astaga Dinara! Gue gak pernah nyangka bahwa kita bakal terlibat dalam satu frame. Tapi berhubung lo udah mengacaukan kesenangan gue, should we make it even better?" Semua manusia disana serentak menahan nafas. Mereka tahu bagaimana kasarnya Kalista kalau sudah dalam mode merundung orang. Tapi mereka juga tahu bahwa Dinara bukan gadis sembarangan. Tidak sabar akan kejadian mengejutkan macam apa selanjutnya. "Soal cinta bertepuk sebelah tangan yang lo alamin karena Sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-18
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   16. It's Showtime [3]

    "Cewek gue katanya bos!" pekik seseorang yang makin menyulut riuh sorakan yang lainnya. Bagaimana tidak? tiga orang populer mendadak terlibat dalam satu frame dan menghasilkan sebuah pertunjukan besar.Sandi si incaran para kaum hawa tak pernah sekalipun terdengar se-emosi itu di depan umum. Tapi kini dengan netra memerah dia mencengkram lengan salah satu penggemar fanatiknya di depan umum. Apalagi disaat bersamaan tangan sebelahnya juga merengkuh lembut gadis lainnya. "S-Sandi, sakit!" Kalista mendadak terdengar ciut. Padahal sedari tadi suaranya adalah yang paling menggelegar disini. Dia mungkin berusaha menampakkan citra sok lemah di depan laki- laki incarannya.Netra nyalang Sandi tidak padam sama sekali. Dengan sebuah dengusan ia memandang Kalista remeh."Lo kok lebih belain cewek aneh ini daripada sahabat lo sendiri?" tanya Kalista dengan sok sedih.Semua tahu bagaimana Sandi Arsena selalu ramah dan berteman dengan siapapun. Teman Sandi memang dari berbagai kalangan, termasuk K

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-19
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   17. Perdebatan

    Dinara mengabaikan beberapa pesan yang masuk hampir bersamaan di ponselnya. Dia bahkan mendadak masuk kedalam grup baru besutan Kiran. Seperti yang dia duga, kejadian tadi sudah pasti sukses membuatnya jadi bahan perbincangan teman- teman satu almamaternya. Setidaknya Dinara bersyukur sudah lulus, dia tidak perlu menghadapi semua orang itu lagi setiap hari. Kiran, Viviane, Julie, dan Kanaya masih memborbardirnya dengan ribuan pertanyaan. Gadis itu pada akhirnya memilih untuk menonaktifkan ponselnya. Mengarahkan pandangannya ke kiri, menyaksikan pepohonan dan jalanan malam yang berada disekitarnya. Denting ponsel disebelahnya juga tidak kunjung berhenti, sudah pasti lelaki itu mengalami hal yang sama dengannya. "Kita gak bisa pura-pura saling gak kenal lagi, kan?' Dinara menoleh saat Sandi akhirnya buka suara dengan nada sindiran. Satu tangan lelaki itu sibuk menekan tombol power guna menonaktifkan ponselnya sebelum melemparkannya kembali ke tempat semula. Dari reaksinya, Dinara yak

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-20
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   18. Calon Istri

    Dinara tidak kaget saat menemukan Sean bersama Dikta bermain game di ruang keluarga. Kemarin Dikta memang mengatakan akan bersama Sean seharian karena orang tua bocah itu sedang pergi ke Bandung untuk beberapa urusan keluaarga. Satu-satunya yang membuat Dinara jengkel adalah keberadaan Sandi Arsena yang notabene merupakan kakak Sean. Pikirnya hanya Sean yang akan berada disini, namun mengapa Sandi juga ikut duduk bersandar disana juga? Tiga laki- laki itu sepertinya benar- benar menikmati hari minggu pagi yang menyenangkan. Rebahan santai namun mulutnya aktif—entah makan ataupun melafalkan nama-nama binatang. Satunya tiduran di sofa, ada yang di lantai, dan ada juga yang bersandar di dekat sofa. "Kak Naraaa! Ikut main game gak?" sapa Sean dengan senyum cerah. Bocah laki-laki itu menyapanya dengan manis. Sejak awal bertemu, Sean sudah menunjukkan keramahan yang luar biasa—sepertinya satu keluarganya pun begitu. Ditambah lagi, Tante Sandra mengatakan bahwa Sean memang kerap mere

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-22
  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   19. Beach Day

    Tidak ada waktu untuk tenang di hari minggu yang cerah ini. Bukan karena pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, melainkan karena tiga anak laki-laki yang tadinya sibuk bermain playstation itu seperti tidak kehabisan energi sama sekali. Beberapa waktu yang lalu mereka mulai bermain UNO lalu bergeser pada permainan kartu lainnya. Permainan apapun itu, hebohnya tetap sama. Saling tertawa dan bicara dengan suara keras nan lantang yang menggema. Untung saja ada cukup jarak antar rumah di kompleks ini sehingga Dinara tidak perlu khawatir mendapatkan omelan dari tetangga manapun. Ditambah lagi, jarak dari ruang keluarga dengan halaman depan rumahnya pun tidak terlalu dekat sehingga orang lewat pun tidak akan mendengar kegaduhan disini. Sayangnya Dinara bukan orang luar. Dia harus bertahan dan terpaksa menikmati seluruh kegaduhan tidak biasa ini secara dekat nan lekat. Pasalnya, Dikta sekarang sudah bergabung dalam klan super ribut milik Sandi dan Sean. Dia tidak tahu sejak kapan adiknya

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-24

Bab terbaru

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   125. D'DAY

    Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari dan seterusnya sampai tak terasa bahwa waktu berjalan terlalu cepat. Ini tepat dua tahun setelah malam dimana Dinara dan Sandi digoda untuk membicarakan pernikahan oleh kedua pihak keluarga. Tidak langsung mengiyakan. Malam itu mungkin titik balik hubungan keduanya. Alih-alih menerima usulan duo mami untuk langsung menikah, baik Sandi maupun Dinara sepakat mengundurnya. Sandi benar-benar menepati janjinya untuk menunggu Dinara. Gadis itu ingin menikah setelah mereka berdua cukup settle. Baginya, terlalu dini untuk berpuas diri pada keadaan. Apalagi saat itu keduanya masih dalam misi untuk bisa naik jabatan. Sampai akhirnya, tiga bulan lalu Sandi memantapkan diri melamar Dinara. Alhasil, hari ini keduanya berjalan di altar dan mengucap janji sehidup semati. Hari dimana rasanya tidak akan pernah siap dia jalani. Pada kenyataannya, hari itu terjadi juga. Dua tahun belakangan bukan waktu yang mudah. Setelah beragam drama dan

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   124. Deep Talk with Camer

    Sore ini Sandi sudah mewanti-wanti Dinara untuk pulang bersama. Rencananya hari ini Sandi mau pulang ke rumah keluarganya, sekalian mengantar Dinara. Tidak lupa bahwa mereka tetangga, kan? Sandi menyetir dengan satu tangan, tak lupa satunya lagi dia gunakan untuk sesekali menggenggam jemari Dinara. Sandi Bucin Arsena selalu punya tingkah menggemaskan yang kadang membuat Dinara jadi geleng- geleng kepala.Netra si cantik akhirnya tertuju pada gantungan polaroid yang dipasang Sandi tempo hari. Menampakkan foto lawas mereka saat liburan dulu.“Eh, kamu masih ada foto ini? Ya ampun, padahal nggak lebih dari dua tahun, tapi kok kita kelihatan muda banget ya?” Sandi tersenyum tipis, akhirnya Dinara notice keberadaan selfie mereka waktu liburan di Nusa Penida dulu. “Waktu itu soalnya belum terlalu mikirin kerjaan,” respon santai Sandi ternyata langsung dicegat oleh Dinara. Keningnya berkerut, “ah enggak juga. Waktu itu aku kan juga udah kerja,” ucapnya. Sandi tersenyum tipis, “ya tapi w

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   123. Makan Siang Mencekam

    Ketidaktenangan Sandi berlanjut. Setelah pesan menyebalkan pagi itu, Sandi harus kembali menahan kecemburuannya saat menemukan Dinara tertawa lepas di cafe depan kantor barunya bersama dengan Valdi. Yap, Valdi yang itu! Valdi rekan kerja Dinara di kantor lama Dinara yang sempat membuat Sandi agak insecure karena lelaki itu kelihatan punya perangai yang mirip dengan Dinara. Sebagai sama-sama lelaki, Sandi pun menyadari bahwa Valdi punya intensi khusus pada Dinara. Apa lagi kalau bukan naksir?Kok bisa-bisanya mereka bertemu lagi disin? Bukankah jarak antara kantor lama dan kantor Dinara yang sekarang cukup jauh, ya?Sandi yang berniat mengajak Dinara untuk makan siang bersama pun mengurungkan niatnya sebentar. Dia menjaga jarak dan mengamati keduanya dari posisi agak jauh. Meskipun sebenarnya hatinya ketar-ketir mendapati pemandangan itu. Dibanding teman-teman lelaki Dinara yang lain, Sandi paling tidak suka pada Valdi. Pasalnya, radar Sandi menangkap bahwa Valdi ini juga golongan le

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   122. Astaga, Kamu Ini Berdosa Banget!

    Sandi mengerutkan kening sejak subuh tadi. Tangan kanannya masih sibuk mengutak-atik ponsel milik Dinara yang menyala. Sejak pertama kali mereka berpacaran dua tahun lalu, ini mungkin kali pertama Sandi nekat mengusik privasi gadisnya itu. Dia melirik Dinara yang masih terlelap disampingnya, memastikan bahwa gadis itu masih berada di alam kapuk. Kalau sampai Dinara tahu dia melakukan ini, entah pasal saling percaya mana lagi yang akan Dinara gaungkan.Lelaki itu menahan gemeretak di gigi, sorot matanya yang sebenarnya kurang tidur ini terlihat jelas. Awalnya dia baik-baik saja sampai ketika dia menyadari bahwa ponsel Dinara terus saja menyala dan mendentingkan nada pertanda pesan masuk. Sandi yang gemas akan hal itu pada akhirnya berusaha untuk mengaktifkan mode hening. Alangkah terkejutnya dia saat menemukan beragam notifikasi dari nomor yang tak dikenal serta nama-nama asing di akun instagram Dinara. Maka itulah yang mengawali aktivitas stalking Sandi. Menjudge pria-pria yang meng

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   121. Cuddly

    “Apa kabar Dinara?” Satu kalimat pendek yang Alana layangkan pertengahan januari lalu membuka kembali komunikasi antar mantan rekan kerja itu. Alana tak mau banyak basa-basi dan langsung menawarkan pekerjaan meskipun dia tahu Dinara masih dalam masa menyelesaikan studinya. Alana cukup tahu kapasitas kerja Dinara Jeandra. Dia mengenal Dinara sejak gadis itu masih magang di perusahaan lama. Apa yang dia tawarkan saat itu juga merupakan sesuatu yang fleksibel yang untungnya disanggupi oleh Dinara sendiri. Meskipun pada awalnya wanita muda itu agak meragukan dirinya sendiri. Bisa dibilang, Alana pada akhirnya dengan percaya memberikan posisi tetap pada Dinara. Syukur juga Dinara berkesempatan lulus lebih awal sehingga dia bisa kembali ke Indonesia lebih dulu. Dan disinilah dia sekarang. Tanah kelahirannya yang amat dia rindukan. Berdiri dengan anggun memperkenalkan diri sebagai junior manager salah satu cabang perusahaan milik keluarga Alana. Pertemuannya dengan Sandi disini pun sebe

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   120. It's Me

    “Kalau bukan karena Kak Alana, gue nggak bakal bela-belain dateng, sih!” Arkasa tertawa kecil menyambut kedatangan sepupu kesayangannya yang berjalan kearahnya dengan wajah setengah cemberut. Tapi siapapun tahu bahwa raut itu jelas dibuat-buat karena beberapa detik kemudian si pelaku justru menjabat tangan Arkasa dengan santai dan menampilkan senyuman lebarnya. Wajahnya jadi agak lucu, kontras dengan setelan desainer serta sisiran rambutnya yang ditata rapi. Lelaki itu kemudian lanjut bersalaman dengan pemilik utama perhelatan, Alana Diandra Yasmin. “Katanya lo maraton kesini setelah dari acaranya Damian, ya?” tanya Alana memastikan info yang dia dapat dari asistennya.Sang suami lebih dulu menambahi, “Udah makin sering gantiin Om Seno di event-event gede! Tinggal nunggu peresmian aja sih kalau gini,” godanya.Sandi Arsena memasang wajah malas, pun menggeleng sebagai tanggapan lanjutan. Memang setelah hampir setahun mengabdi di anak perusahaan, akhirnya secara resmi Sandi diperkena

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   119. Piggyback

    Memang benar bahwa waktu adalah hal paling berharga yang tak boleh disia-siakan. Rasanya baru sebentar berkunjung ke museum, foto-foto di beberapa bagian town square, belanja ke toko buku dan lanjut mengisi perut di restoran terdekat. Namun sekarang ini langit gelap telah menyapa dua insan berbeda gender yang tengah berjalan kaki menyusuri jalanan malam Cambridge. Jangan tanya kenapa destinasi wisata keduanya jadi terlihat akademis begitu. Mau bagaimana lagi? Tempat semacam itulah yang dimiliki oleh salah satu wilayah institusi pendidikan ini. Dinara paling malas kalau harus berkendara jauh, sementara Sandi juga tidak terlalu mengenal banyak tempat disana. Maka dari itu keduanya memilih untuk berwisata sesuai panduan di internet, mendatangi tempat-tempat sekitar mereka yang jadi pilihan turis. Dinara sempat membeli beberapa buku dan sangat menikmati kunjungannya. Sementara Sandi sih sebenarnya sama sekali tidak masalah mau kemanapun, poin pentingnya adalah dia harus menghabiskan wak

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   118. Rencana

    Terbangun dari mimpi indahnya yang seakan hanya berlangsung dua detik. Dinara mendapati dirinya telah berada dalam kamar asrama—masih dengan pakaian semalam karena gadis itu ternyata justru ketiduran. Melirik jam di meja, masih ada waktu sekitar dua jam sebelum dia harus ke kampus untuk mengumpulkan hardcopy tugas. Semuanya sudah siap, Dinara tinggal mandi dan siap-siap sedikit lalu berjalan menuju kampus yang hanya sekitar lima menit dari asrama. Pandangannya kini tertuju pada langit-langit kamar, memandang kosong atau bahkan lebih tepatnya memutar kembali memori semalam yang masih berbekas. Kali pertama dia melangkah lebih jauh dengan Sandi—maksudnya ya belum sampai dijebol tapi sepertinya ini sudah sangat intim baginya.Dinara masih ingat pandangan kelam dan bibir bengkak Sandi dihadapannya, begitu juga selatannya yang jelas terasa mengganjal. Cahaya remang-remang dan bahkan mereka hanya berdua dini hari kemarin. Meskipun Sandi berhasil menyentuh kulitnya lebih banyak, tetap saja

  • Halo, Kisah Lama Belum Kelar!   117. Rayuan Dini Hari

    Pada akhirnya, dua insan yang sempat terpisah jarak dan waktu itu hanya bisa duduk dalam diam. Dinara yang masih berusaha menenangkan lidahnya yang terbakar serta Sandi yang merasa terlalu meluap-luap hingga berprasangka buruk begitu saja. Canggung? Tentu. Setelah semua yang terjadi, bagaimana bisa Sandi bersikap seolah tak terjadi apa-apa? Itu yang mendasari pada akhirnya kata maaf meluncur beberapa kali. Meskipun sebenarnya Dinara masih sedikit gondok menghadapinya.“Besok kamu ada kelas jam berapa?” tanya Sandi pada akhirnya.Dinara meliriknya sebentar, “sekitar pukul sebelas, hanya submit tugas,” jawabnya. Sandi mengangguk paham, “aku disini seminggu kedepan. Kapan ada waktu luang? Temenin jalan-jalan, bisa?” tanya Sandi lagi.“Kemana?” Dinara mau, tapi sejujurnya dia tidak terlalu tahu banyak tempat disini. Seperti yang sudah dia jelaskan sebelumnya, Dinara bahkan sama sekali belum sempat jalan-jalan. “Kemana aja. Kamu nggak akan nyasar, kok!” ucap Sandi seolah menjawab kekh

DMCA.com Protection Status