Lily melihat Brandon yang baru tiba dan hanya menatapnya dari kejauhan dengan acuh karena Brandon juga terlihat acuh tidak menghiraukannya sama sekali. Brandon berjalan paling menjulang di antara lalu-lalang anak-anak di koridor, paling besar, paling tinggi, dan paling merasa tidak mau dikalahkan karena dia juga putra dari pemilik sekolah ini.
Lili hanya melipat tangan di dada dari tempatnya berdiri balas menatap Brandon yang baru menoleh sekilas padanya ketika dia hendak berbelok di ujung koridor menuju kelasnya. Tatapannya dingin. Walaupun Lily tidak mau perduli tapi nyatanya dia juga tidak bisa mengabaikannya. Lily tahu Brandon yang telah memukuli Nick dan tiba-tiba seperti ada sesuatu yang ikut bergumpal di dada Lily untuk balas memukul Brandon Lington si pemuda bertubuh besar yang merasa bisa semena-mena.
YUK JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN.
"Carla!" terdengar suara Lily yang sedang mencari Carla.Brandon segera melepaskan cengkeraman tangannya dan Carla pun segera mengirup udara banyak-banyak ke dalam paru-parunya yang tersengal."Carla, apa kau di dalam?" panggil Lily sekali lagi."Bukan aku yang melaporkanmu ke Inspektur Conrald, tapi dia!" Carla menjentikkan jari di depan Brandon yang masih berdiri kaku di depannya."Carla!""Ya aku akan keluar!" balas Carla sebelum kemudian ia buru-buru keluar meninggalkan Brandon yang masih berada di dalam."Apa yang kau lakukan di dalam?" tanya Lily yang sudah berdiri di ambang pintu.
Lily dan Carla sedang bercermin di toilet anak perempuan ketika gadis berkacamata yang kemarin Carla ajak ribut di perpustakaan keluar dari bilik toilet dan diam-diam memperhatikan Carla."Kenapa kau melihatku?" ketus Carla."Apa kau iri?" Carla juga segera berpaling dan berkacak pinggang di depannya. "Seharusnya kau iri karena tidak terlahir secantik ibumu yang pelacur!"Gadis dengan tubuh agak berisi bernama Tanisa itu segera menaikkan kaca mata tebalnya yang sempat sedikit melorot dan buru-buru berlari pergi tanpa berani membalas Carla yang kemudian juga mengacungkan jari tengah ke belakang punggungnya sama seperti kemarin. Lily cuma diam melihat hal tersebut tanpa ingin ikut campur, dia hanya menatap Carla dari pantulan cermin meski sebenarnya juga masi
Pagi hari ketika Lily turun Brandon sudah duduk di meja makan bersama bibi Margaret yang baru menuangkan teh ke cangkirnya. Lily ikut duduk tapi belum ada di antara mereka yang saling bicara sampai kemudian bibi Margaret pergi lebih dulu untuk membiarkan mereka sarapan berdua."Kau memukul Nicolas!" Lily langsung mengajak Brandon membahas hal itu lagi begitu Brandon kembali waras."Kau tidak bisa menuduhku!" Sepertinya kelenjar kesombongan Brandon Lington sudah kembali berfungsi. Pemuda itu hanya duduk menegakkan punggung di sandaran kursi sambil balas menatap Lily dengan tatapan dingin nyaris bosan."Hentikan omong kosong ini, kau tidak perlu terus berdusta di hadapanku!" Lily tidak takut dan tidak akan tertipu oleh cara Brandon menutupi kejahatan dengan sikap acuh. "Aku juga melihatmu mencekik Carla."Baru kemudian Brandon menatap Lily lebih serius hingga pangkal alis tebalnya terlihat sedikit berkerut."Jangan lagi mengganggu Carla, karena jika sampai terjadi s
"Tidak apa-apa jangan malu, aku suka kau menperhatikanku."
Begitu ikut duduk di dalam mobil Lily tersenyum membalas tatapan Tobias dari kaca spion. Tobias mengulurkan telapak tangannya agar Lily juga meletakkan tangannya di sana untuk dia genggam. Tobias mengemudi pelan sambil terus menggenggam tangan lembut Lily dan menghela napasnya yang kadang tiba-tiba memberat meskipun seharusnya merasa lega. Tobias membawa Lily ke sebuah restoran yang selalu dia kunjungi setiap kali ia datang ke Glasgow. Mobil mereka sudah berhenti di halaman parkir dan Tobias mengecup punggung tangan Lily sebelum kemudian melepaskan genggamannya untuk diajak turun. "Apa tidak akan menjadi masalah untuk tetap menggenggam tanganku di depan semua orang seandainya aku beberapa tahun lebih tua dari sekarang?" Tobias tidak bisa menutup mata dengan apa yang sebenarnya diinginkan Lily terhadap hubungan mereka. "Aku memang sudah terlalu tua untuk bergaul denganmu." "Aku tidak perduli!" tegas Lily setiap kali mereka mulai membaha
Jam istirahat terakhir mendadak jadi heboh dengan ditemukannya seorang siswa yang tersungkur di lantai toliet dengan mulut berbusa dan sudah tidak bernapas. Anggota kepolisian yang segera datang setelah itu dengan mobil-mobil bersirine nyaring membuat anak-anak ikut panik dan ketakutan. Beberapa anak dimintai keterangan untuk menjadi saksi termasuk Lily yang terakhir terlihat bersamanya duduk di kafetaria. ***** SATU BULAN SEBELUMNYA Seperti pagi biasanya anak-anak lalu lalang di koridor sekolah, ada yang sekedar berdiri bergerombol, ada yang juga yang sedang asik masing-masing dengan ponsel mereka meskipun sambil berjalan. Lily juga baru tiba ketika melihat Nick yang sudah datang lebih dulu berjalan seorang diri sambil mengetik sesuatu di ponselnya. "Hai, Nick!" Lily memangil Nick yang juga langsung menoleh ke arahnya. Lily melambai kemudian mempercepat langkahnya untuk menghampiri anak laki-laki itu. Ternyata Nick malah buru-buru dan berbelok ke arah ke
Sebuah kaleng coca-cola ditemukan menggelinding tidak jauh dari posisi murit itu ditemukan sudah tidak bernyawa. Dugaan awal anak itu keracuna, petugas kepolisian membawa kaleng soda yang isinya tinggal setengah tersebut sebagai barang bukti dan akan segera diuji di laboratorium untuk mencari tahu racun jenis apa yang menyebabkan kematiannya. Tangan Lily masih bergetar karena dia juga sedang mengenggam kaleng minuman yang sama. ****** 29 HARI SEBELUMNYA Lily dan Tobias sedang duduk menikmati koktail di tepi kolam ketika Carla benar-benar datang ke tempat tinggalnya. "Hai, apa aku mengganggu kalian?" "Tidak kami hanya sedang bersantai, kemari lah!" Lily memanggil Carla untuk ikut bergabung dan memberi isyarat pada pelayan agar tambah satu koktail lagi buat Carla. "Perkenalkan ini temanku Carla!" Lily memperkenalkan Carla kepada Tobias. "Senang bertemu denganmu!" Carla menjabat tangan Tobias dan tersenyum akrap seperti gayanya yang periang. "Duduk lah di sini!" Lily menawarkan k
Lily benar-benar tidak menyangka karena beberapa menit yang lalu mereka masih bercanda di cafetaria dan sekarang temanya itu sudah tidak bernapas di usia yang masih sangat muda. Seorang petugas kepolisian mendekati Lily untuk mengajak gadis itu ikut bersamanya. Lily di bawa ke sebuah ruangan sunyi dengan dinding tanpa jendela, dan di ruangan tersebut ternyata juga sudah ada beberapa siswa lain yang akan dimintai keterangan sebagai saksi. ***** 27 HARI SEBELUMNYA Lily sedang berdiri di koridor menatap tiap anak yang lalu lalang berpapasan dengannya. Yang Lily pikirkan hanya satu 'Siapa yang merekam ciumannya bersama Tobias di halaman parkir restoran?' Lily mulai paranoid karena pelakunya bisa siapa saja di antara mereka semua. Lily melihat Nicolas berjalan melintas di depannya tapi hanya menoleh sekilas dan Lily juga tidak menyapan. Lily hanya fokus memperhatikan kamera vlogger yang selalu Nick bawa ke mana-mana. Walaupun
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut