"Tidak bisa kah kamu ke rumah mbak Hesti saja?" ucap Zaky membangunkan Lina yang tertidur pulas.
Tidak lama setelah acara selesai dan tamu undangan pergi dan hanya menyisakan beberapa keluarga Zaky, Lina memasuki kamarnya sambil membawa Fahmi yang tertidur kelelahan seharian bermain dengan anak-anak tetangga sebayanya.
Lina menangis di kamar sendirian, air mata yang ia tahan tidak lagi terbendung, ia menangis sampai ketiduran.
Masih setengah sadar, Zaky mengulanginya. "Pergilah ke rumah mbak Hesti."
"Kenapa mas?"
Wajah bingung Lina tergambar jelas di wajahnya, dia tidak mengerti maksud suaminya yang tiba-tiba membangunkannya yang baru saja tertidur dan menyuruhnya ke rumah kakaknya.
"Malam ini malam pertamaku dengan Nanda jadi ..."
Fahmi terdiam, dia ragu-ragu hingga membuatnya tidak melanjutkan perkataannya, matanya melihat sekeliling menghindari tatapan Lina yang mengerti maksudnya.
"Mas, itu bukan malam pertamamu lagi, apa mas lupa mas sudah menghamili dia?"
Lina tidak habis pikir dengan permintaan suaminya yang sangat kekanak-kanakan itu.
"Tapi Lin ..."
Zaky menoleh ke belakang, ke arah pintu yang tepat di belakangnya, mata Lina mengikuti tatapan suaminya. Ada seseorang dibalik pintu kamar.
Tanpa harus memastikan, Lina sudah tahu kalau sosok itu tidak lain adalah Nanda.
"Ck!" Sebuah decakan keluar dari mulut Lina.
Lina kesal, padahal dia baru saja merasa lega setelah menangis cukup lama, tapi kini dia mulai kesal lagi, suaminya seolah mulai dikendalikan oleh istri barunya.
"Tidak mas, aku akan tetap di sini, lagian Fahmi juga sedang tidur aku tidak mau membangunkannya."
"Lin ..."
"Mas! Aku tidak masalah mas mau ngapain saja sama istri barumu! Silakan lakukan semua terserahmu!" bentak Lina.
Lina menjadi semakin emosi mendengar rengekan Zaky.
Dengan langkah berat Zaky keluar dari kamar, tak lama dari balik pintu terdengar suara kesal Nanda yang tidak terima karena pemintaannya tidak disetujui.
"Mbak Lina ngak mau keluar mas?" tanya Nanda ketus.
Sebenarnya dia sudah tahu jawabannya setelah melihat ekspresi suaminya tapi dia masih menanyakannya dengan suara ketus.
Gaun pengantin milik Lina dan make up tebalnya yang setengah luntur terkena keringat, masih belum dia hapus, padahal acaranya sudah selesai dari beberapa jam yang lalu, wajahnya juga sudah tidak karuan bentukanya akibat make up yang setengah terhapus karena berkeringat.
"Fahmi sudah tidur, tidak enak untuk membangunkannya, kata mbakmu Lina, juga tidak apa-apa."
"Tapi mas, ini malam pertama kita, aku malu dan merasa tak enak sama mbak Lina."
Nanda merendahkan suaranya, tatapannya masih tertuju pada kamar Lina yang sedikit terbuka pintunya.
Dia menginginkan kamar itu, kamar utama yang paling luas dengan perabotan lengkap dan berkualitas, dia menjadi semakin nyaman dan menginginkannya setelah tadi dia di rias di kamar itu.
Kamar yang disiapkan untuk Nanda sangat sempit, 2 kali lipat dari kamar utama, tidak ada perabot mewah, hanya kasur lantai yang tipis dan lemari plastik yang kecil, tidak ada pendingin ruang AC hanya kipas angin kecil yang berputar sangat pelan. Tentu saja hanya seperti itu, karena kamar itu sebenarnya kamar bekas ART.
Alasan sebenarnya dia menyuruh Lina untuk keluar dan pergi ke rumah Hesti karena dia ingin menikmati malam pertama di kamar itu, juga dia ingin perlahan-lahan memilikinya.
"Mas ... tolong bujuk lagi mbak Lina ya?"
Tubuh Nanda yang kecil itu memeluk erat Zaky, wajahnya menempel di dada Zaky dan mengusap-usapkannya membuat noda-noda kekuningan menempel di kemeja Zaky.
"Dek, apa kau masih tidak mau menghapus make up mu?"
Zaky yang semakin risi melihat wajah Nanda, kembali lagi mengingatkannya, sudah beberapa kali dia menanyakannya tapi dari tadi Nanda terus menolak.
"Mas, kenapa malah membahas make up ku? Mas jangan mengalihkan pembicaraan, bujuk lagi mbak Lina, kalau mbak Lina masih di sini aku tak mau melakukannya."
Mendengar itu Zaky mengernyitkan kedua alisnya, dia sedang sangat menginginkan tubuh Nanda, meski wajahnya tidak secantik Lina tapi Zaky lebih menyukai tubuh Nanda.
"Baiklah, nanti mas akan membujuknya lagi," ucap Zaky.
Dia kemudian membawa Nanda ke kamarnya.
Setelah 1 jam Zaky membantu menghapus make up Nanda yang sangat tebal dia kembali menemui Lina. Dia mendengar suara berisik Lina di dapur jadi dia berani menghampirinya.
"Lin kau masih tidak mau pergi ke rumah mbak Hesti? Hanya untuk malam ini saja."
Lina meletakkan kembali piring yang baru saja dia ambil, dia baru saja ingin makan tapi ucapan Zaky membuatnya mengurungkan niatnya.
"Tidak mas, tidak akan!"
Dengan tegas Lina mengatakannya sambil berlalu meninggalkan Zaky yang masih berdiri terdiam di dapur.
***
"Ahh ... mas Zaky tolong lebih cepat!"
"Oh, ahh ... love you mas Zaky."
Plak! plak!
"Iya begitu mas."
Suara teriakan Nanda sangat keras membuat Lina terbangun. Dia terdiam sesaat menelaah apa yang sedang terjadi.
"Emm ..."
Setelah sadar sepenuhnya dari tidurnya, Lina baru mengerti apa yang sedang terjadi.
Awalnya Lina mencoba mengabaikannya namun suara desahan Nanda semakin lama semakin keras seolah dia sengaja melakukannya dan juga tak kunjung usai.
Bukan hanya terganggu saja sampai tidak bisa tidur lagi, tapi hati Lina juga terasa sakit, dia masih tidak rela berbagi suami dengan wanita lain, dan kini, dia malah mendengar langsung suaminya yang menyetubuhi wanita lain, membuat Lina membayangkan saat suaminya menyelingkuhinya saat itu, saat dia menunggunya di rumah bersama putranya.
"Hah ... mas Zaky."
Di kamar yang sempit dan pengap, kamar yang letaknya tepat di samping dapur dengan penerangan remang-remang, Zaky dan Nanda masih asyik menikmati nikmatnya bercinta. Entah berapa kali mereka melakukannya, dengan banyak posisi mereka coba.
Kini tubuh Nanda berada di atas, dengan Zaky berbaring di bawahnya, sambil memejamkan kedua matanya, Nanda menggerakkan tubuhnya yang kecil perlahan, dengan tempo maju mundur.
"Hahh ..."
Setiap kali desahan keras keluar dari mulut Nanda, tatapan Zaky selalu terheran, dia terheran karena sebelumnya setiap kali bercinta, Nanda adalah tipe yang pasif, dia tidak pernah berteriak-teriak keras seperti itu, tapi malam ini dia jauh berbeda membuat Zaky semakin bersemangat tanpa tahu niat sesungguhnya Nanda. Sampai tidak sadar sudah melakukan beberapa kali, dan melupakan Lina yang juga berada di atap yang sama dengan mereka.
Sayangnya niat Nanda untuk mengusir Lina, nyatanya tidak berhasil, Lina masih bertahan, dia tidak pergi ke rumah Hesti seperti yang Nanda inginkan.
Lina menutup rapat dan mengunci pintu kamarnya, menyumbat telinganya agar tidak mendengar mereka bercinta, dan berusaha untuk bisa tertidur kembali meski isi hatinya penuh dengan amarah dan rasa kecewa.
Menyadari rencananya tidak berhasil, dan tubuhnya yang kelelahan, apalagi dia sedang hamil muda, jadi pada akhirnya Nanda menghentikan semuanya meski Zaky masih belum puas.
"Menyebalkan!" gumam Nanda.
Dia terbaring lebah di samping Zaky dengan wajah sangat kesal.
Suara azan subuh membangunkan Lina, seperti biasa dia akan terbangun di jam-jam seperti itu, entah lebih cepat atau lambat sesekali, dia membuka matanya dan menatap putranya yang masih terlelap dalam pelukannya."Ugh ..."Suara rintihan keluar dari mulutnya tidak lama setelah dia menggerakkan tubuhnya untuk bangun.Wajahnya tampak kelelahan, sepertinya hasil dari kemarin dia sibuk ke sana ke mari menyiapkan acara suaminya. Meski begitu dia tidak kembali membaringkan tubuhnya.Lina beranjak dari kasur dan melakukan rutinitas seperti biasanya. Dia menunaikan Shalat subuh, setelah itu dia lalu berjalan ke dapur untuk memasak.Sambil berjalan, matanya tertuju pada pintu kamar yang letaknya tepat di sebelah dapur. Pintu bercat hijau yang masih tertutup rapat, pintu kamar yang ditempati pasangan baru, yang masih gelap dan sunyi seolah tidak ada kehidupan.Lina hanya menatapnya dan berlalu begitu saja, meski kejadian semalam masih tergambar jelas di otak Lina,
"Sebaiknya kau keluar," ucap Zaky pada Lina.Dengan wajah malu-malu Zaky menyembunyikan tubuhnya di belakang Nanda sembari berusaha keras menutupi beberapa bagian tubuhnya dengan tangannya, setelah baru saja menyadari bahwa dia tidak memakai apa pun di tubuhnya.Segera Lina menuruti perintah Zaky, dan berjalan keluar dari kamar itu, meski dengan hati yang mengganjal.Setelah Lina keluar, Zaky melepas pelukannya lalu menutup pintu kamar.Zaky memeluk kembali Nanda dan membawanya ke tempat tidur sambil mencoba menenangkannya."Kau baik-baik saja kan? Sudah jangan menangis."Ucap Zaky setelah mengamati tubuh Nanda dari ujung kaki hingga ujung kepala, dia tidak menemukan luka apa pun, hanya memar merah sedikit di bahunya yang mungkin tadi terbentur dinding."Tapi di sini sakit mas," keluh Nanda memegang lengannya yang sedikit memerah sambil mengusap air matanya.Zaky yang orangnya tidak tegahan, segera mengelusnya sambil meniup-niu
Apa yang sebenarnya terjadi adalah, beberapa bulan yang lalu, saat setelah usaha Zaky bangkrut dan mereka kekurangan uang, Lina menceritakan apa yang sedang terjadi pada salah satu sahabatnya, saat itulah sahabatnya menyarankan untuk kembali bernyanyi."Coba saja kembali menyanyi, kamu punya suara yang disukai banyak orang, jadi meskipun kamu sudah lama tidak bernyanyi mereka pasti masih mau menerimanya, tidak apa jika tidak bisa seaktif dulu, kamu juga pasti sibuk mengurus anakmu, jadi hanya sesekali manggung saja akan cukup untuk memenuhi kebutuhan kalian."Begitu ucap Cindy, sahabatnya Lina yang masih setia dan selalu ada untuk Lina.Mereka saling mengenal sejak lama, saat Lina memulai kariernya sebagai penyanyi, keduanya dipertemukan dan berjuang bersama sampai akhirnya sukses bareng.Namun, karier Lina 7 tahun sebagai penyanyi yang cukup terkenal dia tinggalkan begitu saja setelah menikahi Zaky."Maaf Cin, tidak jadi, mas Zaky melarangny
Prang!Piring yang berisi nasi dan lauk di atasnya, terjatuh dan membentur lantai dengan sangat keras, piring berwarna putih bening itu pecah menjadi beberapa bagian bersama isinya yang juga ke mana-mana mengotori lantai yang tadi pagi Lina pel.Nanda kesal dan marah karena Zaky terlalu lama menghabiskan waktu bersama Lina di dalam kamar, dia cemburu sampai akhirnya dia sengaja menjatuhkan piring milik Zaky yang baru beberapa sendok Zaky memakannya.Zaky berpesan pada Nanda bahwa dia hanya sebentar, jadi Nanda memutuskan untuk menunda makan meski dia masih kelaparan, berharap bisa memulai dan mengakhiri makan bersama Zaky, tapi ternyata tidak seperti yang Zaky katakan, Nanda menunggu cukup lama, dan Zaky tak kunjung keluar dari kamar itu, Karena itu, Nanda melakukan sesuatu yang bisa membuat Zaky kembali dan menemaninya."Nanda, apa yang terjadi?" teriak Zaky.Masih dengan nafas yang tersengal Zaky tiba di samping Nanda, dia mencoba membangunkan Na
"Mas, mbak Lina kenapa lama sekali? Aku sudah tidak sabar ingin sekali makan mangga muda."Sudah 1 jam lebih tapi Lina masih belum pulang, 2 orang yang sedang menunggu Lina beberapa kali menatap ke arah pintu berharap sosok Lina muncul."Mungkin sedang antre, dia juga tidak membawa motor, mangkanya sangat lama," jelas Zaky menenangkan Nanda yang wajahnya tampak cemberut.keduanya sedang bersantai di depan TV sambil tiduran, dengan Nanda berada di pelukan Zaky, kepalanya yang kecil bersandar di lengan Zaky.Tidak lama keduanya kembali fokus pada layar TV, mereka sedang menonton sebuah ajang pencarian bakat menyanyi, dengan salah satu jurinya adalah penyanyi terkenal yang masih muda dan tampan, dan tatapan Nanda terus berfokus pada pria itu, mulai dari acara itu dimulai."Mas, aku ngefans banget sama dia."Nanda menunjuk pada juri muda tampan itu, dan mengatakannya dengan mata berbinar."Kamu mengenalnya?" Bukankah selama ini kamu di lu
Lina meletakkan keresek berwarna hitam yang berisi 3 buah mangga di ruang tamu, tepat di samping Zaky, segera setelah dia sampai di rumah.Wajahnya terlihat pucat dan kelelahan, dengan keringat menetes dari dahinya yang putih. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Lina segera menuju ke kamarnya.Namun, saat dia baru berjalan 2 langkah, Zaky mengatakan sesuatu yang membuatnya terpaksa menghentikan langkahnya. "Lin, ada yang ingin aku katakan."Lina menoleh dengan wajah kesal, namun dia segera menjawabnya. "Mas, aku capek, nanti saja."Suasana tiba-tiba sunyi, hanya terdengar suara dari TV karena jawaban Lina yang tak terduga.Saat Lina menunggu persetujuan dari Zaky, dia melirik Zaky dan mendapati Nanda yang sedang menyikut-nyikut lengan Zaky, sampai akhirnya Zaky membuka mulutnya lagi."Tapi ini sangat penting Lin."Melihat itu Lina menjadi kesal, dia jadi paham bahwa Nanda lah yang membuat Zaky terus memaksanya."Maaf mas, tapi a
"Nanda, bisa kah kamu membantu? Tinggal sedikit saja, tolong lanjutkan."Sambil menggendong Fahmi yang menangis, Lina menghampiri Nanda yang sedang menonton TV."Mbak, tubuhku gambang lelah, karena aku hamil jadi aku tidak boleh banyak bergerak."Padahal Lina hanya memintanya untuk mengeringkan pakaian dengan cara menjemurnya di jemuran yang lokasinya di samping rumah.Seperti yang dikatakan Zaky kemarin, mereka membuka jasa cuci baju, dan itu segera terealisasikan, berkat ide Lina dalam berpromosi, selain berpromosi secara online, dia juga menyuruh Zaky memasang pamflet besar yang dipasang di depan rumah dan juga menyebar tempelan poster-poster di beberapa tempat.Sudah seminggu berlalu, awalnya hanya 1 atau 2 orang yang menggunakan jasa mereka, tapi semakin lama makin banyak pelanggan, karena banyak pelanggan lebih menyukai mencuci baju secara manual pakai tangan dari pada pakai mesin cuci jadi banyak sekali yang berminat.Berkat itu, Lina
"Lin, kamu makin lama semakin tidak sopan, aku ini masih suamimu, dosa besar kamu Lin!" bentak Zaky.Dia tidak terima diabaikan, selama ini tidak pernah sekalipun Lina mengabaikannya, Lina adalah sosok istri yang penurut dan selalu mengalah, tapi akhir-akhir ini Zaky merasa sikap Lina semakin berubah, tidak seperti Lina yang dulu."Mas, aku capek mas, jadi tolong berhenti."Setelah mengatakan itu, Lina kembali melanjutkan langkahnya. Dia membaringkan tubuhnya yang kelelahan di tempat tidur, kemudian memeluk Fahmi, dan mulai memejamkan matanya perlahan.Brak!Zaky membanting pintu kamar dengan sangat keras, wajahnya penuh amarah dan dia masih tidak terima diabaikan.Suara keras bantingan pintu dari Zaky berhasil membuat Fahmi terbangun, menangis menjerit karena kaget dan ketakutan. Segera Lina menggendongnya dan mencoba menenangkannya.Tapi Zaky tidak peduli, dia tidak merasa bersalah sedikit pun, dan tetap memasang wajah penuh amarah
"Akh! Sakit ... Mas Zaky tolong aku," ucap Nanda meringis kesakitan dengan ponsel yang menempel di telinganya. Dia baru daja menghubungi Zaky.Dengan posisi terduduk di lantai Nanda berteriak mengatakan kesakitan pada Zaky dari balik ponselnya. Darah merah mengalir sangat banyak dari kemaluannya.Lina masih berdiri diam dengan bingung dan gelisah melihat apa yang terjadi pada Nanda di depan matanya, apalagi setelah melihat darah yang sangat banyak mengalir menodai lantai yang berwarna putih."Ada apa sayang? Kamu kenapa?" suara Zaky terdengar gugup dari balik telepon. Nanda sengaja melospiker agar Lina bisa mendengarnya."Mas, aku jatuh dan berdarah, mbak Lina baru saja menendangku sampai jatuh. Tolong cepat pulang mas, aku sakit banget dan sudah tidak tahan," ucap Nanda sesenggukan sambil menangis. Sesekali matanya melirik ke arah Lina yang masih kebingungan."Iya, iya, aku akan segera pulang. Aku akan menghubungi mbak Hesti duku agar kamu bisa segera dibawah ke rumah sakit," suara g
"Dasar pelacur!"Tidak lama suara pintu dibanting dengan sangat keras. Nanda berdiri menatap Lina dengan tatapan penuh emosi.Plak!Tamparan keras mendarat dipipi Lina yang mulus, disudut bibirnya tampak darah merah segar."Siapa kamu sampai berani mengataiku pelacur?" teriak Nanda tepat di depan wajah Lina.Memegang pipinya yang perih Lina membalas tamparannya.Plak! Plak!2 kali tamparan di pipi kanan dan kiri."Kamu memang pelacur, kalau bukan pelacur lalu apa? Sudah mengambil suami orang tapi masih saja cari pria lain dan berselingkuh," balas Lina.Wajah Lina memerah penuh emosi, dia tidak menyangka akan di tampar oleh seseorang yang jauh lebih muda darinya, wanita rendahan yang levelnya jauh dari dia, pwrempuan dengan wajah yang terlihat pilos namun ternyata beracun."Aduh, sakit ... Jangan mengfitnahku mbak, siapa yang selingkuh?" Nanda berkata sambil meringis menahan rasa sakit akibat tamlaran Lina, wajahnya tampak kaget tapi dia masih berusaha keras memasang wajah tenang, mesk
Sebuah cairan hangat berwarna merah menempel ditangan Nanda, meski tidak banyak, tapi wajah Nanda terlihat menjadi ketakutan dan bingung."Bang, aku takut, aku tidak bisa lagi melanjutkannya."Dengan kekuatan yang masih tersisa, Nanda menyingkirkan pria itu, dia berdiri dan berjalan menuju ke kamar mandi.Sebenarnya pria itu masih ingin melanjutkannya lagi, tapi melihat ekspresi Nanda dia terpaksa menghentikannya, ekor matanya yang memerah mengikuti Nanda lalu melirik darah merah yang menodai seprei di bawahnya yang berwarna putih."Brengsek!" Tangannya yang terkepal memukul keras kasur kemudian dia membanting tubuhnya dengan kasar, dia atas seprei itu, tanpa peduli noda yang akan mengotori tubuhnya."Apa ini?" Tubuh Nanda gemetar hebat, keringat mengucur deras dari dahinya, melihat darah ditangannya yang masih menetes, beruntung saat dia menyentuh vaginanya tidak ada darah lagi yang keluar, hanya ada sisa yang menempel di sela-sela pahanya, meski
"Nanda selingkuh,” ucap Lina langsung.Mendengar ucapan Lina, Hesti hanya diam membisu, kedua bola matanya memancarkan aura seram menatap Lina yang tepat di depannya.Ponsel milik Lina yang sudah ada dalam genggaman tangannya, dia serahkan kepada Hesti yang masih menatap kosong padanya."Mbak, itu buktinya, silakan mbak lihat sendiri."Satu persatu Hesti melihat semuanya, mulai dari foto hasil jepretan Lina yang baru saja dia lakukan secara diam-diam, juga semua foto hasil screenshots chat Nanda dengan semua pria, Hesti melihat semuanya.Berulang kali Hesti melihatnya, mengulang-ulang satu persatu seolah-olah masih belum bisa mempercayainya, dengan air mata yang jatuh satu persatu. Benar, Hesti menangis, tepat di hadapan Lina. Sama seperti Zaky yang jarang memperlihatkan air matanya di depan orang lain, Hesti juga begitu.Buru-buru Lina mengambil tisu dan mengusap air mata yang membasahi pipi Hesti."Dari awal bertemu dengannya aku sudah tida
"Bang, tolong fokus menyetir."Nanda menyingkirkan telapak tangan pria itu yang tebal dari dadanya.Kaosnya yang ketat sudah terlepas, yang tertinggal hanya bra warna merah muda dengan satu tali yang juga putus, dada berukuran standar dengan puting berwarna cokelat terpampang jelas.Tidak lama setelah keduanya masuk ke dalam mobil, pria itu langsung memulai aksinya, hanya karena godaan kecil dan sentuhan ringan dari Nanda, wajahnya menjadi memerah dan terlihat sangat bernafsu.Melepas paksa kaos Nanda, dan menarik bra dengan kasar, sampai talinya terputus, padahal itu bra baru yang seminggu lalu dibelikan Zaky sebagai hadiah, tapi hanya dengan satu tarikan dari pria itu, tali branya terputus begitu saja.Keduanya berciuman panas di dalam mobil dengan kedua tangan pria itu yang tanpa henti menjelajahi area sensitif Nanda, sampai akhirnya mereka berhenti sebentar setelah merasa tempatnya semakin ramai dan beberapa orang mulai mengawasi me
"Apa itu mbak?"Nanda sudah berdiri tepat di samping Lina, tangannya yang dingin setelah mandi menyentuh pundak Lina yang menunduk, membuat Lina segera mengangkat kepalanya."Apa?" Lina yang kaget bertanya balik sambil menyingkirkan tangan Nanda.Suara Lina terdengar marah hingga membuat Nanda tanpa sadar melangkah mundur darinya."Maaf, mbak menunggu lama ya? Maaf, sudah membuat mbak menunggu, aku tidak tahu bahwa mbak juga belum mandi."Hati Lina menjadi lega, ketakutan yang tadi menyelimutinya menghilang begitu saja setelah mendengar ucapan Nanda. Ternyata perkiraan Lina salah, dia mengira akan ketahuan dan gagal, tapi ternyata Nanda berpikir lain."Iya kamu lama sekali, aku menunggu sangat lama." Lina berbohong dan berpura-pura mengikuti jalan pikiran Nanda, dia yang tadinya ketakutan dengan percaya diri menjawabnya."Maaf mbak," ucap Nanda, sebelum akhirnya dia masuk ke dalam kamar.Memastikan Nanda sudah memasuki kamarnya
"Mungkin larut malam aku baru pulang, aku minta tolong padamu untuk tidak memarahi Nanda lagi dan membuatnya tersinggung, lalu kabur lagi seperti kemarin," bisik Zaky pada Lina saat Lina sedang mencium tangannya, berpamitan. Kedua istri sedang mengantar kepergian suami mereka di depan rumah, jika di lihat dari jauh tampak seperti keluarga bahagia.Pagi sekali, Nanda dan Zaky membuat obrolan berdua di dalam kamar setelah keduanya membuka mata.Nanda mengatakan bahwa dia kemarin dimarahi Lina, dihina dan direndahkan oleh Lina, dia sangat tersinggung dengan kata-kata yang diucapkan Lina, karena merasa sedih, jadi dia keluar untuk menenangkan pikirannya, dan kebetulan bertemu dengan teman lamanya lalu mereka berjalan-jalan dan makan-makan, alasan kenapa lama dan sampai larut, karena sedang hujan deras dan mereka lupa karena saking lamanya tidak bertemu jadi mereka menghabiskan waktu sampai tak berasa sampai larut malam."Sebenarnya kemarin aku juga tidak bermaksud m
"Bang, turun in di sini saja."Pakaiannya kusut, dan ada robekan kecil di bagian kerah dekat dadanya."Ambil ini!" Pria yang dipanggil abang itu menyerahkan kantong keresek kecil berwarna transparan, terlihat box kecil berwarna putih dengan gambar iPhone."Terima kasih abang sayang."Wanita itu lalu mengecup bibir hitam pria itu sebagai ucapan terima kasih , dengan mata yang berbinar senang, wanita itu lalu keluar dari mobil dengan penuh semangat.Brak! Suara dia menutup pintu mobil.Tepat setelah dia keluar, sosok pria jakun terlihat dari kejauhan sedang berlari ke arahnya lalu memanggil namanya. "Nanda!"Zaky dengan senyum lega berlari ke arah Nanda, dan sesampainya, dia segera memeluk tubuh Nanda dengan pakaiannya yang basah kuyup, tanpa peduli tatapan orang-orang sekitar, yang menatap mereka seperti sebuah tontonan drama."Jangan tinggalkan aku Nanda," suara terisak Zaky penuh keluh.Nanda yang kaget dan tidak menyan
"Lin, kamu makin lama semakin tidak sopan, aku ini masih suamimu, dosa besar kamu Lin!" bentak Zaky.Dia tidak terima diabaikan, selama ini tidak pernah sekalipun Lina mengabaikannya, Lina adalah sosok istri yang penurut dan selalu mengalah, tapi akhir-akhir ini Zaky merasa sikap Lina semakin berubah, tidak seperti Lina yang dulu."Mas, aku capek mas, jadi tolong berhenti."Setelah mengatakan itu, Lina kembali melanjutkan langkahnya. Dia membaringkan tubuhnya yang kelelahan di tempat tidur, kemudian memeluk Fahmi, dan mulai memejamkan matanya perlahan.Brak!Zaky membanting pintu kamar dengan sangat keras, wajahnya penuh amarah dan dia masih tidak terima diabaikan.Suara keras bantingan pintu dari Zaky berhasil membuat Fahmi terbangun, menangis menjerit karena kaget dan ketakutan. Segera Lina menggendongnya dan mencoba menenangkannya.Tapi Zaky tidak peduli, dia tidak merasa bersalah sedikit pun, dan tetap memasang wajah penuh amarah