Mobil Malik berhenti tepat di depan pagar rumah orang tua Bella. Rumah itu tak seperti rumah yang penghuninya sedang pergi liburan. Malah sebaliknya, rumah itu terlihat sangat hidup. Ibu Bella terlihat sedang menjahit di ruang depan, sedang ayahnya sibuk memperbaiki sebuah sepeda motor di halaman samping rumah.
Rahang Malik mengeras, dia pukul setirnya satu kali, dia menggeram hebat.
“Apa kamu kira aku setolol itu, Bella? Sampai aku nggak bisa tau apa yang lagi kamu kerjain? Kamu pikir aku nggak bisa cek soal beginian? Ini kecil!” gerutu Malik.
Harga dirinya serasa telah diinjak-injak dengan kebohongan yang diciptakan Bella. Dan dia memang punya keyakinan kuat bahwa sebetulnya Bella dan Yusuf masih ada hubungan hingga hari ini.
Tak lama berselang, sebuah sepeda motor berhenti di samping jendela pintu mobil Malik. Sang pengendara mengeluarkan sebuah amplop coklat lalu men
Bila Yusuf disambut oleh Pak Abizard, Bella justru disambut oleh Malik. Anehnya, Malik bahkan telah menyiapkan makan malam baginya, lengkap dengan sebotol anggur.“Buat apa semua ini, Malik?” tanya Bella terheran-heran.“Sebagai sambutan aja, karena kamu pulang selamat dari Bandung. Kita rayakan kepulangan kamu!” jawab Malik sekenanya. “Oya, kamu ada foto bareng di sana? Atau foto sendiri, deh! Ada nggak?”“Kamu tau kan aku nggak suka foto, jadi nggak ada foto, sorry, ya.”“Buat apa minta maaf? Nggak perlu. Ayo duduk, kita mulai makan. Nanti aja barang-barang kamu, aku ikut bantu beresin. Tenang.” Malik menarik bangku makan untuk Bella.Meski agak canggung campur bingung, Bella ikut juga duduk di bangku. Malik menghidangkan satu ayam utuh yang sengaja dia panggang, lalu mulai dia potong-potong agak tebal, kem
Tubuh Bella goyah, pun juga kesadarannya. Ke mana perginya Malik yang biasanya begitu manis dan sopan, lembut dan penuh kesabaran? Mengapa Malik kini malah terlihat seperti setan?"Malik ... apa yang ada di pikiran kamu? Biarin aku pergi!" seru Bella sambil berusaha bangkit dari sofa.Bukannya melepaskan Bella, Malik malah mendorong kembali bahu Bella sampai gadis itu terbaring tak berdaya di atas sofa. Bella langsung menangkap firasat buruk, dia tahu apa yang direncanakan Malik, apa yang dia inginkan.Lantaran telah mengetahui niat jahat Malik, Bella makin panik, dan semangatnya untuk melepaskan diri makin menjadi-jadi.“Kalau sampe Yusuf tau kelakuan kamu ini, kamu bisa mati, Malik!” kecam Bella.Alih-alih gentar, Malik malah tertawa terbahak-bahak seperti orang kesurupan. “Kamu kira aku peduli, hah?! Kamu kira aku takut?! Jangan goblok kamu, Bella
Seminggu setelah kejadian tak menyenangkan yang menimpa Bella, keluarga besar Aktaf mengadakan acara family gathering, sekaligus pengumuman resmi bahwa sebentar lagi Yusuf akan diangkat sebagai CEO. Acara kumpul keluarga itu diadakan di sebuah villa di puncak. Para sepupu Yusuf pun ikut berkumpul, mereka asyik bercakap-cakap soal kesibukan sehari-hari, rencana liburan, sampai barang-barang yang ingin mereka beli.Namun tidak dengan Yusuf, sejak datang tadi, dia hanya menatap tajam Malik. Cuma Malik seorang. Matanya nyalang, tinjunya seolah siap untuk meretakkan rahang Malik. Adik tirinya itu layak menerima pukulan bertubi-tubi, seharusnya dia bahkan mendekam di penjara. Setidaknya sekarang Bella berada di tempat yang aman, tapi semua itu tidak cukup bagi Yusuf, amarahnya belum tuntas.“Kamu kenapa sih, Suf? Dari tadi kamu melotot aja ngeliatin Malik!” tanya Leila penasaran. Yusuf diam, tak menggubris. “Suf, ini
Pak Abizard yang memang terkena serangan jantung untungnya masih sempat dibawa untuk mendapat pertolongan pertama, dia langsung mendapat perawatan di IGD. Sementara itu, sebagian anggota keluarga menunggu di luar, sedang yang lain memilih untuk pulang.Suasana masih kelam sampai sore hari, semua masih memikirkan keadaan Pak Abizard sekaligus memikirkan soal perbuatan Malik. Saat ini aja Malik tak diizinkan ibunya untuk menunggu Pak Abizard, mencegah keadaan tambah buruk.“Minum dulu, Suf. Kamu dari tadi keliatan tegang banget.” Leila menyerahkan sebotol air minum kepada Yusuf.Yusuf menerima botol air dari tangan Leila, tapi matanya tajam menatap. Seusai dia menenggak beberapa teguk, dia mencecar, “Masih bisa ya kamu keliatan santai gini, keliatan nggak punya dosa, keliatan nggak punya salah apa-apa.”Leila menatap polos. “Apa maksud kamu bicara kayak g
Walau berusaha keras untuk tak memikirkan ucapan sang ayah, nyatanya pikiran Yusuf terus dipenuhi oleh kata-kata Pak Abizard. Bagaimana jika dia nanti memang akan menyesali pilihannya, apakah dia sebegitu tega , sampai hati membiarkan Leila terus berjuang seorang diri mempertahankan cinta mereka? Yusuf belum tahu jawabannya.Dan berhubung Pak Abizard masih dirawat di rumah sakit, Yusuf nyaris tak punya waktu untuk menemui Bella, hari-harinya hanya dilalui di kantor, lalu ke rumah sakit, kemudian pulang. Bella menahan rindu seorang diri saja rasanya.“Kamu mau makan apa, Sayang? Hari ini aku mau masak buat kamu,” ujar Leila pada satu hari sebelum Yusuf berangkat kerja.“Hah? Aku udah mau berangkat, kok. Kamu masak aja untuk kamu sendiri. Nanti aku makan siang di kantor, makan malam juga abis aku pulang dari kantor aja, aku mau makan di luar.”“Kok
Ting Tong! Ting tong!Lebih dari dua kali bel apartemen sudah berbunyi, Bella sengaja tidak membukakan, dia sudah bisa menebak siapa yang datang.Dan tak berapa lama, pintu apartemen memang terbuka, dan Yusuf muncul dengan muka mengeras menahan jengkel.“Kamu sengaja nggak buka pintu karena tau aku yang datang?!” sergah Yusug jengkel.“Mas juga tau kan kodenya, kenapa pake acara bikin drama segala? Udah bisa masuk sendiri, kan?”“Aku bisa aja kurang ajar buat masuk, tapi aku mau tau gimana reaksi kamu! Masih marah karena yang tadi siang? Kamu sendiri yang tadi datang! Udah tau itu kantor tempat aku kerja!”“Jadi aku nggak boleh datang? Aku tau kok aku emang nggak berhak buat bilang rindu sama Mas! Aku sadar kok! Ya udah kalau emang nggak mau ketemu.”Yusuf menggosok muka fr
Leila terbangun dari sofa begitu dia dengar suara pintu rumah terbuka. Yusuf masuk dengan muka lusuh.“Kamu telat-telat juga ujungnya! Huh! Katanya tadi kita bakal sama-sama ke rumah sakit buat ikut beres-beres!” omel Leila manja.“Maaf ya, La ... kamu taulah, ada banyak kerjaan yang belum kelar tadi.” Yusuf menghampiri Leila.Leila penuh perhatian menghampiri kemudian membantu melepas jas yang dikenakan Yusuf, kemudian ikut diambilnya pula tas kerja Yusuf dari tangannya. “Sini biar aku yang bawa ke kamar.”“Makasih, ya. Jadi ngerepotin,” ucap Yusuf basa-basi.“Apaan ngerepotin! Aku ini istri kamu, Suf. Emang udah seharusnya itu jadi tugas aku. Lagian ya, kamu tuh nggak perlu ngerasa segan atau ngerasa ganjil kalau aku bantuin, harusnya kamu senang dong, Yang!”“Iy
“Halo, Bella ...!”Sapaan tiba-tiba dari Agus mengentak kesadaran Bella yang tengah fokus mengecek laporan. Dengan muka mutung dia menyahut, “Heh! Bikin kaget aja! Kalau aku jantungan gimana, hah?!” sergahnya.“He he. Jangan baper gitu, dong. Nih, aku beliin kamu ice coffee. Diminum ya.” Agus meletakkan secangkir ice coffee di atas meja kerja Bella.“Duh jadi ngerepotin. Makasih, ya.” Bella meneguk kopi tersebut, tapi baru saja dia mencium aroma kopi yang menguar, perutnya tiba-tiba mual. Bella langsung bangkit dari kursinya kemudian berlari ke toilet.Panik, Agus pun menyusul. “Bella! Kamu nggak apa-apa?! Kamu kenapa?!” tanya Agus.“Huek ... huek ...” Bella mual-mual di wastafel, perutnya serasa berguncang di dalam.Bukan hanya mual, kepala Bella pun kemudian tera
