VOTE YA
"Hai, Lily!" Jeny langsung meloncat berdiri dari sofa begitu melihat Lily datang bersama Tobias.Sudah hampir satu setengah tahun ini Lily bekerja sebagai asisten Tobias, belajar dari tutor terhebat, karena Lily juga sudah bertekad untuk tetap menjadi seorang Loghan yang bisa diandalkan meskipun dia cuma wanita."Lihat cat kukuku!" Jeny langsung memamerkan cat kuku barunya yang berwarna keunguan. "Kau suka?""Ya, sangat cantik." Lily sengaja masih menatap Jeny dan gadis berambut ikal itu malah langsung mengedipkan sebelah mata."Aku ingin memastikan kau masih menjaga janjimu!" bisik Lily setelah Tobias masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian."Lihat!" Jeny gantian menunjukkan layar ponselnya untuk memamerkan beberapa 'tap love' yang dia dapat dari Brandon Lington. "Dia melihat foto-fotoku.""Oh, Tuhan!" Lily malah langsung menyambar ponsel Jeny karena kembali merasa kecolongan.Jeny sering ikut pergi ke Kentucky dan memposting banyak foto. Lily segera memeriksa foto mana-mana saja
"Ao!" kaget Lily ketika Brandon menggigit jarinya. Lily ingin menarik jari tersebut tapi Brandon tahan dan malah dihisap lagi dengan lebih kuat. "Jangan menyakitiku ..." rengek Lily terdengar seperti anak-anak yang rewel. Sebenarnya Brandon hanya ingin memastikan reflek Lily karena sebenarnya dia tidak suka mencumbu wanita yang sedang dalam pengaruh alkohol, apalagi jika sudah kehilangan refleksnya untuk balas bereaksi. "Kau juga mau?" Brandon mencolek krim dengan tangannya untuk ganti dia berikan ke pada Lily kemudian memperhatikan Lily yang sedang melumat ujung jarinya. Brandon terus menyimak baik-baik cara Lily melumatnya. Lumatannya lembut tapi masih sangat sensitif dan reaktif. Mustahil jika Brandon tidak ingin bibir itu melumatinya, melumurinya dengan rasa nikmat terkutuk yang sudah sangat lama dia rindukan. Napas Brandon ikut tersengal, netra hijaunya mencekung tajam sebelum tiba-tiba bangkit berdiri untuk merampas bibir Lily. Brandon mencekal dagu Lily sampai menengadah,
[Apa kau sudah bangun?] tanya Alif dalam pesannya.[ya, bagaimana perjalananya?][Aku baru kembali dari Siena bersama adik laki-lakiku, lusa aku akan kembali ke New York] Alif langsung membalas karena sudah menunggu pesannya dibaca.[Aku tidak sabar menunggumu][Aku merindukanmu]Sebuah panggilan video dari Alif dan Lily langsung bergegas membenahi penampilannya yang baru bangun, menyisir rambut dengan jari, menarik bahu baju tidurnya yang agak miring tidak nyaman."Hai .... " sapa Lily lebih dulu dan pemuda tampan itu tersenyum dari tempatnya."Aku benar-benar merindukanmu.""Cepatlah kembali.""Semalam aku meneleponmu.""Oh, maaf aku ketiduran sejak sore," bohong Lily karena takut ketahuan Alif jika dirinya minum wine sampai mabuk."Apa kau sedang kurang enak badan?""Aku baik-baik saja, cuma baru bangun.""Bibirmu pucat.""Mungkin hanya efek kameranya." Lily mencarai-cari alasan padahal kepalanya memang masih sangat pening berdenyut-denyut."Jaga kesehatanmu, ingat kau tinggal seora
Para pejalan kaki sudah memakai mantel-mantel tebal dan payung cekung. Sebagian klub tutup lebih cepat akibat badai. Hujan kembali turun di sepanjang malam, hujan deras disertai badai ikut mencondongkan ranting-ranting pohon musim gugur di sepanjang trotoar. Cuaca seperti ini biasanya akan berlangsung sampai awal musim dingin dengan suhu udara yang lebih beku. Beberapa tahun terakhir ini musim dingin juga berlangsung lebih panjang dan ekstrem.Lily tidur gelisah dengan pikirannya yang tidak tenang. Lily akan selalu kesulitan tidur tiap kali turun badai. Suara angin yang berdesing-desing ikut terdengar dari jendela kamarnya yang sesekali berderik. Sudah lewat tengah malam ketika dia mulai terlelap dan kembali diusik oleh rasa gelisah."Husttt!!!"Bibirnya disentuh, dilumat lembut dan nyaman, sesuatu yang terasa lembab dan panas mulai mendesak masuk, mengisap, terus membujuk untuk ditanggapi. Rasanya merinding dingin hingga ke tengkuk dan semakin tidak benar ketika merasakan kulit leher
"Masuklah ke dalam rumah dan beri tahu bunda untuk bersiap kita akan berangkat sore ini." Dom mencium putrinya sebentar sebelum membiarkan gadis itu berlari masuk ke dalam rumah.Dom masih berdiri di halaman seketika barisan tiga mobil berkaca hitam pekat dan berbodi kokoh baru saja berhenti di halaman rumah besar keluarga Dexter. Brandon Lington keluar dari salah satu mobil tersebut dengan beberapa pengawal berbadan tinggi besar. Begitu Dom memberitahu ingin bertemu, Brandon juga segera pergi menemuinya."Kau punya keluarga?" tanya Brandon agak heran ketika tadi melihat Dominic Rodriguez bersama putrinya."Ya, aku seorang ayah."Dominic Rodriguez memiliki putri berumur sembilan tahun dan dua bayi laki-laki kembar yang baru berumur beberapa bulan."Karena mereka kau ingin berhenti dari semua ini?"Tanpa harus dijawab pun, Brandon sudah tahu jawabannya. Meski terlihat kasar dan tanpa hati ternyata seorang Dominic Rodriguez adalah pria yang mencintai keluarganya.Dom mengajak Brandon Mas
"Apa yang kau lihat?" tanya George pelan-pelan sambil menghapus dahi Anelies yang masih berkeringat dingin setelah kembali tersentak bangun dari tidurnya."Aku melihat banyak orang di meja makan." Anelise menatap pria di depannya dengan netra kelambunya yang memucat. "Aku tidak mengenal mereka semua, kau juga tidak ada."Anelies langsung memeluk George karena ketakutan. "Aku tidak mau bersama mereka aku ingin bersamamu.""Jangan takut, karena tidak mungkin aku meninggalkanmu." George memeluk gadis kecilnya dengan lebih erat."Aku tidak mau pergi-pergi lagi." Anelies menengadahkan wajah lembabnya yang baru menangis."Kita akan ke Tokyo, bukankah kau suka di sana?"Sebenarnya George juga sangat memanjakan Anelies dan akan memberikan apapun yang dia minta. George sudah mengurusnya sejak balita, menjaganya ketika demam dan menyuapinya makan saat rewel. Kali ini mereka sedang berada di Alaska, tempat yang paling sering mereka kunjungi karena Anelies tidak boleh bergaul dengan banyak orang.
"Hustt!" Lily memberi isyarat agar tidak ada yang bersuara. "Papamu menelpon!" Lily menunjuk Jeny."Ya," jawab Lily pada Tobias."Apa Jeny sudah minum obatnya?""Kami masih makan siang, Jeny minta kue dan ini masih di restoran.""Jangan lupa nanti segera berikan obat yang biasanya.""Ya.""Berikan ponselnya pada Jeny aku mau bicara."Lily menyodorkan ponselnya pada Jeny kemudian ikut duduk. Jeny cuma terdengar menjawab 'ya' ketika Tobias yang bicara. Jeny memang paling tidak berani menyangkal jika papanya yang sudah bicara."Dengar! aku akan memberitahu papamu jika kau nakal lagi seperti ini!" ancam Lily setelah Jeny menutup panggilan teleponnya."Aku mau makan dulu."Kebetulan pelayan sudah tiba membawakan makanan mereka."Ingat kau flu jangan minum milk shake dingin!" Lily juga mulai ribut begitu melihat makanan yang dipesan Jeny."Untung kau tidak jadi ibuku." Jeny mengerutkan bibir karena Lily menaikkan lagi milkshake stroberinya ke nampan pelayan."Buat lagi tanpa menambahkan bal
"Diamlah, jangan bergerak!" bisik suara berat pria yang tiba-tiba sudah berada tepat di belakang daun telinga Lily.Lily baru mulai memotong seiris lemon ketika lengan tebal bertabur bulu maskulin itu melingkari pinggangnya. Lengan liat pria yang kokoh seperti kekang tapi juga pas membingkai lekuk pinggang Lily. Napas Lily seketika ikut tersendat, jantungnya berdenyut dan rongga dadanya bergelepar panas menjalar. Yang membuat Lily paling terkejut adalah rasanya yang sudah sangat familiar dengan tubuhnya. Setelah sekian tahun berlalu dengan penuh tekat dan keberanian, Brandon Lington seolah tetap bisa menghancurkannya dalam sekejap. Brandon menarik pelan-pelan pisau di tangan Lily untuk dia amankan ke dalam laci yang kemudian dia dorong menggunakan lutut."Aku tidak mau jarimu terpotong." Brandon kembali berbisik. Suaranya serak, berat layaknya pria dewasa tapi napas hangatnya, menyisir lembut ke tepi daun telinga Lily yang terbangun merinding."Aku tidak mau kau pingsan lagi karena me
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut