Suara azan subuh membangunkan Lina, seperti biasa dia akan terbangun di jam-jam seperti itu, entah lebih cepat atau lambat sesekali, dia membuka matanya dan menatap putranya yang masih terlelap dalam pelukannya.
"Ugh ..."Suara rintihan keluar dari mulutnya tidak lama setelah dia menggerakkan tubuhnya untuk bangun.Wajahnya tampak kelelahan, sepertinya hasil dari kemarin dia sibuk ke sana ke mari menyiapkan acara suaminya. Meski begitu dia tidak kembali membaringkan tubuhnya.Lina beranjak dari kasur dan melakukan rutinitas seperti biasanya. Dia menunaikan Shalat subuh, setelah itu dia lalu berjalan ke dapur untuk memasak.Sambil berjalan, matanya tertuju pada pintu kamar yang letaknya tepat di sebelah dapur. Pintu bercat hijau yang masih tertutup rapat, pintu kamar yang ditempati pasangan baru, yang masih gelap dan sunyi seolah tidak ada kehidupan.Lina hanya menatapnya dan berlalu begitu saja, meski kejadian semalam masih tergambar jelas di otak Lina, tapi dia mengabaikannya dan bergegas ke dapur untuk memulai memasak.Waktu berlalu begitu saja saat Lina menghabiskan waktunya di dapur, semua makanan sudah siap tapi rumah masih saja sepi, Lina melirik pintu bercat hijau itu lagi dan suasananya masih sama.Subuh sebentar lagi habis, tapi suaminya tidak juga bangun.Tidak biasanya suaminya bangun kesiangan, apalagi sampai meninggalkan Shalat, padahal biasanya mereka melakukan Shalat subuh berjamaah.Ketuk! Ketuk!Takut waktu subuh habis, Lina mengetuk pintu kamar yang sedari tadi dia amati, meski sebelumnya dia sempat ragu karena takut mengganggu."Mas Zaky ...""Mas, bangun mas.”Sambil terus mengetuk, Lina memanggil Zaky karena tidak ada jawaban dari dalam.Sementara di dalam kamar itu, Zaky masih tertidur pulas, sementara satu pasang mata terbuka, wajahnya terlihat kesal.Merasa terganggu dan tidak bisa tidur lebih lama, Nanda, dengan tubuh telanjang menendang selimut sambil mengumpat pelan."Mbak, berhenti mengganggu, mas Zaky masih capek."Nanda membuka pelan pintu dan berkata pada Lina dengan ketus.Lina membeku menatap tubuh Nanda yang telanjang tepat di depan matanya, ada banyak tanda merah memenuhi tubuhnya yang berwarna kuning langsat.Tiba-tiba perasaan kecewa kembali muncul, membuat Lina segera memalingkan pandangannya dari tubuh molek Nanda yang terlihat masih sangat segar. Berbanding dengan tubuh milik Lina yang sudah mulai tampak tanda-tanda penuaan.Tapi bukannya menutupi tubuhnya, Nanda malah sengaja memperlihatkan tubuh telanjangnya, tanpa rasa malu dia memperlihatkan tubuhnya yang penuh kiss mark pada Lina dengan mendekati Lina sambil mengikuti arah tatapan Lina."Subuh sudah mau habis, apa tidak Shalat dulu?" Tatapan Lina masih ke arah lain, meskipun sesama perempuan dia merasa malu dan tidak enak untuk melihat orang dewasa telanjang bulat di depan matanya, selain itu dia juga tidak ingin melihat sisa-sisa bekas suaminya ditubuh wanita lain."Mbak, kenapa lihat ke sana? Mbak begitu tidak sukanya ke aku ya? Padahal aku juga korban di sini, kalau saja mas Zaky jujur dengan identitasnya pasti aku tidak akan mau dia dekati."Dengan nada sedih suara Nanda bergema di telinga Lina.Lina pun menoleh ke arahnya, melihat sosoknya dan mencoba menjelaskan, namun, sebelum Lina bisa membuka mulutnya, Nanda menyelanya. "Meskipun membenciku tapi tolong jangan perlihatkan rasa benci mbak kepadaku.""Bukan begitu."Saat Lina bingung ingin menjelaskan, dengan tangannya yang kecil, tiba-tiba Nanda membuka lebar pintu kamarnya.Mengabaikan perkataan Nanda, segera tatapan Lina tertuju pada sosok di dalam kamar. Zaky yang masih tertidur pulas di atas kasur lantai dengan tanpa busana sehelai pun di tubuhnya sedang mendengkur pelan.Tidak jauh berbeda dengan tubuh Nanda, tubuh Zaky juga penuh tanda merah, meski dari kejauhan, Lina bisa melihatnya dengan jelas.Di sisi lain, Nanda yang membuka lebar pintu kamarnya, seolah sengaja ingin memperlihatkan sosok Zaky pada Lina. Dia diam-diam tersenyum aneh sambil mengamati ekspresi Lina."Mbak, mbak Lina!" teriak Nanda.Lina yang bengong melihat sosok suaminya tersadar setelah mendengar panggilan Nanda."Mbak mau ke mana?"Nanda menghalangi dan menghentikan langkah Lina yang mencoba masuk ke dalam kamarnya."Eh, aku mau membangunkan mas Zaky.""Tidak perlu mbak, biar aku saja, lagian kasihan mas Zaky, dia masih kelelahan, dia juga baru 2 jam tertidur, mbak tidak perlu khawatir biar aku saja yang mengurus mas Zaky, mbak urus saja yang lain."Dengan paksa Nanda mendorong tubuh Lina keluar setelah selangkah memasuki kamar."Tidak bisa, mas Zaky harus bangun, waktu subuh sebentar lagi habis jadi aku harus membangunkannya, mas Zaky tidak boleh meninggalkan Shalat." Tolak Lina.Suara kesal Lina terdengar sangat jelas setelah Nanda melarangnya bahkan berani mengusirnya."Jadi kamu cepat minggir!"Lina menyingkirkan tubuh Nanda yang menghalangi jalannya, sangat mudah bagi Lina melakukannya. Tubuh Lina yang lebih tinggi dan lebih berisi dibanding dengan ukuran tubuh Nanda yang kecil segera tersingkirkan dari jalannya."ughh ..." rintih Nanda kesakitan.Tubuh Nanda membentur dinding cukup keras, Lina yang kaget segera membantunya. Padahal dia tidak menggunakan banyak kekuatan tapi kenapa tubuh nanda sampai terlempar ke dinding."Aduh ... sakit." Sambil merintih, suara tangis cukup kencang keluar dari mulut Nanda, membuat Zaky yang tertidur pulas terbangun."Ada apa ini? Kenapa berisik sekali?"Wajah kaget dan kesal Zaky tergambar jelas di wajahnya."Sakit ... mbak Lina kamu jahat sekali." Suara tangis Nanda semakin keras setelah melihat Zaky terbangun.Setelah kesadaran penuh, Zaky yang mendengar tangis Nanda segera berlari menghampiri keduanya, meski tanpa memedulikan penampilannya yang telanjang, dia menyingkirkan Lina memegang tubuh Nanda dan memeluk erat Nanda."Di mana yang sakit? Sebelah mana? Di sini? atau di sini?"Zaky yang khawatir memegang perut Nanda dan bagian tubuh lainnya menanyakan ini itu, tanpa memedulikan Lina yang terjatuh di lantai akibat dorongannya.Sementara tangis Nanda semakin keras, Lina beranjak berdiri, merasa bersalah dan mendekat."Apa kau baik-baik saja?" tanya Lina.Meski kesal karena di perlakukan kasar oleh Zaky Lina sedikit merasa bersalah dan mencoba meminta maaf. "Maaf, aku tidak sengaja.""Lin, sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kamu sungguh tidak punya hati, bagaimana bisa kamu melukai orang yang sedang hamil? Kenapa kamu menjadi seperti ini? Kamu juga tahu bagaimana beratnya saat hamil, bagaimana jika dia sampai keguguran? Sungguh sangat keterlaluan kamu Lin!"Dengan keras Zaky membentak Lina sambil memeluk tubuh Nanda."Mas, aku tidak sengaja, tadi aku cuma mau membangunkan mas tapi Nanda menghalangi jadi aku menyuruhnya minggir, tidak tahu kalau sampai membuat dia terjatuh.""Seharusnya kamu tidak mendorongnya, Nanda itu sangat lemah jangan bandingkan dengan dirimu!""Maaf mas, aku benar-benar tidak sengaja,""Minta maaf lah pada Nanda!""Maafkan aku Nanda, aku tidak sengaja."Sebenarnya Lina merasa aneh untuk memohon maaf, dia masih memikirkan bahwa dia tidak pernah mendorong Nanda dengan keras tapi dia tidak punya pilihan. Dia menjadi semakin kesal dan sakit hati, terutama pada Zaky."Sebaiknya kau keluar," ucap Zaky pada Lina.Dengan wajah malu-malu Zaky menyembunyikan tubuhnya di belakang Nanda sembari berusaha keras menutupi beberapa bagian tubuhnya dengan tangannya, setelah baru saja menyadari bahwa dia tidak memakai apa pun di tubuhnya.Segera Lina menuruti perintah Zaky, dan berjalan keluar dari kamar itu, meski dengan hati yang mengganjal.Setelah Lina keluar, Zaky melepas pelukannya lalu menutup pintu kamar.Zaky memeluk kembali Nanda dan membawanya ke tempat tidur sambil mencoba menenangkannya."Kau baik-baik saja kan? Sudah jangan menangis."Ucap Zaky setelah mengamati tubuh Nanda dari ujung kaki hingga ujung kepala, dia tidak menemukan luka apa pun, hanya memar merah sedikit di bahunya yang mungkin tadi terbentur dinding."Tapi di sini sakit mas," keluh Nanda memegang lengannya yang sedikit memerah sambil mengusap air matanya.Zaky yang orangnya tidak tegahan, segera mengelusnya sambil meniup-niu
Apa yang sebenarnya terjadi adalah, beberapa bulan yang lalu, saat setelah usaha Zaky bangkrut dan mereka kekurangan uang, Lina menceritakan apa yang sedang terjadi pada salah satu sahabatnya, saat itulah sahabatnya menyarankan untuk kembali bernyanyi."Coba saja kembali menyanyi, kamu punya suara yang disukai banyak orang, jadi meskipun kamu sudah lama tidak bernyanyi mereka pasti masih mau menerimanya, tidak apa jika tidak bisa seaktif dulu, kamu juga pasti sibuk mengurus anakmu, jadi hanya sesekali manggung saja akan cukup untuk memenuhi kebutuhan kalian."Begitu ucap Cindy, sahabatnya Lina yang masih setia dan selalu ada untuk Lina.Mereka saling mengenal sejak lama, saat Lina memulai kariernya sebagai penyanyi, keduanya dipertemukan dan berjuang bersama sampai akhirnya sukses bareng.Namun, karier Lina 7 tahun sebagai penyanyi yang cukup terkenal dia tinggalkan begitu saja setelah menikahi Zaky."Maaf Cin, tidak jadi, mas Zaky melarangny
Prang!Piring yang berisi nasi dan lauk di atasnya, terjatuh dan membentur lantai dengan sangat keras, piring berwarna putih bening itu pecah menjadi beberapa bagian bersama isinya yang juga ke mana-mana mengotori lantai yang tadi pagi Lina pel.Nanda kesal dan marah karena Zaky terlalu lama menghabiskan waktu bersama Lina di dalam kamar, dia cemburu sampai akhirnya dia sengaja menjatuhkan piring milik Zaky yang baru beberapa sendok Zaky memakannya.Zaky berpesan pada Nanda bahwa dia hanya sebentar, jadi Nanda memutuskan untuk menunda makan meski dia masih kelaparan, berharap bisa memulai dan mengakhiri makan bersama Zaky, tapi ternyata tidak seperti yang Zaky katakan, Nanda menunggu cukup lama, dan Zaky tak kunjung keluar dari kamar itu, Karena itu, Nanda melakukan sesuatu yang bisa membuat Zaky kembali dan menemaninya."Nanda, apa yang terjadi?" teriak Zaky.Masih dengan nafas yang tersengal Zaky tiba di samping Nanda, dia mencoba membangunkan Na
"Mas, mbak Lina kenapa lama sekali? Aku sudah tidak sabar ingin sekali makan mangga muda."Sudah 1 jam lebih tapi Lina masih belum pulang, 2 orang yang sedang menunggu Lina beberapa kali menatap ke arah pintu berharap sosok Lina muncul."Mungkin sedang antre, dia juga tidak membawa motor, mangkanya sangat lama," jelas Zaky menenangkan Nanda yang wajahnya tampak cemberut.keduanya sedang bersantai di depan TV sambil tiduran, dengan Nanda berada di pelukan Zaky, kepalanya yang kecil bersandar di lengan Zaky.Tidak lama keduanya kembali fokus pada layar TV, mereka sedang menonton sebuah ajang pencarian bakat menyanyi, dengan salah satu jurinya adalah penyanyi terkenal yang masih muda dan tampan, dan tatapan Nanda terus berfokus pada pria itu, mulai dari acara itu dimulai."Mas, aku ngefans banget sama dia."Nanda menunjuk pada juri muda tampan itu, dan mengatakannya dengan mata berbinar."Kamu mengenalnya?" Bukankah selama ini kamu di lu
Lina meletakkan keresek berwarna hitam yang berisi 3 buah mangga di ruang tamu, tepat di samping Zaky, segera setelah dia sampai di rumah.Wajahnya terlihat pucat dan kelelahan, dengan keringat menetes dari dahinya yang putih. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Lina segera menuju ke kamarnya.Namun, saat dia baru berjalan 2 langkah, Zaky mengatakan sesuatu yang membuatnya terpaksa menghentikan langkahnya. "Lin, ada yang ingin aku katakan."Lina menoleh dengan wajah kesal, namun dia segera menjawabnya. "Mas, aku capek, nanti saja."Suasana tiba-tiba sunyi, hanya terdengar suara dari TV karena jawaban Lina yang tak terduga.Saat Lina menunggu persetujuan dari Zaky, dia melirik Zaky dan mendapati Nanda yang sedang menyikut-nyikut lengan Zaky, sampai akhirnya Zaky membuka mulutnya lagi."Tapi ini sangat penting Lin."Melihat itu Lina menjadi kesal, dia jadi paham bahwa Nanda lah yang membuat Zaky terus memaksanya."Maaf mas, tapi a
"Nanda, bisa kah kamu membantu? Tinggal sedikit saja, tolong lanjutkan."Sambil menggendong Fahmi yang menangis, Lina menghampiri Nanda yang sedang menonton TV."Mbak, tubuhku gambang lelah, karena aku hamil jadi aku tidak boleh banyak bergerak."Padahal Lina hanya memintanya untuk mengeringkan pakaian dengan cara menjemurnya di jemuran yang lokasinya di samping rumah.Seperti yang dikatakan Zaky kemarin, mereka membuka jasa cuci baju, dan itu segera terealisasikan, berkat ide Lina dalam berpromosi, selain berpromosi secara online, dia juga menyuruh Zaky memasang pamflet besar yang dipasang di depan rumah dan juga menyebar tempelan poster-poster di beberapa tempat.Sudah seminggu berlalu, awalnya hanya 1 atau 2 orang yang menggunakan jasa mereka, tapi semakin lama makin banyak pelanggan, karena banyak pelanggan lebih menyukai mencuci baju secara manual pakai tangan dari pada pakai mesin cuci jadi banyak sekali yang berminat.Berkat itu, Lina
"Lin, kamu makin lama semakin tidak sopan, aku ini masih suamimu, dosa besar kamu Lin!" bentak Zaky.Dia tidak terima diabaikan, selama ini tidak pernah sekalipun Lina mengabaikannya, Lina adalah sosok istri yang penurut dan selalu mengalah, tapi akhir-akhir ini Zaky merasa sikap Lina semakin berubah, tidak seperti Lina yang dulu."Mas, aku capek mas, jadi tolong berhenti."Setelah mengatakan itu, Lina kembali melanjutkan langkahnya. Dia membaringkan tubuhnya yang kelelahan di tempat tidur, kemudian memeluk Fahmi, dan mulai memejamkan matanya perlahan.Brak!Zaky membanting pintu kamar dengan sangat keras, wajahnya penuh amarah dan dia masih tidak terima diabaikan.Suara keras bantingan pintu dari Zaky berhasil membuat Fahmi terbangun, menangis menjerit karena kaget dan ketakutan. Segera Lina menggendongnya dan mencoba menenangkannya.Tapi Zaky tidak peduli, dia tidak merasa bersalah sedikit pun, dan tetap memasang wajah penuh amarah
"Bang, turun in di sini saja."Pakaiannya kusut, dan ada robekan kecil di bagian kerah dekat dadanya."Ambil ini!" Pria yang dipanggil abang itu menyerahkan kantong keresek kecil berwarna transparan, terlihat box kecil berwarna putih dengan gambar iPhone."Terima kasih abang sayang."Wanita itu lalu mengecup bibir hitam pria itu sebagai ucapan terima kasih , dengan mata yang berbinar senang, wanita itu lalu keluar dari mobil dengan penuh semangat.Brak! Suara dia menutup pintu mobil.Tepat setelah dia keluar, sosok pria jakun terlihat dari kejauhan sedang berlari ke arahnya lalu memanggil namanya. "Nanda!"Zaky dengan senyum lega berlari ke arah Nanda, dan sesampainya, dia segera memeluk tubuh Nanda dengan pakaiannya yang basah kuyup, tanpa peduli tatapan orang-orang sekitar, yang menatap mereka seperti sebuah tontonan drama."Jangan tinggalkan aku Nanda," suara terisak Zaky penuh keluh.Nanda yang kaget dan tidak menyan
"Akh! Sakit ... Mas Zaky tolong aku," ucap Nanda meringis kesakitan dengan ponsel yang menempel di telinganya. Dia baru daja menghubungi Zaky.Dengan posisi terduduk di lantai Nanda berteriak mengatakan kesakitan pada Zaky dari balik ponselnya. Darah merah mengalir sangat banyak dari kemaluannya.Lina masih berdiri diam dengan bingung dan gelisah melihat apa yang terjadi pada Nanda di depan matanya, apalagi setelah melihat darah yang sangat banyak mengalir menodai lantai yang berwarna putih."Ada apa sayang? Kamu kenapa?" suara Zaky terdengar gugup dari balik telepon. Nanda sengaja melospiker agar Lina bisa mendengarnya."Mas, aku jatuh dan berdarah, mbak Lina baru saja menendangku sampai jatuh. Tolong cepat pulang mas, aku sakit banget dan sudah tidak tahan," ucap Nanda sesenggukan sambil menangis. Sesekali matanya melirik ke arah Lina yang masih kebingungan."Iya, iya, aku akan segera pulang. Aku akan menghubungi mbak Hesti duku agar kamu bisa segera dibawah ke rumah sakit," suara g
"Dasar pelacur!"Tidak lama suara pintu dibanting dengan sangat keras. Nanda berdiri menatap Lina dengan tatapan penuh emosi.Plak!Tamparan keras mendarat dipipi Lina yang mulus, disudut bibirnya tampak darah merah segar."Siapa kamu sampai berani mengataiku pelacur?" teriak Nanda tepat di depan wajah Lina.Memegang pipinya yang perih Lina membalas tamparannya.Plak! Plak!2 kali tamparan di pipi kanan dan kiri."Kamu memang pelacur, kalau bukan pelacur lalu apa? Sudah mengambil suami orang tapi masih saja cari pria lain dan berselingkuh," balas Lina.Wajah Lina memerah penuh emosi, dia tidak menyangka akan di tampar oleh seseorang yang jauh lebih muda darinya, wanita rendahan yang levelnya jauh dari dia, pwrempuan dengan wajah yang terlihat pilos namun ternyata beracun."Aduh, sakit ... Jangan mengfitnahku mbak, siapa yang selingkuh?" Nanda berkata sambil meringis menahan rasa sakit akibat tamlaran Lina, wajahnya tampak kaget tapi dia masih berusaha keras memasang wajah tenang, mesk
Sebuah cairan hangat berwarna merah menempel ditangan Nanda, meski tidak banyak, tapi wajah Nanda terlihat menjadi ketakutan dan bingung."Bang, aku takut, aku tidak bisa lagi melanjutkannya."Dengan kekuatan yang masih tersisa, Nanda menyingkirkan pria itu, dia berdiri dan berjalan menuju ke kamar mandi.Sebenarnya pria itu masih ingin melanjutkannya lagi, tapi melihat ekspresi Nanda dia terpaksa menghentikannya, ekor matanya yang memerah mengikuti Nanda lalu melirik darah merah yang menodai seprei di bawahnya yang berwarna putih."Brengsek!" Tangannya yang terkepal memukul keras kasur kemudian dia membanting tubuhnya dengan kasar, dia atas seprei itu, tanpa peduli noda yang akan mengotori tubuhnya."Apa ini?" Tubuh Nanda gemetar hebat, keringat mengucur deras dari dahinya, melihat darah ditangannya yang masih menetes, beruntung saat dia menyentuh vaginanya tidak ada darah lagi yang keluar, hanya ada sisa yang menempel di sela-sela pahanya, meski
"Nanda selingkuh,” ucap Lina langsung.Mendengar ucapan Lina, Hesti hanya diam membisu, kedua bola matanya memancarkan aura seram menatap Lina yang tepat di depannya.Ponsel milik Lina yang sudah ada dalam genggaman tangannya, dia serahkan kepada Hesti yang masih menatap kosong padanya."Mbak, itu buktinya, silakan mbak lihat sendiri."Satu persatu Hesti melihat semuanya, mulai dari foto hasil jepretan Lina yang baru saja dia lakukan secara diam-diam, juga semua foto hasil screenshots chat Nanda dengan semua pria, Hesti melihat semuanya.Berulang kali Hesti melihatnya, mengulang-ulang satu persatu seolah-olah masih belum bisa mempercayainya, dengan air mata yang jatuh satu persatu. Benar, Hesti menangis, tepat di hadapan Lina. Sama seperti Zaky yang jarang memperlihatkan air matanya di depan orang lain, Hesti juga begitu.Buru-buru Lina mengambil tisu dan mengusap air mata yang membasahi pipi Hesti."Dari awal bertemu dengannya aku sudah tida
"Bang, tolong fokus menyetir."Nanda menyingkirkan telapak tangan pria itu yang tebal dari dadanya.Kaosnya yang ketat sudah terlepas, yang tertinggal hanya bra warna merah muda dengan satu tali yang juga putus, dada berukuran standar dengan puting berwarna cokelat terpampang jelas.Tidak lama setelah keduanya masuk ke dalam mobil, pria itu langsung memulai aksinya, hanya karena godaan kecil dan sentuhan ringan dari Nanda, wajahnya menjadi memerah dan terlihat sangat bernafsu.Melepas paksa kaos Nanda, dan menarik bra dengan kasar, sampai talinya terputus, padahal itu bra baru yang seminggu lalu dibelikan Zaky sebagai hadiah, tapi hanya dengan satu tarikan dari pria itu, tali branya terputus begitu saja.Keduanya berciuman panas di dalam mobil dengan kedua tangan pria itu yang tanpa henti menjelajahi area sensitif Nanda, sampai akhirnya mereka berhenti sebentar setelah merasa tempatnya semakin ramai dan beberapa orang mulai mengawasi me
"Apa itu mbak?"Nanda sudah berdiri tepat di samping Lina, tangannya yang dingin setelah mandi menyentuh pundak Lina yang menunduk, membuat Lina segera mengangkat kepalanya."Apa?" Lina yang kaget bertanya balik sambil menyingkirkan tangan Nanda.Suara Lina terdengar marah hingga membuat Nanda tanpa sadar melangkah mundur darinya."Maaf, mbak menunggu lama ya? Maaf, sudah membuat mbak menunggu, aku tidak tahu bahwa mbak juga belum mandi."Hati Lina menjadi lega, ketakutan yang tadi menyelimutinya menghilang begitu saja setelah mendengar ucapan Nanda. Ternyata perkiraan Lina salah, dia mengira akan ketahuan dan gagal, tapi ternyata Nanda berpikir lain."Iya kamu lama sekali, aku menunggu sangat lama." Lina berbohong dan berpura-pura mengikuti jalan pikiran Nanda, dia yang tadinya ketakutan dengan percaya diri menjawabnya."Maaf mbak," ucap Nanda, sebelum akhirnya dia masuk ke dalam kamar.Memastikan Nanda sudah memasuki kamarnya
"Mungkin larut malam aku baru pulang, aku minta tolong padamu untuk tidak memarahi Nanda lagi dan membuatnya tersinggung, lalu kabur lagi seperti kemarin," bisik Zaky pada Lina saat Lina sedang mencium tangannya, berpamitan. Kedua istri sedang mengantar kepergian suami mereka di depan rumah, jika di lihat dari jauh tampak seperti keluarga bahagia.Pagi sekali, Nanda dan Zaky membuat obrolan berdua di dalam kamar setelah keduanya membuka mata.Nanda mengatakan bahwa dia kemarin dimarahi Lina, dihina dan direndahkan oleh Lina, dia sangat tersinggung dengan kata-kata yang diucapkan Lina, karena merasa sedih, jadi dia keluar untuk menenangkan pikirannya, dan kebetulan bertemu dengan teman lamanya lalu mereka berjalan-jalan dan makan-makan, alasan kenapa lama dan sampai larut, karena sedang hujan deras dan mereka lupa karena saking lamanya tidak bertemu jadi mereka menghabiskan waktu sampai tak berasa sampai larut malam."Sebenarnya kemarin aku juga tidak bermaksud m
"Bang, turun in di sini saja."Pakaiannya kusut, dan ada robekan kecil di bagian kerah dekat dadanya."Ambil ini!" Pria yang dipanggil abang itu menyerahkan kantong keresek kecil berwarna transparan, terlihat box kecil berwarna putih dengan gambar iPhone."Terima kasih abang sayang."Wanita itu lalu mengecup bibir hitam pria itu sebagai ucapan terima kasih , dengan mata yang berbinar senang, wanita itu lalu keluar dari mobil dengan penuh semangat.Brak! Suara dia menutup pintu mobil.Tepat setelah dia keluar, sosok pria jakun terlihat dari kejauhan sedang berlari ke arahnya lalu memanggil namanya. "Nanda!"Zaky dengan senyum lega berlari ke arah Nanda, dan sesampainya, dia segera memeluk tubuh Nanda dengan pakaiannya yang basah kuyup, tanpa peduli tatapan orang-orang sekitar, yang menatap mereka seperti sebuah tontonan drama."Jangan tinggalkan aku Nanda," suara terisak Zaky penuh keluh.Nanda yang kaget dan tidak menyan
"Lin, kamu makin lama semakin tidak sopan, aku ini masih suamimu, dosa besar kamu Lin!" bentak Zaky.Dia tidak terima diabaikan, selama ini tidak pernah sekalipun Lina mengabaikannya, Lina adalah sosok istri yang penurut dan selalu mengalah, tapi akhir-akhir ini Zaky merasa sikap Lina semakin berubah, tidak seperti Lina yang dulu."Mas, aku capek mas, jadi tolong berhenti."Setelah mengatakan itu, Lina kembali melanjutkan langkahnya. Dia membaringkan tubuhnya yang kelelahan di tempat tidur, kemudian memeluk Fahmi, dan mulai memejamkan matanya perlahan.Brak!Zaky membanting pintu kamar dengan sangat keras, wajahnya penuh amarah dan dia masih tidak terima diabaikan.Suara keras bantingan pintu dari Zaky berhasil membuat Fahmi terbangun, menangis menjerit karena kaget dan ketakutan. Segera Lina menggendongnya dan mencoba menenangkannya.Tapi Zaky tidak peduli, dia tidak merasa bersalah sedikit pun, dan tetap memasang wajah penuh amarah