Share

19. Keputusan Abah

Ponsel itu sudah tak berdering lagi saat aku masuk ke kamar. Segera aku raih untuk mengeceknya. Tertera di sana 2 panggilan tak terjawab yang semuanya berasal dari Mas Andra. Mau apa dia menelepon? Kalau mau datang, harusnya ia tak perlu memberitahu dulu. Beberapa menit aku tunggu, kalau-kalau ia menelepon lagi. Namun, ponselku tak juga kunjung berdering lagi. Sedikit kesal, aku segera memencet nomornya. Dalam hitungan detik, panggilanku diangkat.

“Halo, Nai. Kamu tadi ke mana? Mas telepon berkali-kali, kok kamu gak angkat?” sapa Mas Andra.

“Mau apa menelepon?” Aku tak menggubris ucapannya sedikit pun.

“Ehm, itu … kalau seminggu lagi aja Mas ke sana, gimana?” tanya Mas Andra ragu.

Aku mendesah. Padahal semalam aku sudah menegaskan kalau dia harus secepatnya datang ke sini. Kalau tidak, akan lain lagi ceritanya. Mas Andra ternyata tak menganggap ucapanku dan Abah serius. Mungkin ia pikir aku hanya sekadar menggertak saja.

“Apa lagi alasanmu sekarang, Mas?” tanyaku geram.

“Kamu jan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status