YUK VOTE DULU
Brandon langsung menghampiri meja tempat minuman dan menuang sendiri tequila ke dalam gelas kecil untuk langsung dia teguk, Brandon menuang lagi beberapa kali dan langsung meneguknya sambil menatap Lily yang tidak mengerjap.Sebenarnya ini juga kali pertama Lily bertemu dengan putra tunggal David Lington dan semakin tidak masuk akal membayangkan bagaimana mereka harus bisa akrap.Sebagai putra tunggal dari keluarga super kaya dan paling disegani di Glasgow, Brandon Linton jelas bukan pemuda yang suka diatur. Brandon juga menganggap perjodohannya dengan putri keluarga Loghan sebagai lelucon yang terjadi di abad 21. Walaupun tidak ada yang tahu mereka berdua sudah terikat perjodohan tapi antara mereka berdua pastinya sudah saling tahu masing-masing dan Brandon masih membalas tatapan tidak suka Lily tanpa bergeming.
"Kenapa kau melakukan ini?" tanya Lily setelah ikut duduk di dalam mobil Brandon. "Kita harus bicara," tenang Brandon dengan ekspresinya yang tidak terbaca. "Aku tidak sepakat dengan orang tua kita!" tegas Lily mendului. "Aku juga tidak suka diatur." Brandon mulai menjalankan Mobilnya tanpa menoleh pada Lily. Carla berdiri di samping dinding kaca lantai dua rumahnya menyaksikan mobil Brandon meninggalkan halaman, tangan gadis itu semakin mengepal kencang dan rahangnya menegang kaku. "Sekarang giliranmu!" panggil seorang petugas kepolisian yang segera mengalihkan perhatianya.
Hari masih pagi ketika Lily baru selesai mandi dan melihat layar ponselnya berkedip. Sambil masih memakai jubah mandi Lily menghampiri benda tersebut dari atas meja nakas dan ternyata pesan dari Brandon.[Aku mengirim paket untukmu pagi ini]Lily mengerutkan dahinya sebentar tanpa membalas pesan tersebut kemudian keluar untuk bertanya pada pelayan."Apa ada paket untukku hari ini?" teriak Lily dari lantai dua kamarnya."Ya, Nona," Jawab pelayan yang buru-buru naik membawa kotak merah muda besar yang baru diantar kurir. "Terimakasih." Lily mengambil kotak tersebut dan membawanya masuk ke dalam kamar.Lily berhenti untuk memperhatikan kotak tersebut sebelum kemudian membuka simpul pitanya. Ternyata isinya sebuah gaun.[Maaf untuk kekacauan tadi malam] bunyi pesan yang tertulis dalam memo kecil berbentuk hati.Lily buru-buru kembali mengambil ponselnya dan mengetik pesan.[Kenapa kau mengirim gaun?]Pesan tersebut langsung dibaca dan Lily menunggu seb
Lily sedang duduk sendiri di cafetaria ketika tiba-tiba Brandon menghampirinya. "Bagaimana jika kita berteman?" "Aku belum tertarik menambah daftar pertemanan," acuh Lily masih sambil mengetik pesan di layar ponselnya. "Apa kau takut jatuh cinta padaku?" "Omong kosong!" tolak Lily hampir jijik menghadapi balasan Brandon untuk sisa becandaan mereka tadi malam."Kau tidak pernah mau menatapku." Baru kemudian Lily mendongak pada pemuda yang masih berdiri di hadapannya. Lily akui Brandon memang tampan tapi Lily tidak perduli putra David Lington tampan atau buruk rupa."Apa kau tidak akan mendapatkan warisan jika tidak menikahiku?" cemooh Lily yang masih tidak terlalu menghiraukan. "Berhentilah mendekatiku itu tidak akan berguna." Lily sudah kembali fokus membalas pesannya untuk Tobias. "Kau sudah punya kekasih?" Brandon menengok sedikit ke layar ponsel Lily. Lily segera menjulingkan bola mata bulatnya dan refl
Brandon sudah putus asa dan tidak tahu lagi kemana harus mencari Lily, ponsel Lily juga masih tidak bisa dihubungi. Brandon hanya bisa menunggu dengan cemas, dia juga masih melarang bibi Margaret menghubungi kelurga Loghan.Brandon tidak mau keluarga Loghan sampai tahu mengenai hal ini, karena mungkin mereka tidak akan mengijinkan Lily untuk tinggal di Glasgow lagi. Seluruh perjuangan Brandon akan sia-sia karena semua rencananya bisa berantakan jika dia tidak bisa mendapatkan Lily.Brandon sudah mondar-mandir dan nyaris gila. Bibi Margaret sampai tidak berani menegur karena tahu pemuda itu bisa meledak tidak terkendali. Hari sudah gelap dan Lily belum juga pulang atau memberi mereka kabar."Aku akan memberitahu Jeremy." Bibi Margaret sudah sangat ketakutan.
Lily melihat Brandon yang baru tiba dan hanya menatapnya dari kejauhan dengan acuh karena Brandon juga terlihat acuh tidak menghiraukannya sama sekali. Brandon berjalan paling menjulang di antara lalu-lalang anak-anak di koridor, paling besar, paling tinggi, dan paling merasa tidak mau dikalahkan karena dia juga putra dari pemilik sekolah ini. Lili hanya melipat tangan di dada dari tempatnya berdiri balas menatap Brandon yang baru menoleh sekilas padanya ketika dia hendak berbelok di ujung koridor menuju kelasnya. Tatapannya dingin. Walaupun Lily tidak mau perduli tapi nyatanya dia juga tidak bisa mengabaikannya. Lily tahu Brandon yang telah memukuli Nick dan tiba-tiba seperti ada sesuatu yang ikut bergumpal di dada Lily untuk balas memukul Brandon Lington si pemuda bertubuh besar yang merasa bisa semena-mena.
"Carla!" terdengar suara Lily yang sedang mencari Carla.Brandon segera melepaskan cengkeraman tangannya dan Carla pun segera mengirup udara banyak-banyak ke dalam paru-parunya yang tersengal."Carla, apa kau di dalam?" panggil Lily sekali lagi."Bukan aku yang melaporkanmu ke Inspektur Conrald, tapi dia!" Carla menjentikkan jari di depan Brandon yang masih berdiri kaku di depannya."Carla!""Ya aku akan keluar!" balas Carla sebelum kemudian ia buru-buru keluar meninggalkan Brandon yang masih berada di dalam."Apa yang kau lakukan di dalam?" tanya Lily yang sudah berdiri di ambang pintu.
Lily dan Carla sedang bercermin di toilet anak perempuan ketika gadis berkacamata yang kemarin Carla ajak ribut di perpustakaan keluar dari bilik toilet dan diam-diam memperhatikan Carla."Kenapa kau melihatku?" ketus Carla."Apa kau iri?" Carla juga segera berpaling dan berkacak pinggang di depannya. "Seharusnya kau iri karena tidak terlahir secantik ibumu yang pelacur!"Gadis dengan tubuh agak berisi bernama Tanisa itu segera menaikkan kaca mata tebalnya yang sempat sedikit melorot dan buru-buru berlari pergi tanpa berani membalas Carla yang kemudian juga mengacungkan jari tengah ke belakang punggungnya sama seperti kemarin. Lily cuma diam melihat hal tersebut tanpa ingin ikut campur, dia hanya menatap Carla dari pantulan cermin meski sebenarnya juga masi
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut