Jasuke dan dua Dewa berwajah kembar tersenyum puas. Mereka tidak perlu turun tangan untuk membantu membongkar sandiwara wanita jahat, yang sedari tadi mereka ikuti. Wanita jahat itu sekarang dibuat tak berkutik gara-gara kejujuran sang dokter yang diajak kerjasama oleh wanita licik tersebut."Apa maksud, Dokter?" namanya wanita licik, dia akan selalu memiliki cara untuk menyelamatkan dirinya. Seperti saat ini, Modusa bertanya dengan memasang wajah bingung. Yang pastinya itu hanya bagian dari rencana dadakan wanita itu."Maksud Dokter bagaimana?" Oto yang juga mendengar ucapan sang dokter, ikut melempar pertanyaan karena pria itu penasaran, dengan alasan dokter mengatakan hal tidak terduga kepada Modusa.Dokter Natasha lantas tersenyum. "Tadi, wanita ini menemui saya, saat saya hendak melakukan pemeriksaan terhadap Nyonya Lavena. Dia meminta saya untuk memberikan informasi palsu tentang kondisi Nyonya Lavena kepada suaminya," dengan tenang Dokter Natasha membeberkan kebusukan Modusa.
"Akhirnya, tanpa kita turun tangan, masalah mereka selesai juga," ucap salah satu sosok Dewa, setelah menyaksikan sandiwara hidup manusia demi sebuah cinta dari manusia lainnya. Sosok Dewa itu bersama dua Dewa lainnya, merasa cukup lega dengan selesainya masalah yang hampir menghancurkan rumah tangga tersebut."Terus, apa yang akan kita lakukan di sini? Kan kita sudah tidak ada kerjaan?" sosok Dewa lainnya melempar pertanyaan"Kalau kalian mau pulang, ya udah. mending kalian pulang dulu. Aku akan tetap di sini karena aku harus mengikuti orang-orang ini sampai ke rumahnya," jawab Dewa lainnya yang akrab dipanggil Jasuke."Ngapain kamu ngikutin mereka ke rumah? Kan mereka sudah damai?" salah satu dewa berwajah kembar kembali melempar pertanyaan."Aku kan harus menanam benih ke dalam rahim wanita itu. Kalau aku tidak tahu rumahnya, bagaimana caranya aku bisa menanam benih nanti? Apa lagi aku harus nunggu waktu sampai tiga hari ke depan," jawab Jasuke, dan Dewa yang tadi bertanya nampak
Jasuke tertegun untuk beberapa saat. Matanya menatap wanita yang masih duduk di atas brangkar rumah sakit dengan senyum yang begitu ceria. Pertanyaan yang keluar dari mulut wanita itu cukup membuat Jasuke berpikir untuk beberapa saat."Apa kamu sadar dengan apa yang kamu katakan?" pertanyaan itu muncul setelah banyak pertimbangan yang keluar dari pemikiran Jasuke. Selain karena wanita itu sudah hamil, Jasuke tidak mau, benihnya terbuang sia-sia karena tidak sesuai dengan misi yang dia jalankan."Tentu saja saya sadar dengan ucapan saya tadi," jawab wanita bernama Matilda semakin antuias. Wanita yang tangan kirinya masih tertancap jarum infus itu kini malah menggeser tubuhnya lebih dekat ke arah Jasuke."Tapi kan kamu lagi hamil? Kalau kamu sedang tidak hamil sih, mungkin aku bisa pertimbangkan," Jasuke kembali membuat alasan yang sama untuk menolak keinginan wanita yang sudah dirasuki hasrat itu. "Apa kamu tidak percaya, kalau aku bakalan baik-baik saja?" Matilda juga tidak mau kal
Jasuke tidak menyangka, dia bisa melakukan percintaan dengan seorang wanita di saat tangan wanita itu masih tertancap jarum infus. Jasuke juga masih tidak percaya jika hasrat ternyata bisa muncul kapan saja dan dimana saja.Selama ini yang Jasuke tahu, hasrat akan muncul dan hubungan badan akan terjadi jika lawan jenis berada di atas ranjang, atau tempat tidur yang ada di rumah atau penginapan. Tapi setelah bercinta dengan Matilda, Jasuke sedikit bertambah pengetahuan kalau hasrat bisa terjadi dimanapun dan kapanpun."Terima kasih ya, Tuan, anda sudah mau bercinta denganku. Aku sungguh sangat bahagia karena bisa merasakan keperkasaan milik Tuan,," ucap Matilda yang sekarang sudah merapikan kembali pakaiannya meski lubang nikmat miliknya belum sempat dia bersihkan."Tidak perlu berterima kasih," balas Jasuke yang juga sudah nampak rapi dengan pakaian yang dia kenakan, "Aku justru khawatir kandungan kamu bakalan kenapa-kenapa nantinya," sambungnya.Matilda masih setia dengan senyumnya s
"Kamu kenapa?" tanya seorang wanita yang sedang merapikan diri dan beberapa barang miliknya karena beberapa menit lagi dia akan meninggalkan ruangan yang telah menjadi tempat istirhatnya dalam dua hari ini.Wanita yang akrab dipanggil Matilda itu nampak heran saat melihat wajah sahabatnya agak berbeda. Wajah sahabatnya tadi kelihatan ceria saat dia keluar dari ruang rawat inap tersebut untuk menangani segala seuatau yang bersangkutan dengan biaya rumah sakit. Namun saat sahabatnya kembali, wajahnya malah terlihat kesal."Apa kamu kesal dengan petugas rumah sakit?" Matilda kembali bertanya karena sikap sahabatnya cukup membuat wanita hamil itu agak penasaran."Ternyata semua laki-laki itu sama saja ya? Mereka pembohong," balas Walanda yang saat ini sudah duduk di atas sofa dengan rasa kesal yang mendadak muncul.Kening Matilda seketika berkerut dengan mata memperhatilkan sikap sahabatnya. "Apa Tuan Borne kembali berulah?" wanita itu lantas ikut duduk setelah semua barangnya sudah bere
Karena tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, akhirnya Jasuke memutuskan memberi alamat rumahnya kepada dua wanita yang akan keluar dari rumah sakit hari ini. Selain karena salah satu dari wanita itu yang memaksa, Jasuke juga merasa tidak enak karena wanita itu seperti terus menyindirnya.Awalnya Jasuke memang merasa semua nampak biasa saja. Namun makin kesini, salah satu dari wanita yang pernah dia tolong, menunjukan sikap yang agak lain. Sikap wanita yang akrab dipanggil Walanda itu, seperti sedang menahan kesal kepadanya. "Sepertinya salah satu dari mereka menyukai anda, Tuan," terka Venita, wanita yang sedari tadi memilih diam di saat Walanda dan Matilda menghampiri mereka. Namun sekarang Venita kembali bersuara setelah dua wanita itu pergi."Menyukai saya, maksud kamu?" dengan wajah yang nampak kaget, Jasuke melempar pertanyaan karena dia sungguh tidak mengerti atas ucapan yang keluar dari mulut wanita yang saat ini masih bersamanya.Venita sendiri malah tersenyum sebe
Jasuke nampak tercengang dengan apa yang baru saja dia dengar. Matanya sejenak menatap wanita yang baru mengatakan sesuatu, lalu mata itu dia alihkan arah pandangnya, kepada wanita yang duduk di sofa. Mendengar ucapan Zanda, Jasuke yakin kalau wanita yang duduk di ruang tengah sendirian dan sekarang sedang menatap kedatangannya, memiliki sebuah masalah yang cukup serius Dari ucapan Zanda juga, Jasuke mnyimpulkan kalau masalah yang menimpa wanita itu pasti ada hubungannya dengan kehamilan."Kenalin, Tuan, ini suadara saya, namanya Carica," ucap Zanda berikutnya begitu wanita yang dia kenalkan bangkit dari duduknya."Ini Tuan Jas, yang pernah aku ceritakan sama kamu beberapa waktu lalu," Zanda kembali bersuara sembari menatap wanita yang diakuinya sebagai sauadara.Wanita bernama Carica itu lantas tersenyum dan mengangkat tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan Jasuke. Sosok Dewa itu pun ikut tersenyum dan langsung menyambut tangan Carica.Keduanya saling menyebut nama dan Jasuke
Tepat dan sesuai yang sudah Jasuke duga, dua wanita yang pernah mengajaknya bercinta, kini kembali melakukan hal yang sama, tak lama setelah mereka selesai menikmati makan malam. Dua wanita bersuami itu sungguh sangat agraseif sampai membuat Jasuke menggelengkan kepalanya beberapa kali.Jasuke sendiri entah kenapa dia tidak sanggup menolak permintaan dua wanita yang katanya bersahabat telah lama itu. Hanya saja tadi Jasuke sempat merasa tidak enak hati karena di luar kamar yang digunakan untuk bercinta, ada seorang wanita yang duduk sendirian.Awalnya sebagai basa-basi, Jasuke meminta wanita itu untuk ikut bergabung dan bercinta dengan cara main tiga lawan satu. Tapi dengan halus, wanita itu menolak dengan alasan yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Padahal kalau boleh jujur, wanita bernama Carica sendiri sebenarnya sangat penasaran dengan permainan ranjang Jasuke. Apa lagi wajah Jasuke yang begitu tampan, mampu membuat khayalan Carica melambung tingggi, membayangkan tubuh teg
Setelah terjadi percakapan yang cukup panjang dengan kedua rekan dewanya, saat ini Jasuke memilih duduk menyendiri, merenungi semua nasehat yang menghampiri dirinya. Saran dan nasehat dari dua dewa berwajah kembar, cukup membantunya untuk merenung agar Jasuke bisa mengambil pilihan yang tepat.Jasuke duduk termenung sembari menatap langit. Pikirannya menerawang pada semua hal yang telah dia lalui. Jasuke membandingkan dirinya sendiri, kala dirinya masih bertugas menjadi dewa dengan saat dia menjalani kehidupan layaknya manusia.Cukup lama sosok dewa itu merenung di halaman rumahnya. Bahkan dia merasa bosan kala jalan pikirannya terasa buntu karena sama sekali tidak menemukan solusi yang tepat menurutnya. Jasuke pun kembali berpikir untuk mengalihkan dilema yang bergelayut dalam benaknya."Apa sebaiknya aku pergi ke rumah Lavena saja ya?" gumamnya kala teringat satu nama wanita yang akan menjadi tempat terakhir Jasuke untuk menanam benih. "Benar, sebaiknya aku ke sana. Mungkin saja
Dick terduduk dengan perasaan yang sangat kacau. Matanya menatap nanar ke arah cahaya merah yang mengandung kekuatan besar, yang baru saja dia miliki. Dick tidak menyangka, kekuatan yang sangat dia harapkan, hanya sekejap bersarang pada tubuhnya. Marah dan menyesal kini berbaur dalam benak sosok dewa itu. Dick menyesal bukan karena kesalahannya yang telah berbuat curang kepada rekan sesama dewa, tapi Dick menyesal, karena dia memilih terlebih dahulu datang ke markas naga merah demi menguasai kelompok tersebut.Dick berandai-andai, jika dia memilih untuk langsung menyerang dunia para dewa, mungkin nasibnya tidak seburuk ini. Dick masih memiliki kesempatan besar untuk membalaskan dendamnya. Bahkan, bisa saja dia berhasil mewujudkan keinginannya itu berkat kekuatan besar yang dia miliki.Namun sayang, harapan tinggal harapan. Dick sudah tidak bisa berkutik lagi karena saat ini dia sudah tidak berdaya sama sekali. Dick bahkan merasa kekuatan lain yang dia miliki juga ikutan lenyap bersam
"Apa yang terjadi? Kenapa ruangan menjadi gelap begini?" tanya Nano disela-sela dirinya sedang mencari keberadaan Mato. Sosok dewa itu nampak terkejut dengan perubahan keadaan yang berlangsung mendadak di depan matanya. Ruangan yang tadinya nampak cerah karena cahaya matahari yang menembus dari atap kaca, tiba-tiba menjadi gelap dengan keadaan langit yang sangat mendung. Perubahan cuaca secara signifikan tersebut tentu saja membuat dua dewa yang ada dalam satu ruangan merasa heran."Apa mungkin, ini pengaruah dari kekuatan jahat yang ada dalam tubuh Dick?" tanya Zano menyimpulkan segala yang dia pikirkan sejak perubahan susana itu terjadi."Wah, bisa jadi itu! Jangan-jangan saat ini, Dick sedang mengeluarkan kekuatannya?" Nano mendadak panik kala mengungkapkan dugaannya yang tidak sengaja terbesit dalam pikirannya. "Bagaimana ini? Kita lanjutkan mencari Mato apa membantu Jasuke terlebih dahulu?"Zano menggeleng. "Aku tidak tahu. Saat ini keduanya sangat penting," jawabnya. Nano pun
Jasuke menyeringai. Sosok dewa itu sama sekali tidak merasa gentar kala matanya menangkap sosok Dick, yang penampilannya jelas sangat berbeda. Bahkan dalam benak Jasuke, dia sudah tidak sabar untuk menaklukan dewa yang dia buru, sejak beberapa waktu yang lalu.Sebenarnya Jasuke bukan baru datang ke tempat itu. Dia sudah sejak beberapa waktu yang lalu, sampai di markas Naga merah. Jasuke dan dua dewa berwajah kembar memilih fokus mencari keberadaan Mato, yang kemungkinan berada di salah satu ruangan, setelah tadi mereka mendapat surat ancaman.Namun, kala mereka memasuki ruang utama markas tersebut, Jasuke dikejutkan dengan suara perdebatan. Jasuke pun penasaran dengan apa yang terjadi di sana. Dia dan dewa berwajah kembar, memilih mendekat ke ruang yang nampak ramai dengan persebut. Namun Betapa terkejutnya Jasuke kala dia mengetahui, siapa yang sedang berdebat di sana.Jasuke sempat terperangah melihat keadaan Dick yang jauh berbeda. Bahkan, dari penampilannya saja, Jasuke sudah me
Empat sosok dewa masih berbincang sampai detik ini. Mereka membahas sesuatu yang menurut mereka penting sangat penting.Mereka berbagi pendapat dalam persiapan menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi jika sosok dewa yang menjadi buruan mereka, datang dan mengusik ketenangan dunia dewa.Pyar!Tiba-tiba sebuah suara keras, terdengar dari arah halaman depan rumah. Keempat dewa tentu saja kaget mendengar suara tersebut. Tanpa pikir panjang salah satu dari mereka, bangkit dan beranjak keluar untuk mengecek keadaan."Apa ini?" gumam salah satu sosok dewa sembari memungut sesuatu yang tergeletak di atas rumput. Di sana, sosok dewa itu juga menyaksikan salah satu tempat tanaman hias yang terbuat dari tanah liat, nampak pecah dan tanahnya berserakan.Setelah memungut sesuatu yang dia temukan, Sosok dewa itu kembali beranjak masuk untuk menunjukan benda yang dia bawa. "Apa yang pecah, Zano?" tanya Nano begitu melihat Zano menghambiri ketiga dewa lainnya."Tempat tanaman yang ada di at
"Orang rumah pada kemana? Kok sepi?" Jasuke nampak terkejut begitu dirinya sudah sampai di kediamannya dan rumah terlihat sepi.Mata Jasuke mengedar ke segala penjuru ruangan, tapi hanya hening yang dia dapatkan. Jasuke pun berteriak memanggil dua nama dewa. Sekian detik dia berteriak, sama sekali tidak ada sahutan."Apa mereka sedang pergi?" gumam Jasuke sembari mendaratkan pantatnya di atas sofa. Dia merogoh kantung jubah yang dia kenakan dan mengeluarkan ponsel miliknya. "Astaga! Ponselnya mati," keluhnya baru sadar. Entah ponsel miliknya mati sejak kapan, Jasuke sama sekali tidak mengetahuinya. Namun bukannya segera menambah daya, Jasuke malah meletakan ponsel tersebut di atas meja dan dia merebahkan tubuhnya."Mungkin mereka sedang pergi, biarin aja lah," Jasuke kembali bergumam dan dia memilih bengong di sana. Namun, tak lama setelah itu, Jasuke malah dkejutkan dengan kedatangan sosok yang dia kenal secara tiba-tiba dan sudah berdiri di hadapannya."Mahedewa!" pekiknya. Jasuke
Jasuke terdiam sembari mendaratkan pantatnya di tepi ranjang. Sesekali dia memperhatikan wajah wanita yang terlelap di atas ranjang tersebut. Dia begitu Cantik dan kelihatan masih muda. Saat itu juga Jasuke kembali teringat akan sikap wanita itu yang mendadak marah hanya karena candaannya.Jasuke masih diselimuti rasa heran dengan banyak pertanyaan dalam benaknya. Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang dengan mudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati seorang pria, hanya karena wajah pria yang tampan. Apa semua wanita seperti itu.Namun kala Jasuke kembali mengingat semua kejadian yang telah dia lalui, terutama yang terhubungan dengan wanita, Jasuke malah jadi senyum-senyum sendiri kala menyimpulkan sebuah fakta, memang beberapa wanita selalu ingin kembali bercinta dengannya dengan alasan yang sama, yaitu, wajah Jasuke yang sangat tampan."Tuan Jas, Nikmatilah tubuh saya, Tuan, Ayok, Aku siap," tiba-tiba Lucia mengigau dan tentunya Jasuke kaget mendengarnya. Sosok dewa yang tadi se
Pada akhirnya Jasuke dibuat bimbang karena isengnya. Wanita yang telah dia tolong, justru terlihat agresif dalam menanggapi ucapan Jasuke yang berawal dari candaan. Jasuke bahkan sampai terdiam untuk beberapa saat, mencari cara untuk mengatasi masalah yang menurutnya cukup rumit dan membuat Jasuke berpikir keras."Kenapa anda malah diam? Apa anda sedang berpikir untuk mencari alasan agar bisa pergi dari sini dan menghindari saya?" tuduhan Lucia membuat Jasuke seketika tersentak. "Baiklah. Mungkin memang anda ingin menghindar dari keadaan seperti ini, sebaiknya aku masuk kamar."Belum sempat Jasuke mengeluarkan suaranya, Lucia terlebih dahulu beranjak meninggalkan Jasuke di ruang tamu. Jasuke pun semakin merasa tidak enak hati karena telah mengecewakan si pemilik rumah.Setelah lama terdiam dengan merenungi apa yang baru saja terjadi, begitu Lucia masuk kamar, Jasuke pun memilih beranjak menuju kamar yang sudah disediakan Lucia untuk dirinya beristirahat serta menjalankan misinya.Se
Pada akhirnya malam ini Jasuke harus menginap di rumah Lucia. Demi sebuah misi yang sebentar lagi akan berakhir, sosok dewa itu tidak ada pilihan lain lagi, yang bisa dia gunakan selain bermalam di rumah wanita yang dia tolong. Setelah banyak hal yang dia bicarakan dengan sepasang suami istri yang hendak dia tolong, Saat ini Jasuke sudah kembali berada di rumah Lucia."Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri? Apa ada sesuatu yang sangat menyenangkan, sampai kamu tersenyum sendiri seperti itu?" tanya Jasuke kala matanya menangkap raut wajah Lucia yang nampak bahagia. Sedari tadi diam-diam, Jasuke memang memperhatikan tingkah wanita muda yang bersamanya saat ini.Lucia nampak kaget mendengar ucapan tamunya. Tapi itu hanya sebentar saja, karena selebihnya dia kembali tersenyum dan kali ini senyuman wanita itu cukup lebar. "Tentu saja saya tersenyum karena saya sedang merasa senang. Hari ini banyak kejadian yang membuat saya senang dan tentunya saya merasa sangat bahagia tanpa beba