"Dia istriku yang kedua, perlakukan dia dengan baik, jangan memarahinya dan aku berharap kalian bisa akur."
Jantung Lina tiba-tiba berhenti mendengar ucapan suaminya memperkenalkan seorang wanita yang berdiri tepat di sampingnya. Wanita itu sedang menempel manja pada tubuh suaminya dengan senyum penuh kemenangan menatap kedua matanya.
Jeder!
Suara petir terdengar sangat keras, membuat Lina yang tertidur pulas terperanjat kaget dan terbangun dengan keringat dingin mengucur di wajahnya, dia bermimpi, mimpi yang terasa nyata.
Sambil mengelap keringat dengan telapak tangannya, dia terdiam membeku beberapa saat memikirkan mimpinya dan bertanya-tanya makna dari mimpinya, bukan tanpa alasan, karena mimpinya selalu menjadi kenyataan. Memikirkan itu tubuhnya tiba-tiba terasa lemas, kepalanya pun terasa pening.
"Ah, hanya bunga tidur." Lina berusaha mengabaikannya.
Setelah menenangkan diri, Lina baru menyadari bahwa ruangan yang dia tempati sangat gelap, dia menoleh ke samping dan menatap putranya yang masih tertidur lelap. Dia ketiduran setelah menyusui Fahmi, putranya, yang seharian menangis tidak seperti biasanya, hingga membuat dia kelelahan dan ketiduran.
Dengan tubuhnya yang kurus dia berdiri lalu berjalan dengan hati-hati dalam kegelapan, kedua tangan memegang dinding sambil menggerayangi mencari sakral lampu. Tidak lama dia berhenti, lalu.
Ctak!
Lampu pun menyala dan kegelapan itu menghilang, hatinya sedikit tenang melihat ruangan yang sudah terang, tak jauh di atasnya tergantung jam dinding dan dia mendapati jam sudah menunjukkan 6 sore.
"Mas Zaky kok belum pulang?" batinnya.
Dengan perasaan gelisah, Lina berjalan keluar rumah, matanya melihat sekeliling sambil menengok ke kanan dan ke kiri.
Langit sudah gelap dan semakin gelap karena mendung, rintik-rintik hujan mulai turun, beberapa kali suara petir juga terdengar, entah kenapa, hati Lina menjadi semakin gelisah, hatinya terasa tidak enak dan merasakan ketakutan seolah akan terjadi sesuatu.
Sudah 10 hari Zaky, suaminya tidak pulang, setelah berpamitan pergi ke luar kota dengan alasan pekerjaan yang katanya dapat proyek sebuah bangunan, sebenarnya dia merasa aneh karena selama ini suaminya tidak pernah kerja bangunan apalagi sampai ke luar kota, akan tetapi karena dia percaya pada suaminya jadi dia menghilangkan perasaan itu.
Hari ini hari ke 11 yang Zaky janjikan untuk pulang di pagi hari, namun setelah dia menunggu dari pagi, suaminya masih belum sampai rumah.
Setelah beberapa menit berdiri dan berjalan mondar-mandir di depan rumahnya, Lina melangkah memasuki rumah dan mengambil ponselnya, dia mencoba kembali menghubungi suaminya, sudah lebih 30 kali dia menghubungi Zaky, tapi lagi-lagi nomor yang dia hubungi tidak aktif.
Hatinya menjadi semakin gelisah, dia takut terjadi sesuatu pada suaminya. Namun, di tengah kekhawatirannya itu, tiba-tiba muncul pesan dari salah satu temannya.
Teman SMA yang dulu dekat, namun sudah jarang sekali berkomunikasi.
Sebuah foto dan pesan singkat membuat Lina menjatuhkan ponselnya, tubuhnya terlihat gemetar hebat. Foto seorang pria sedang memeluk mesra wanita di sampingnya.
"Lin, bukankah dia suamimu?" Begitu pesan singkat temannya.
Masih berdiri mematung, Lina tidak percaya melihat foto itu, hatinya terasa sakit, dadanya sesak dan air matanya mengalir tanpa dia sadari.
Dia terduduk lemas lalu dengan tubuh yang masih gemetar dia mengambil ponselnya yang tergelatak dilantai dan melihatnya kembali.
Lina masih berusaha untuk berpikir positif, tapi nyatanya, pria difoto itu memang suaminya, meski begitu dia masih berusaha dengan keras menyangkalnya dan masih tetap ingin mempercayai suaminya. Dia mencoba untuk tidak berpikir negatif sebelum mendapatkan penjelasan langsung dari suaminya. Tapi meski begitu, hatinya tetap gelisah, rasa kecewa, sakit hati, dan amarah bercampur jadi satu, ditambah suaminya yang tak kunjung pulang dan nomornya masih tidak bisa dihubungi.
"Bukan, itu bukan suamiku, dia di rumah bersamaku sekarang," balas Lina.
Karena dia tahu temannya itu seorang yang terkenal dengan sebutan ratu gosip, dia berbohong pada temannya, dengan cara menyangkalnya, Lina tidak ingin nama suaminya menjadi rusak dan juga tidak ingin kehidupan rumah tangganya menjadi bahan gosip.
Waktu berjalan begitu saja, sudah jam 9 malam dan masih belum ada kabar apa pun dari suaminya, nomornya masih tidak bisa dihubungi, kegelisahan semakin memuncak, sudah 3 jam dia mondar-mandir keluar masuk rumah berharap suaminya pulang tapi pria yang dia tunggu tak juga tampak. Hujan semakin deras dengan kilatan dan suara petir yang menggelagar.
Merasa tidak tahan, Lina mengambil anaknya yang masih tertidur lalu menggendongnya, dengan payung ditangannya Lina keluar rumah berjalan hati-hati menuju ke suatu tempat. Dia mengeratkan pelukannya pada anaknya yang sudah dia pakaikan jaket ketika angin berembus kencang, wajahnya tampak bersalah.
Setelah berjalan kurang lebih 20 menit, dia sampai di depan rumah mewah. Namun, Pintu rumah itu sudah tertutup rapat dengan suasana sunyi, seperti sang pemilik sudah tertidur, mengingat suasana sangat mendukung.
"Tok! Tok!" suara ketukan pelan.
Tangan Lina yang kedinginan dan gemetar tidak menyisakan kekuatan bahkan untuk sekedar mengetuk pintu.
Dia berhenti sejenak lalu beberapa kali mengetuk pintu sambil memanggil pemilik rumah.
"Mbak Hesti! Mbak! Ini Lina," teriaknya.
Tidak ada sahutan dari dalam, dan juga tidak ada tanda-tanda seseorang membukakan pintu.
"Huwaa ..."
Mungkin karena kedinginan dan di luar cukup lama, tiba-tiba suara tangis keluar dari mulut Fahmi, anaknya yang baru berusia 5 bulan.
Suara tangisnya sangat keras sampai akhirnya seseorang membukakan pintu.
"Lina, ada apa malam-malam begini?"
Wajah kaget seorang wanita setengah baya terlihat dari balik pintu, dia memakai piama tidur dengan rambut kusut yang beberapa helai sudah memutih, melihat Fahmi menangis, dia segera menyuruh Lina masuk. Benar saja tangis Fahmi perlahan meradah, setelah merasakan kehangatan di dalam rumah.
"Anu ... mbak Hesti, bisa hubungi mas Zaky? Mas bilang katanya hari ini akan pulang, tapi sampai jam segini mas belum juga pulang."
Hesti, tidak lain adalah kakak kandung Zaky, kakak yang sangat dihormati Zaky layaknya seorang ibu, karena dari kecil, kakaknya lah yang merawat Zaky semenjak ibunya meninggal dunia saat Zaky baru berusia 5 tahun.
Dengan tatapan heran Hesti menjawab. "Loh, kamu ngak dikasih tahu suamimu?" Melihat Lina menggelengkan kepalanya Hesti melanjutkan. "Besok dia baru pulang, katanya pulangnya ditunda karena proyeknya belum selesai."
"Aku sudah menghubungi mas dari pagi tapi tidak ada balasan dan nomor mas juga tidak aktif."
"Mungkin dia lagi sibuk Lin, kau pulang saja, kasihan anakmu."
Hesti menatap Fahmi yang sedang meringkuk di pelukan Lina sambil menyusu.
Lina masih terdiam, selain menanyakan kepulangan suaminya, sebenarnya dia ingin menunjukkan foto suaminya bersama wanita lain, tapi, setelah sampai di rumah Hesti dan berbicara langsung, tiba-tiba niat untuk memberitahu itu hilang. Dia takut dan tidak cukup berani.
"Lin! Lina!"
Panggilan Hesti menyadarkan Lina yang melamun.
Pada akhirnya Lina berdiri lalu berpamitan.
"Maaf mbak, sudah mengganggu, kalau begitu aku pulang dulu, terima kasih mbak."
Setelah mengatakan itu, Lina segera bangkit dan berjalan pulang.
"Hati-hati! Peluk anakmu biar tidak kedinginan!" teriak Hesti saat Lina berjalan semakin jauh darinya.
"Iya mbak," balas Lina.
Dia berjalan pulang dengan hati yang kecewa. Ternyata suaminya seperti tidak peduli dengannya yang adalah istrinya.
Pagi itu masih subuh, Lina sibuk di dapur dan memasak, tubuhnya terlihat lemas dan matanya membengkak, sepertinya dia tidak bisa tidur semalaman memikirkan suaminya, hingga pada akhirnya dia hanya bisa menangis sendirian semalaman.Sambil memasak dia melamun, memikirkan apa yang akan dia lakukan jika suaminya benar selingkuh, apakah dia bisa memaafkannya? Tapi dia masih sangat mencintai suaminya.Tiba-tiba suara ketukan keras terdengar, Lina yang melamun segera berlari ke arah suara itu berasal.Itu pasti mas Zaky? pikirnya, ada kelegaan terlihat dari wajahnya. Dia mempercepat jalannya lalu dengan semangat dia menarik kunci dan membuka pintu."Mas Zaky sudah pu —"Belum selesai dia mengucapkannya, bibirnya segera terhenti setelah dia menemukan seorang wanita bergelayutan di lengan suaminya dengan senyum manja.Lina terdiam menatap kosong pada wanita itu, Dia mengingat mimpinya kemarin dan foto yang dikirim temannya padanya, seorang wan
“Aku tidak mau dimadu mas.”Setelah mengatakan itu, Lina bergegas mengepak pakaiannya dan juga pakaian Fahmi anaknya ke dalam koper.Tumpukan pakaian yang terlipat rapi dia keluarkan dari lemari kayu jati 3 pintu, sesudah dia mengambil koper di atas lemari itu."Apa yang kamu lakukan? Kau mau pergi ke mana?"Zaky yang awalnya hanya menatapnya dengan tatapan bingung segera bergegas menghentikan Lina, dia mengeluarkan pakaian yang Lina masukkan ke dalam koper lalu menyingkirkan koper itu sebelum Lina bisa memberontak."Sudah kubilang aku tidak mau dimadu, jadi jangan hentikan aku, aku bisa hidup sendiri tanpa mas.""Maafkan aku Lin, tapi mas tetap harus menikahi Nanda."Air mata Lina bercucuran mendengar pernyataan suaminya itu, hatinya semakin sakit dan hancur, dengan suara yang lemah Lina kembali berucap."Mas, Jika kau masih tetap mau menikahi wanita itu, ceraikan aku, aku tidak sudi harus tinggal satu atap dengann
Rumah yang biasanya sepi, kini sangat ramai, keluarga dan saudara-saudara jauh dari Zaky yang tidak pernah terlihat, kini sedang bercengkerama di ruang tamu, para tetangga yang biasanya hanya bertegur sapa di jalan juga ikut berkumpul di ruang tamu.Sementara si pemilik rumah, Zaky masih di dalam kamar, mengamati sosok wanita yang sedang dirias di sampingnya.Jas berwarna hitam, dengan kemeja warna putih di dalamnya dan celana kain warna hitam, terbalut rapi ditubuh Zaky yang jakun, rambutnya bergelombang tertutup dengan peci warna hitam, wajahnya tampak gugup dengan bercucuran keringat, meski begitu ketampanannya masih bersinar.Setelah mendapatkan izin dari kakaknya dan istrinya untuk bisa menikahi Nanda, tanpa menunggu lama Zaky segera menggelar acara pernikahannya.Sebuah pernikahan sederhana dengan hanya mengundang keluarga dan para tetangga, tanpa pesta yang besar, layaknya pernikahannya sebelumnya dengan Lina. Pernikahannya juga hanya pernikahan si
"Tidak bisa kah kamu ke rumah mbak Hesti saja?" ucap Zaky membangunkan Lina yang tertidur pulas.Tidak lama setelah acara selesai dan tamu undangan pergi dan hanya menyisakan beberapa keluarga Zaky, Lina memasuki kamarnya sambil membawa Fahmi yang tertidur kelelahan seharian bermain dengan anak-anak tetangga sebayanya.Lina menangis di kamar sendirian, air mata yang ia tahan tidak lagi terbendung, ia menangis sampai ketiduran.Masih setengah sadar, Zaky mengulanginya. "Pergilah ke rumah mbak Hesti.""Kenapa mas?"Wajah bingung Lina tergambar jelas di wajahnya, dia tidak mengerti maksud suaminya yang tiba-tiba membangunkannya yang baru saja tertidur dan menyuruhnya ke rumah kakaknya."Malam ini malam pertamaku dengan Nanda jadi ..."Fahmi terdiam, dia ragu-ragu hingga membuatnya tidak melanjutkan perkataannya, matanya melihat sekeliling menghindari tatapan Lina yang mengerti maksudnya."Mas, itu bukan malam pertamamu lagi, apa m
Suara azan subuh membangunkan Lina, seperti biasa dia akan terbangun di jam-jam seperti itu, entah lebih cepat atau lambat sesekali, dia membuka matanya dan menatap putranya yang masih terlelap dalam pelukannya."Ugh ..."Suara rintihan keluar dari mulutnya tidak lama setelah dia menggerakkan tubuhnya untuk bangun.Wajahnya tampak kelelahan, sepertinya hasil dari kemarin dia sibuk ke sana ke mari menyiapkan acara suaminya. Meski begitu dia tidak kembali membaringkan tubuhnya.Lina beranjak dari kasur dan melakukan rutinitas seperti biasanya. Dia menunaikan Shalat subuh, setelah itu dia lalu berjalan ke dapur untuk memasak.Sambil berjalan, matanya tertuju pada pintu kamar yang letaknya tepat di sebelah dapur. Pintu bercat hijau yang masih tertutup rapat, pintu kamar yang ditempati pasangan baru, yang masih gelap dan sunyi seolah tidak ada kehidupan.Lina hanya menatapnya dan berlalu begitu saja, meski kejadian semalam masih tergambar jelas di otak Lina,
"Sebaiknya kau keluar," ucap Zaky pada Lina.Dengan wajah malu-malu Zaky menyembunyikan tubuhnya di belakang Nanda sembari berusaha keras menutupi beberapa bagian tubuhnya dengan tangannya, setelah baru saja menyadari bahwa dia tidak memakai apa pun di tubuhnya.Segera Lina menuruti perintah Zaky, dan berjalan keluar dari kamar itu, meski dengan hati yang mengganjal.Setelah Lina keluar, Zaky melepas pelukannya lalu menutup pintu kamar.Zaky memeluk kembali Nanda dan membawanya ke tempat tidur sambil mencoba menenangkannya."Kau baik-baik saja kan? Sudah jangan menangis."Ucap Zaky setelah mengamati tubuh Nanda dari ujung kaki hingga ujung kepala, dia tidak menemukan luka apa pun, hanya memar merah sedikit di bahunya yang mungkin tadi terbentur dinding."Tapi di sini sakit mas," keluh Nanda memegang lengannya yang sedikit memerah sambil mengusap air matanya.Zaky yang orangnya tidak tegahan, segera mengelusnya sambil meniup-niu
Apa yang sebenarnya terjadi adalah, beberapa bulan yang lalu, saat setelah usaha Zaky bangkrut dan mereka kekurangan uang, Lina menceritakan apa yang sedang terjadi pada salah satu sahabatnya, saat itulah sahabatnya menyarankan untuk kembali bernyanyi."Coba saja kembali menyanyi, kamu punya suara yang disukai banyak orang, jadi meskipun kamu sudah lama tidak bernyanyi mereka pasti masih mau menerimanya, tidak apa jika tidak bisa seaktif dulu, kamu juga pasti sibuk mengurus anakmu, jadi hanya sesekali manggung saja akan cukup untuk memenuhi kebutuhan kalian."Begitu ucap Cindy, sahabatnya Lina yang masih setia dan selalu ada untuk Lina.Mereka saling mengenal sejak lama, saat Lina memulai kariernya sebagai penyanyi, keduanya dipertemukan dan berjuang bersama sampai akhirnya sukses bareng.Namun, karier Lina 7 tahun sebagai penyanyi yang cukup terkenal dia tinggalkan begitu saja setelah menikahi Zaky."Maaf Cin, tidak jadi, mas Zaky melarangny
Prang!Piring yang berisi nasi dan lauk di atasnya, terjatuh dan membentur lantai dengan sangat keras, piring berwarna putih bening itu pecah menjadi beberapa bagian bersama isinya yang juga ke mana-mana mengotori lantai yang tadi pagi Lina pel.Nanda kesal dan marah karena Zaky terlalu lama menghabiskan waktu bersama Lina di dalam kamar, dia cemburu sampai akhirnya dia sengaja menjatuhkan piring milik Zaky yang baru beberapa sendok Zaky memakannya.Zaky berpesan pada Nanda bahwa dia hanya sebentar, jadi Nanda memutuskan untuk menunda makan meski dia masih kelaparan, berharap bisa memulai dan mengakhiri makan bersama Zaky, tapi ternyata tidak seperti yang Zaky katakan, Nanda menunggu cukup lama, dan Zaky tak kunjung keluar dari kamar itu, Karena itu, Nanda melakukan sesuatu yang bisa membuat Zaky kembali dan menemaninya."Nanda, apa yang terjadi?" teriak Zaky.Masih dengan nafas yang tersengal Zaky tiba di samping Nanda, dia mencoba membangunkan Na
"Akh! Sakit ... Mas Zaky tolong aku," ucap Nanda meringis kesakitan dengan ponsel yang menempel di telinganya. Dia baru daja menghubungi Zaky.Dengan posisi terduduk di lantai Nanda berteriak mengatakan kesakitan pada Zaky dari balik ponselnya. Darah merah mengalir sangat banyak dari kemaluannya.Lina masih berdiri diam dengan bingung dan gelisah melihat apa yang terjadi pada Nanda di depan matanya, apalagi setelah melihat darah yang sangat banyak mengalir menodai lantai yang berwarna putih."Ada apa sayang? Kamu kenapa?" suara Zaky terdengar gugup dari balik telepon. Nanda sengaja melospiker agar Lina bisa mendengarnya."Mas, aku jatuh dan berdarah, mbak Lina baru saja menendangku sampai jatuh. Tolong cepat pulang mas, aku sakit banget dan sudah tidak tahan," ucap Nanda sesenggukan sambil menangis. Sesekali matanya melirik ke arah Lina yang masih kebingungan."Iya, iya, aku akan segera pulang. Aku akan menghubungi mbak Hesti duku agar kamu bisa segera dibawah ke rumah sakit," suara g
"Dasar pelacur!"Tidak lama suara pintu dibanting dengan sangat keras. Nanda berdiri menatap Lina dengan tatapan penuh emosi.Plak!Tamparan keras mendarat dipipi Lina yang mulus, disudut bibirnya tampak darah merah segar."Siapa kamu sampai berani mengataiku pelacur?" teriak Nanda tepat di depan wajah Lina.Memegang pipinya yang perih Lina membalas tamparannya.Plak! Plak!2 kali tamparan di pipi kanan dan kiri."Kamu memang pelacur, kalau bukan pelacur lalu apa? Sudah mengambil suami orang tapi masih saja cari pria lain dan berselingkuh," balas Lina.Wajah Lina memerah penuh emosi, dia tidak menyangka akan di tampar oleh seseorang yang jauh lebih muda darinya, wanita rendahan yang levelnya jauh dari dia, pwrempuan dengan wajah yang terlihat pilos namun ternyata beracun."Aduh, sakit ... Jangan mengfitnahku mbak, siapa yang selingkuh?" Nanda berkata sambil meringis menahan rasa sakit akibat tamlaran Lina, wajahnya tampak kaget tapi dia masih berusaha keras memasang wajah tenang, mesk
Sebuah cairan hangat berwarna merah menempel ditangan Nanda, meski tidak banyak, tapi wajah Nanda terlihat menjadi ketakutan dan bingung."Bang, aku takut, aku tidak bisa lagi melanjutkannya."Dengan kekuatan yang masih tersisa, Nanda menyingkirkan pria itu, dia berdiri dan berjalan menuju ke kamar mandi.Sebenarnya pria itu masih ingin melanjutkannya lagi, tapi melihat ekspresi Nanda dia terpaksa menghentikannya, ekor matanya yang memerah mengikuti Nanda lalu melirik darah merah yang menodai seprei di bawahnya yang berwarna putih."Brengsek!" Tangannya yang terkepal memukul keras kasur kemudian dia membanting tubuhnya dengan kasar, dia atas seprei itu, tanpa peduli noda yang akan mengotori tubuhnya."Apa ini?" Tubuh Nanda gemetar hebat, keringat mengucur deras dari dahinya, melihat darah ditangannya yang masih menetes, beruntung saat dia menyentuh vaginanya tidak ada darah lagi yang keluar, hanya ada sisa yang menempel di sela-sela pahanya, meski
"Nanda selingkuh,” ucap Lina langsung.Mendengar ucapan Lina, Hesti hanya diam membisu, kedua bola matanya memancarkan aura seram menatap Lina yang tepat di depannya.Ponsel milik Lina yang sudah ada dalam genggaman tangannya, dia serahkan kepada Hesti yang masih menatap kosong padanya."Mbak, itu buktinya, silakan mbak lihat sendiri."Satu persatu Hesti melihat semuanya, mulai dari foto hasil jepretan Lina yang baru saja dia lakukan secara diam-diam, juga semua foto hasil screenshots chat Nanda dengan semua pria, Hesti melihat semuanya.Berulang kali Hesti melihatnya, mengulang-ulang satu persatu seolah-olah masih belum bisa mempercayainya, dengan air mata yang jatuh satu persatu. Benar, Hesti menangis, tepat di hadapan Lina. Sama seperti Zaky yang jarang memperlihatkan air matanya di depan orang lain, Hesti juga begitu.Buru-buru Lina mengambil tisu dan mengusap air mata yang membasahi pipi Hesti."Dari awal bertemu dengannya aku sudah tida
"Bang, tolong fokus menyetir."Nanda menyingkirkan telapak tangan pria itu yang tebal dari dadanya.Kaosnya yang ketat sudah terlepas, yang tertinggal hanya bra warna merah muda dengan satu tali yang juga putus, dada berukuran standar dengan puting berwarna cokelat terpampang jelas.Tidak lama setelah keduanya masuk ke dalam mobil, pria itu langsung memulai aksinya, hanya karena godaan kecil dan sentuhan ringan dari Nanda, wajahnya menjadi memerah dan terlihat sangat bernafsu.Melepas paksa kaos Nanda, dan menarik bra dengan kasar, sampai talinya terputus, padahal itu bra baru yang seminggu lalu dibelikan Zaky sebagai hadiah, tapi hanya dengan satu tarikan dari pria itu, tali branya terputus begitu saja.Keduanya berciuman panas di dalam mobil dengan kedua tangan pria itu yang tanpa henti menjelajahi area sensitif Nanda, sampai akhirnya mereka berhenti sebentar setelah merasa tempatnya semakin ramai dan beberapa orang mulai mengawasi me
"Apa itu mbak?"Nanda sudah berdiri tepat di samping Lina, tangannya yang dingin setelah mandi menyentuh pundak Lina yang menunduk, membuat Lina segera mengangkat kepalanya."Apa?" Lina yang kaget bertanya balik sambil menyingkirkan tangan Nanda.Suara Lina terdengar marah hingga membuat Nanda tanpa sadar melangkah mundur darinya."Maaf, mbak menunggu lama ya? Maaf, sudah membuat mbak menunggu, aku tidak tahu bahwa mbak juga belum mandi."Hati Lina menjadi lega, ketakutan yang tadi menyelimutinya menghilang begitu saja setelah mendengar ucapan Nanda. Ternyata perkiraan Lina salah, dia mengira akan ketahuan dan gagal, tapi ternyata Nanda berpikir lain."Iya kamu lama sekali, aku menunggu sangat lama." Lina berbohong dan berpura-pura mengikuti jalan pikiran Nanda, dia yang tadinya ketakutan dengan percaya diri menjawabnya."Maaf mbak," ucap Nanda, sebelum akhirnya dia masuk ke dalam kamar.Memastikan Nanda sudah memasuki kamarnya
"Mungkin larut malam aku baru pulang, aku minta tolong padamu untuk tidak memarahi Nanda lagi dan membuatnya tersinggung, lalu kabur lagi seperti kemarin," bisik Zaky pada Lina saat Lina sedang mencium tangannya, berpamitan. Kedua istri sedang mengantar kepergian suami mereka di depan rumah, jika di lihat dari jauh tampak seperti keluarga bahagia.Pagi sekali, Nanda dan Zaky membuat obrolan berdua di dalam kamar setelah keduanya membuka mata.Nanda mengatakan bahwa dia kemarin dimarahi Lina, dihina dan direndahkan oleh Lina, dia sangat tersinggung dengan kata-kata yang diucapkan Lina, karena merasa sedih, jadi dia keluar untuk menenangkan pikirannya, dan kebetulan bertemu dengan teman lamanya lalu mereka berjalan-jalan dan makan-makan, alasan kenapa lama dan sampai larut, karena sedang hujan deras dan mereka lupa karena saking lamanya tidak bertemu jadi mereka menghabiskan waktu sampai tak berasa sampai larut malam."Sebenarnya kemarin aku juga tidak bermaksud m
"Bang, turun in di sini saja."Pakaiannya kusut, dan ada robekan kecil di bagian kerah dekat dadanya."Ambil ini!" Pria yang dipanggil abang itu menyerahkan kantong keresek kecil berwarna transparan, terlihat box kecil berwarna putih dengan gambar iPhone."Terima kasih abang sayang."Wanita itu lalu mengecup bibir hitam pria itu sebagai ucapan terima kasih , dengan mata yang berbinar senang, wanita itu lalu keluar dari mobil dengan penuh semangat.Brak! Suara dia menutup pintu mobil.Tepat setelah dia keluar, sosok pria jakun terlihat dari kejauhan sedang berlari ke arahnya lalu memanggil namanya. "Nanda!"Zaky dengan senyum lega berlari ke arah Nanda, dan sesampainya, dia segera memeluk tubuh Nanda dengan pakaiannya yang basah kuyup, tanpa peduli tatapan orang-orang sekitar, yang menatap mereka seperti sebuah tontonan drama."Jangan tinggalkan aku Nanda," suara terisak Zaky penuh keluh.Nanda yang kaget dan tidak menyan
"Lin, kamu makin lama semakin tidak sopan, aku ini masih suamimu, dosa besar kamu Lin!" bentak Zaky.Dia tidak terima diabaikan, selama ini tidak pernah sekalipun Lina mengabaikannya, Lina adalah sosok istri yang penurut dan selalu mengalah, tapi akhir-akhir ini Zaky merasa sikap Lina semakin berubah, tidak seperti Lina yang dulu."Mas, aku capek mas, jadi tolong berhenti."Setelah mengatakan itu, Lina kembali melanjutkan langkahnya. Dia membaringkan tubuhnya yang kelelahan di tempat tidur, kemudian memeluk Fahmi, dan mulai memejamkan matanya perlahan.Brak!Zaky membanting pintu kamar dengan sangat keras, wajahnya penuh amarah dan dia masih tidak terima diabaikan.Suara keras bantingan pintu dari Zaky berhasil membuat Fahmi terbangun, menangis menjerit karena kaget dan ketakutan. Segera Lina menggendongnya dan mencoba menenangkannya.Tapi Zaky tidak peduli, dia tidak merasa bersalah sedikit pun, dan tetap memasang wajah penuh amarah