Setelah menghabiskan malam dengan pria yang ingin dia hindari, Walanda justru dihadapkan dengan sikap aneh pria tersebut. Sosok yang biasa kasar dan penuh amarah meski sedang dalam berhubungan badan, sosok itu justru saat ini terlihat lebih lembut dengan sikap yang begitu hangat.Bahkan, sampai pagi menjelang pun, pria itu bersikap tidak seperti biasanya. Sungguh, Walanda tidak percaya akan perubahan yang sangat berbeda pada pria itu. Hingga dia pergi dari apartemen, pria itu masih memperlakukan Walanda dengan baik."Kamu masih di sini?" tanya Walanda, begitu sampai rumah sakit, wanita itu melihat sosok pria yang semalam menawari bantuan, sudah duduk di kursi tunggu, depan ruang rawat inap temannya. Jasuke menoleh, lantas dia tersenyum. "Kenapa? Kaget aku sudah ada di sini?" tanyanya santai.Wanita itu segera duduk dan mengurungkan niatnya untuk menjenguk sahabatnya. "Ya pasti kaget lah. Katanya kamu mau bantuin aku, tapi kamu sama sekali tidak kelihatan batang hidungnya. Eh, tahu-ta
Setelah selesai makan, Mato dan dua dewa berwajah kembar segera pergi dari tempat tersebut, begitu urusan pembayaran makanan juga selesai dilakukan. Saat ini mereka hanya tinggal menuju ke rumah karena tidak ada lagi yang harus mereka lakukan.Semua kebutuhan sudah mereka beli, jadi ketiganya memutuskan pulang untuk istirahat sekaligus mencoba benda baru yang saja di beli Zano dan Nano. Mato berkali-kali menunjukan rasa herannya kepada dua sosok majikannya itu, atas apa yang mereka lakukan dengan ponsel baru mereka.Tanpa mereka sadari, tak jauh dari keberadaan mereka, ada lima sosok pria yang mengikuti ketiganya. Kelima pria itu sudah memastikan kalau yang mereka lihat dan ikuti saat ini memang tidak salah orang. Saat itu juga kelimanya langsung mendapat perintah dari ketua mereka untuk beraksi.Kelima pria yang tergabung dalam kelompok Naga merah, tentu saja dengan senang hati menerima tugas yang diberikan kepada mereka. Ada imbalan yang tidak sedikit jika mereka berhasil menjalanka
"Hey! Mereka berhenti!" teriak seseorang dari lima pria yang mengikuti sebuah mobil."Kenapa mereka berhenti di sana?" rekan dari orang itu, yang duduk di belakangnya bertanya, dengan tatapan heran, ke arah mobil yang baru saja berhenti pada suatu tempat."Ah, iya, benar juga. Kenapa dia berhenti di sana? Apa mereka tahu, kalau mereka sedang diikuti?" pria yang tadi berteriak jadi penasaran karena ucapan rekannya."Ngapain pake tanya!" teriak yang lainnya. Dengan sengaja tiga motor yang dikendarai oleh para pria itu, berjalan secara berdampingan. "Yang penting kan, target kita sudah ada di depan mata! Kita tinggal tangkap, dan nggak pusing untuk mencarinya!""Oh iya, kenapa aku nggak kepikiran ke sana." rekan yang lain nampak terkejut dengan kebodohannya sendiri."Udah, kita dekati mereka sekarang, cepat!"Mereka segera saja mendekat ke tempat mobil yang sudah diam terparkir di salah satu tempat yang memang cukup sepi. Meskipun ada beberapa kendaraaan yang melewati jalur tersebut, tap
Jasuke kembali ke rumah sakit dengan pikiran yang bercabang. Dia melhat waktu yang ada di sana. Sekarang sudah menunjukan siang, bahkan hampir menuju tengah hari . Jasuke seketika berpikir keras, mencari alasan, agar dia bisa pergi ke markas Nega merah untuk menjalankan misi lainnya."Kamu mau kemana?" Walanda, wanita yang sedari tadi menempel terus pada Jasuke, sontak bertanya, begitu matanya menangkap sosok pria yang bersamanya bangkit dari duduknya."Aku harus pergi, ada sesuatu yang harus aku kerjakan," jawab Jasuke."Tapi kamu nanti kembali lagi ke sini kan?" Walanda kembali melempar pertanyaan dengan tatapan penuh harap."Tidak tahu, kita lihat saja nanti," Jasuke pun menjawab sambil bersiap untuk pergi. Namun saat kakinya hendak melangkah, Walanda mencegahnya dengan meraih tangan Jasuke."Aku harap kamu nanti kembali lagi ke sini. Kalau bukan kamu yang menolong, lalu kami akan meminta pertolongan pada siapa?"Jasuke tertegun. Dia diam dalam kebimbangan. Meski dia memang berniat
Jasuke pulang dengan pikiran yang cukup kalut. Setelah mendengar kenyataan kalau Dick sudah pergi tanpa jejak, membuat Jasuke kesal dan juga kecewa pada dirinya sendiri. Jasuke tidak menyangka kesempatan untuk menangkap Dick kembali sirna."Kamu kenapa?" salah satu dewa yang tinggal bersamanya nampak terkejut dengan kedatangan Jasuke dalam keadaan tak seperti biasanya. bukan hanya Zano, Nano pun juga menujukkan reaksi yang sama, begitu Jasuke muncul secara tiba-tiba di ruang tengah tempat tinggal mereka.Beruntung, di sana tidak ada Mato. Anak muda itu memilih pulang ke rumah begitu kembali dari bepergian. Pemuda itu mendepat pesan dari sang kakek untuk pulang sejenak karena sang kakek sedang butuh bantuannya."Sepertinya, kita kehilangan jejak Dick lagi," Jasuke membuka suaranya dengan lesu. Apa yang dikatakan sosok dewa itu tentu saja sangat mengejutkan sosok dewa lainnya."Kehilangan jejak Dick, maskudnya bagaimana?" tanya Nano menatap penuh selidik.Jasuke sendiri terkulai di atas
"Apa mereka sedang membicarakanku?" Jasuke bergumam dengan raut wajah yang cukup terkejut l, begitu mendengar pertanyaan dari wanita yang terbaring di atas ranjang kepada temannya yang baru datang. "Kalau memang benar, waduhh! Gimana caranya aku bisa menunjukan wajahku di hadapan mereka?"Untuk beberapa saat Jasuke termenung sembari menyaksikan dua wanita yang sedang menikmati hidangan sembari bercerita. Semakin kesini, semakin jelas kalau sosok yang sedang dibicarakan dua wanita itu memang Jasuke. "Sayangnya, aku sama sekali tidak tahu nama pria itu siapa," sesal Walanda, "Padahal dari semalam sampai tadi pagi, kita ngobrol banyak. Kok bisa-bisanya aku lupa menanyakan namanya."Matilda tersenyum cukup lebar. "Apa pria itu sangat tampan? Sampai kamu lupa menanyakan hal sepenting itu?" tanyanya heran."Dia pria yang sangat sempurna," Walanda menjawabnya dengan mata berbinar dan pikiran yang menerawang, membayangkan saat-saat dirinya sedang berbagi keringat dengan Jasuke tadi pagi."
Jasuke sempat menggelengkan kepalanya beberapa kali. Sosok dewa itu terlihat heran dengan tingkah wanita yang dipanggil Modusa kepada wanita lainnya yang sedari tadi menangis. "Ternyata jahatnya manusia berwujud wanita juga tak kalah mengerikan dari manusia berwujud pria," gumamnya.Dari perdebatan yang didengar Jasuke, jelas sekalli dapat disimpulkan kalau Modusa ingin memisahkan sepasang suami istri dengan cara yang cukup licik. Wanita itu bahkan terang-terangan mengakui rencananya kepada wanita lain yang suaminya sedang dia incar."Sekarang kamu tunggu aja Mas Oto menceraikan kamu. Aku yakin, setelah ini, dia tidak ingin mempertahankan rumah tangga bersama kamu, Lavena," Modusa menyeringai. Lalu wanita itu pergi begitu saja meninggalkan wanita yang sedang menahan amarahnya.Begitu Modusa keluar dari ruangan, tangis Lavena kembali pecah. Dia terlihat sangat frustasi dengan apa yang dia alami saat ini. Jasuke hanya bisa menatapnya sembari berpikir, mencari jalan agar dia bisa menolo
"Aduh, ada apa dengan tanganku?" keluh seorang pria yang saat itu sedang memegang jarum suntik dan hendak menusukan jarum itu ke dalam selang infus yang tertancap pada tangan seorang wanita. Pria bermasker itu nampak kaget dan juga kebingungan saat merasakan ada yang berbeda dengan tangannya."Kenapa? Cepat lakukan tugas kamu!" pria berkepala botak yang saat itu sedang membekap mulut wanita juga agak terkejut dengan sikap yang ditunjukan pria suruhannya. Namun pria botak itu tidak sabar dan kembali memberi perintah pada orang suruhannya agar cepat melaksanakan tugas yang dia berikan."Tanganku tidak bisa digerakan, Tuan," pria bermasker menjawab dengan jujur. Tangan yang memegang jarum suntik, memang susah untuk digerakan. Pria itu merasakan ada sesuatu yang menahannya dengan kuat sampai tangan itu sama sekali tidak bisa berkutik."Jangan bercanda kamu!" Lukito jelas saja tidak percaya begitu saja. Meski matanya juga menyaksikan dengan jelas pria bermasker itu berusaha menggerakan ta
Setelah terjadi percakapan yang cukup panjang dengan kedua rekan dewanya, saat ini Jasuke memilih duduk menyendiri, merenungi semua nasehat yang menghampiri dirinya. Saran dan nasehat dari dua dewa berwajah kembar, cukup membantunya untuk merenung agar Jasuke bisa mengambil pilihan yang tepat.Jasuke duduk termenung sembari menatap langit. Pikirannya menerawang pada semua hal yang telah dia lalui. Jasuke membandingkan dirinya sendiri, kala dirinya masih bertugas menjadi dewa dengan saat dia menjalani kehidupan layaknya manusia.Cukup lama sosok dewa itu merenung di halaman rumahnya. Bahkan dia merasa bosan kala jalan pikirannya terasa buntu karena sama sekali tidak menemukan solusi yang tepat menurutnya. Jasuke pun kembali berpikir untuk mengalihkan dilema yang bergelayut dalam benaknya."Apa sebaiknya aku pergi ke rumah Lavena saja ya?" gumamnya kala teringat satu nama wanita yang akan menjadi tempat terakhir Jasuke untuk menanam benih. "Benar, sebaiknya aku ke sana. Mungkin saja
Dick terduduk dengan perasaan yang sangat kacau. Matanya menatap nanar ke arah cahaya merah yang mengandung kekuatan besar, yang baru saja dia miliki. Dick tidak menyangka, kekuatan yang sangat dia harapkan, hanya sekejap bersarang pada tubuhnya. Marah dan menyesal kini berbaur dalam benak sosok dewa itu. Dick menyesal bukan karena kesalahannya yang telah berbuat curang kepada rekan sesama dewa, tapi Dick menyesal, karena dia memilih terlebih dahulu datang ke markas naga merah demi menguasai kelompok tersebut.Dick berandai-andai, jika dia memilih untuk langsung menyerang dunia para dewa, mungkin nasibnya tidak seburuk ini. Dick masih memiliki kesempatan besar untuk membalaskan dendamnya. Bahkan, bisa saja dia berhasil mewujudkan keinginannya itu berkat kekuatan besar yang dia miliki.Namun sayang, harapan tinggal harapan. Dick sudah tidak bisa berkutik lagi karena saat ini dia sudah tidak berdaya sama sekali. Dick bahkan merasa kekuatan lain yang dia miliki juga ikutan lenyap bersam
"Apa yang terjadi? Kenapa ruangan menjadi gelap begini?" tanya Nano disela-sela dirinya sedang mencari keberadaan Mato. Sosok dewa itu nampak terkejut dengan perubahan keadaan yang berlangsung mendadak di depan matanya. Ruangan yang tadinya nampak cerah karena cahaya matahari yang menembus dari atap kaca, tiba-tiba menjadi gelap dengan keadaan langit yang sangat mendung. Perubahan cuaca secara signifikan tersebut tentu saja membuat dua dewa yang ada dalam satu ruangan merasa heran."Apa mungkin, ini pengaruah dari kekuatan jahat yang ada dalam tubuh Dick?" tanya Zano menyimpulkan segala yang dia pikirkan sejak perubahan susana itu terjadi."Wah, bisa jadi itu! Jangan-jangan saat ini, Dick sedang mengeluarkan kekuatannya?" Nano mendadak panik kala mengungkapkan dugaannya yang tidak sengaja terbesit dalam pikirannya. "Bagaimana ini? Kita lanjutkan mencari Mato apa membantu Jasuke terlebih dahulu?"Zano menggeleng. "Aku tidak tahu. Saat ini keduanya sangat penting," jawabnya. Nano pun
Jasuke menyeringai. Sosok dewa itu sama sekali tidak merasa gentar kala matanya menangkap sosok Dick, yang penampilannya jelas sangat berbeda. Bahkan dalam benak Jasuke, dia sudah tidak sabar untuk menaklukan dewa yang dia buru, sejak beberapa waktu yang lalu.Sebenarnya Jasuke bukan baru datang ke tempat itu. Dia sudah sejak beberapa waktu yang lalu, sampai di markas Naga merah. Jasuke dan dua dewa berwajah kembar memilih fokus mencari keberadaan Mato, yang kemungkinan berada di salah satu ruangan, setelah tadi mereka mendapat surat ancaman.Namun, kala mereka memasuki ruang utama markas tersebut, Jasuke dikejutkan dengan suara perdebatan. Jasuke pun penasaran dengan apa yang terjadi di sana. Dia dan dewa berwajah kembar, memilih mendekat ke ruang yang nampak ramai dengan persebut. Namun Betapa terkejutnya Jasuke kala dia mengetahui, siapa yang sedang berdebat di sana.Jasuke sempat terperangah melihat keadaan Dick yang jauh berbeda. Bahkan, dari penampilannya saja, Jasuke sudah me
Empat sosok dewa masih berbincang sampai detik ini. Mereka membahas sesuatu yang menurut mereka penting sangat penting.Mereka berbagi pendapat dalam persiapan menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi jika sosok dewa yang menjadi buruan mereka, datang dan mengusik ketenangan dunia dewa.Pyar!Tiba-tiba sebuah suara keras, terdengar dari arah halaman depan rumah. Keempat dewa tentu saja kaget mendengar suara tersebut. Tanpa pikir panjang salah satu dari mereka, bangkit dan beranjak keluar untuk mengecek keadaan."Apa ini?" gumam salah satu sosok dewa sembari memungut sesuatu yang tergeletak di atas rumput. Di sana, sosok dewa itu juga menyaksikan salah satu tempat tanaman hias yang terbuat dari tanah liat, nampak pecah dan tanahnya berserakan.Setelah memungut sesuatu yang dia temukan, Sosok dewa itu kembali beranjak masuk untuk menunjukan benda yang dia bawa. "Apa yang pecah, Zano?" tanya Nano begitu melihat Zano menghambiri ketiga dewa lainnya."Tempat tanaman yang ada di at
"Orang rumah pada kemana? Kok sepi?" Jasuke nampak terkejut begitu dirinya sudah sampai di kediamannya dan rumah terlihat sepi.Mata Jasuke mengedar ke segala penjuru ruangan, tapi hanya hening yang dia dapatkan. Jasuke pun berteriak memanggil dua nama dewa. Sekian detik dia berteriak, sama sekali tidak ada sahutan."Apa mereka sedang pergi?" gumam Jasuke sembari mendaratkan pantatnya di atas sofa. Dia merogoh kantung jubah yang dia kenakan dan mengeluarkan ponsel miliknya. "Astaga! Ponselnya mati," keluhnya baru sadar. Entah ponsel miliknya mati sejak kapan, Jasuke sama sekali tidak mengetahuinya. Namun bukannya segera menambah daya, Jasuke malah meletakan ponsel tersebut di atas meja dan dia merebahkan tubuhnya."Mungkin mereka sedang pergi, biarin aja lah," Jasuke kembali bergumam dan dia memilih bengong di sana. Namun, tak lama setelah itu, Jasuke malah dkejutkan dengan kedatangan sosok yang dia kenal secara tiba-tiba dan sudah berdiri di hadapannya."Mahedewa!" pekiknya. Jasuke
Jasuke terdiam sembari mendaratkan pantatnya di tepi ranjang. Sesekali dia memperhatikan wajah wanita yang terlelap di atas ranjang tersebut. Dia begitu Cantik dan kelihatan masih muda. Saat itu juga Jasuke kembali teringat akan sikap wanita itu yang mendadak marah hanya karena candaannya.Jasuke masih diselimuti rasa heran dengan banyak pertanyaan dalam benaknya. Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang dengan mudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati seorang pria, hanya karena wajah pria yang tampan. Apa semua wanita seperti itu.Namun kala Jasuke kembali mengingat semua kejadian yang telah dia lalui, terutama yang terhubungan dengan wanita, Jasuke malah jadi senyum-senyum sendiri kala menyimpulkan sebuah fakta, memang beberapa wanita selalu ingin kembali bercinta dengannya dengan alasan yang sama, yaitu, wajah Jasuke yang sangat tampan."Tuan Jas, Nikmatilah tubuh saya, Tuan, Ayok, Aku siap," tiba-tiba Lucia mengigau dan tentunya Jasuke kaget mendengarnya. Sosok dewa yang tadi se
Pada akhirnya Jasuke dibuat bimbang karena isengnya. Wanita yang telah dia tolong, justru terlihat agresif dalam menanggapi ucapan Jasuke yang berawal dari candaan. Jasuke bahkan sampai terdiam untuk beberapa saat, mencari cara untuk mengatasi masalah yang menurutnya cukup rumit dan membuat Jasuke berpikir keras."Kenapa anda malah diam? Apa anda sedang berpikir untuk mencari alasan agar bisa pergi dari sini dan menghindari saya?" tuduhan Lucia membuat Jasuke seketika tersentak. "Baiklah. Mungkin memang anda ingin menghindar dari keadaan seperti ini, sebaiknya aku masuk kamar."Belum sempat Jasuke mengeluarkan suaranya, Lucia terlebih dahulu beranjak meninggalkan Jasuke di ruang tamu. Jasuke pun semakin merasa tidak enak hati karena telah mengecewakan si pemilik rumah.Setelah lama terdiam dengan merenungi apa yang baru saja terjadi, begitu Lucia masuk kamar, Jasuke pun memilih beranjak menuju kamar yang sudah disediakan Lucia untuk dirinya beristirahat serta menjalankan misinya.Se
Pada akhirnya malam ini Jasuke harus menginap di rumah Lucia. Demi sebuah misi yang sebentar lagi akan berakhir, sosok dewa itu tidak ada pilihan lain lagi, yang bisa dia gunakan selain bermalam di rumah wanita yang dia tolong. Setelah banyak hal yang dia bicarakan dengan sepasang suami istri yang hendak dia tolong, Saat ini Jasuke sudah kembali berada di rumah Lucia."Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri? Apa ada sesuatu yang sangat menyenangkan, sampai kamu tersenyum sendiri seperti itu?" tanya Jasuke kala matanya menangkap raut wajah Lucia yang nampak bahagia. Sedari tadi diam-diam, Jasuke memang memperhatikan tingkah wanita muda yang bersamanya saat ini.Lucia nampak kaget mendengar ucapan tamunya. Tapi itu hanya sebentar saja, karena selebihnya dia kembali tersenyum dan kali ini senyuman wanita itu cukup lebar. "Tentu saja saya tersenyum karena saya sedang merasa senang. Hari ini banyak kejadian yang membuat saya senang dan tentunya saya merasa sangat bahagia tanpa beba