"Ayahmu sudah sampai di mana, Ra?" tanya Asmah, setelah beberapa saat Amira memutuskan hubungan pembicaraan dengan Darmawan. "Masih di jalan menuju puncak, As. Ayah bilang ingin menginap di villa-nya yang di sana, besok pagi-pagi baru balik ke Jakarta," jawab Amira dari depan pintu kamarnya. Lantas berjalan mendekati Asmah, duduk di lantai beralaskan karpet tebal, tepat di samping Asmah. Sementara Hanum masih sibuk dengan laptopnya. Perempuan baik itu masih sibuk mengcounter/memberikan sanggahan, menyangkut berita-berita yang menyudutkan tentang status kebersihan di restoran cepat saji milik Darmawan di media sosial, bahwa itu semua adalah rekayasa. Perbuatan jahat yang dilakukan oleh Handoko Sasmita dan sebagian besar keluarga besarnya. Karena sudah termakan hasutan, padahal mereka sendiri tidak mengetahui duduk masalah yang sebenarnya itu seperti apa.Darmawan sendiri sebenarnya tidak pernah meminta secara langsung kepada Hanum untuk membantunya. Akan tetapi Hanum merasa berkewajib
Hanum dan Asmah segera berlari ke arah Amira, tubuh Amira tergeletak pingsan di karpet lantai, sehabis menelpon ayahnya.Amira, bangun, Ra!" kepanikan benar-benar menguasai Hanum dan Asmah.Hanum segera meletakkan kepala Amira di atas pangkuannya."Asmah, tolong mintakan minyak kayu putih sama Baik Sumi!" Sembari Hanum menepuk-nepuk pelan pipi Amira. Sementara itu Asmah langsung berlari memanggil Bik Sumi."Ra? Amira? Bangun sayang," ucap Hanum pelan, sembari terus menepuk-nepuk pipi Amira, hatinya benar-benar dihinggapi rasa khawatir. Bukan hanya tentang pingsannya Amira, tetapi yang membuatnya semakin panik, apa yang terjadi dengan Darmawan? Kenapa Amira langsung terjatuh pingsan setelah menelepon ayahnya.'Ya, Allah, ada apa ini, semoga semuanya baik-baik saja ya, Allah' doanya dalam hati.Tidak beberapa lama, Bik Sumi pun datang bersama Asmah. Si bibik pun terlihat panik dan ketakutan. Asmah segera menyerahkan sebotol minyak kayu putih kepada Hanum."Ra? Bangun, Ra?" pinta Asmah, b
Hanum dan Asmah sangat terkejut, lantas berlari cepat ke arah Amira yang sudah tergeletak di lantai. Handphone yang digenggam terlepas dari genggaman tangannya.Hanum dan Asmah bahkan sampai berteriak panik, karena tidak menyangka Amira terjatuh di lantai dan langsung pingsan."Asmah, cepat minta minyak kayu putih sama Bik Sumi," pinta Hanum gegas. Tanpa menjawab lagi, Asmah langsung lari untuk mencari si bibik."Ra, Amira, bangun sayang," ucap Hanum pelan, sembari menepuk-nepuk pipi Amira. Akan tetapi, Amira tidak meresponnya. Diletakkan kepala Amira di atas pangkuannya, sembari terus berusaha menyadarkannya.Tidak beberapa lama, Asmah datang terlebih dahulu dengan membawa minyak kayu putih, diikuti Bik Sumi di belakangnya yang membawa sebotol air. Asmah lantas memberikan minyak kayu putih itu kepada Hanum.Diusapkan didekat Indra penciuman Amira, sembari terus menepuk pipi gadis muda tersebut."Ra, bangun sayang."Tidak beberapa lama Amira mengerjap tersadar, dan langsung memeluk Ha
"Nama aslinya saya tidak tahu, tetapi warga kami biasa memanggilnya, Anto," jelas Kyai Sobri. Pak Nanang yang paling tahu latar belakang Yusnanto pun diam saja, dia pikir tidak perlu juga diceritakan dengan orang asing tentang masa lalu Yusnanto."Bukan asli warga sini, tetapi orangnya baik. Banyak membantu warga kami, dengan membeli buah di pohon-pohon milik penduduk dengan harga yang di atas wajar, dan Alhamdulillah, lapak buahnya yang dekat tempat kejadian perkara selalu ramai pembeli," ujar Kyai Sobri."Jadi sebenarnya kecil kemungkinan, jika sahabat saya berkelahi dengan orang yang bernama Anto ini ya, pak kyai?" tanya Dimas."Benar, sepertinya memang saudara Darmawan yang diincar, lantas Anto ini datang berniat untuk membantu, karena ditemukan luka tikam pada pinggang belakangnya," jelas Kyai Sobri."Anto ini, walaupun lelaki, tetapi sifatnya lembut, bahasanya pun sopan, sepertinya tidak mungkin jika sengaja mencari-cari perkara dengan orang yang tidak dia kenal." Pak Nanang sek
Hanum tertegun, dia seperti tidak yakin dengan apa yang dilihatnya, semakin dia mendekati sosok yang terbaring koma tersebut, sama seperti Darmawan, wajah dan tubuhnya ada beberapa alat bantu."Benar, ini Mas Yusnanto," ucapnya pelan, Pak Nanang yang berdiri tepat di samping Hanum pun ikut angkat bicara.Fusv"Benar, Mbak, nama aslinya memang Yusnanto," jelas Pak Nanang."Mbak Hanum kenal?" tanya Kyai Sobri."Di-dia saudara saya, pak kyai, ibu kandungnya pun ada ikut bersama kami." Hanum menangis, bisa bertemu walau dalam keadaan yang sebenarnya tidak dia inginkan."Subhanallah," ucap Kyai Sobri, mengucap kebesaran Tuhan, akan sesuatu yang tidak terduga yang telah terjadi.Dimas yang sedikit banyak tahu permasalahannya dan pernah mendengar tentang nama Yusnanto, benar-benar dibuat tidak percaya dengan apa yang disaksikannya.Pria bernama Yusnanto ini yang sudah menyelamatkan Amira, dan sekarang dia pun berkorban nyawa dengan menyelamatkan Darmawan."Apa lebih baik saya beritahu ibu ka
"Mas Yusnanto, Bik. Amira dan Asmah mengenalnya dengan nama Tante Yusnia.""Ya, Allah ...." Lirih terdengar suara Bik Sumi, lantas menangis, keterkejutan pun menghinggapi Amira dan Asmah, tiada yang menduga jika pria penyelamat itu adalah Tante Yusnia, orang yang juga sudah menyelamatkan Amira. Hanum lantas memeluk bibiknya, turut menangis bersamanya."Mas Yus, sudah insyaf, Bik, Pak Kyai dan Pak Nanang tadi bercerita," bisik Hanum pelan, di telinga Bik Sumi."Alhamdulillah, Ya, Allah," ucap Bik Sumi mengucap syukur."Mas Yus, sudah menjalani proses pengobatan oleh Kyai Sobri, dan sekarang dipercaya Kyai untuk menjaga musholla dekat sisi bukit, juga sembari berdagang buah-buahan. Mas Yus sudah bertobat," jelas Hanum, hatinya benar-benar merasakan keharuan yang teramat sangat."Terima kasih ya, Allah, tlah kau berikan kesempatan kepada anak hamba untuk bertobat." Doa Baik Sumi lirih, sembari terisak-isak. Hanum, Amira, dan Asmah pun ikut menangis."Berikan kesembuhan kepada putra hamba
"Bangun ya, Om. Bik Sumi juga ada bersama Amira sekarang, rindu dengan Om, yang kuat yah, Om, terus berjuang bersama ayah." Amira mulai tersedu, begitupun dengan Asmah. Dia dan Amira sangat tahu, jika Yusnanto ini baik terhadap mereka semua saat berada di penampungan, tidak pernah bersikap ataupun berlaku kasar. Banyak mengajari mereka tentang dunia luar, menulis, ataupun membaca.Asmah pun terus menatap paras wajah Yusnanto, teringat dia akan perhatian dan kebaikan Yusnanto terhadapnya. Pernah ada terbersit harap dalam dirinya, seandainya saja prilaku Yusnanto bisa berubah saat itu. Dia pasti akan menjadi sosok pria yang paling mengerti, sabar, dan perhatian terhadap pasangannya.Yusnanto pun pernah bercerita, bahwa dia sendiri tidak tega jika melihat anak-anak yang berada di dalam penyekapan, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena faktor keadaan dan hutang nyawanya terhadap Mami Merry.Bik Sumi masih menangis dipelukan Hanum, hatinya benar-benar merasakan sakit melihat kondis
Pagi hari, rumah besar nan megah ini terlihat lenggang, suasana terlihat sunyi dan sepi, yang biasanya ramai di ruang makan keluarga, untuk menikmati sarapan, kini terlihat tidak ada siapapun di situ.Tante Sonya yang baru saja terbangun dari tidurnya. Sepagi ini perutnya sudah terasa lapar, lalu berniat ke dapur untuk mencari makanan di sana.Ibu tiri dari Darmawan itu, sudah berbulan-bulan tidak lagi diperbolehkan Darmawan untuk keluar dari rumah megah ini, dan juga tidak boleh memegang handphone, karena kewaspadaan Darmawan atas keselamatan putrinya Amira. Kedekatan antara Tante Sonya dan Mami Merry yang menjadi masalahnya. Darmawan menaruh curiga bahwa Tante Sonya adalah orang di balik rencana penculikan Amira dan pemukulan terhadap dirinya di daerah sekitar Musium Fatahillah.Sesampainya di dapur, yang berdekatan dengan ruang makan keluarga pun keadaannya juga sama, Sepi. Tidak terlihat beberapa anggota keluarga penghuni rumah indah ini.Sesaat, salah satu kaki tangannya dahulu,