Tiga tahun telah berlalu sejak pernikahan Malik dan Leila berlangsung dengan lancar. Keduanya memutuskan untuk pindah ke Turki tahun lalu sebab bisnis fashion yang dikelola oleh Leila berkembang pesat di Turki seperti yang dia harapkan. Sama halnya dengan Malik dan Leila, hubungan Bella dan Yusuf pun terbilang stabil selama tiga tahun ini. Deniz kini telah menginjak usia lima tahun, baru-baru ini dia telah masuk ke Taman Kanak-kanak, dan hari-harinya pun lebih banyak dihabiskan di rumah neneknya, entah itu bersama Erika maupun Tiara yang kerap datang untuk menjemputnya. Seperti pada minggu pagi hari ini, suasana rumah Bella terlalu senyap, nyaris tak ada suara terdengar. Deniz sedang berada di rumah Erika menghabiskan libur akhir pekannya, di rumah hanya ada Bella dan Yusuf. Suami istri itu masih terlelap di atas tempat tidur empuk mereka meski jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Semalam entah berapa kali Yusuf menggempur Bella tanpa tahu waktu dan lel
Janji Yusuf sungguh dia tepati. Berkat dirinya, Malik hanya mendapat hukuman satu tahun penjara, dengan beberapa syarat tentunya. Setelah lepas sebagai tahanan kota selama enam bulan pula, Malik akhirnya bisa pulang ke Indonesia. Ada rencana besar yang akan dia laksanakan di sana. Seluruh keluarga dan kerabat berkumpul di rumah induk yang kini ditempati Yusuf dan Bella untuk menyambut kepulangannya.Selain rasa kangennya terhadap puterinya sudah menggunung, dia pula telah berencana untuk menikahi Leila. Kabar itu sudah lebih dulu diketahui Yusuf dan Bella, keduanya mendukung niat mulia Malik.Sejak menjanda, Leila memang tidak punya niatan untuk mencari pengganti Yusuf, fokusnya hanya merawat puterinya yang diberi nama Aisyah Aktaf. Aisyah seusia dengan Deniz, sekarang usianya telah lebih dari dua tahun, sedang gemar-gemarnya berlatih bicara dan berjalan, sedang usia-usia paling gemasnya.Ketika tahu Malik ak
Sejak lama, nama lain Malik adalah BAYANGAN. Dia memang tak lebih dari bayangan Yusuf. Sejak lahir, Yusuf telah mendapat pengakuan, sesuatu yang tak pernah didapat oleh Malik. Seluruh keluarga dan kolega bisnis Pak Abizard melihat Yusuf sebagai penerus yang mampu, disegani, terpandang, dan punya karisma sebagai calon pemimpin hebat.Hal lain diperoleh oleh Malik. Dia adalah kebalikan, dia adalah aib yang harus disembunyikan, ibarat sampah yang harus ditimbun, atau dibuang jauh-jauh agar tak tercium baunya.Ketika kecil dulu, Malik selalu menatap iri sekaligus kagum kepada Yusuf. Yusuf sungguh sempurna di matanya. Sebagai anak yang tumbuh seorang diri, dia melihat Yusuf tak ubahnya seorang kakak, kakak yang dia harapkan bisa menjaga dan melindungi dia. Malik pernah beberapa kali mencoba mendekati Yusuf, ingin mengajaknya bermain selayaknya anak pada umumnya.Namun, pandangan Malik terhadap Yusuf seketika
Air mata Bella tak kunjung berhenti mengalir, dia terus berada di samping Yusuf yang telah berada di ruang perawatan. Pikiran-pikiran buruk terus mengisi benaknya.“Mas Yusuf ... Tolong jangan tinggalin aku sama Deniz, Mas bahkan sekarang lagi jauh dari Deniz. Aku mohon, Mas. Tolong kuat untuk anak kita ... Kita baru aja menikah, akhirnya kita bisa bersama, tapi kenapa semua langsung jadi buruk lagi?” isak Bella tak kuasa menahan kesedihan.Yusuf yang baru siuman dengan perut diperban berucap tawar, “Apa, sih kamu? Berisik banget, aku mau istirahat, tau.”“Mas Yusuf!” pekik Bella sambil mengguncang tubuh Yusuf. “Ya Tuhan ... aku kira Mas nggak akan bangun lagi! Aku udah panik banget tau, nggak?! Aku panggil Dokter ya sekarang!”“Nggak usah,” sahut Yusuf seraya bangkit untuk duduk.“Jangan dipaksa
“Kamu yang psikopat! Kamu yang nggak sadar diri kamu siapa!” teriak Bella sambil berusaha mendorong Malik agar menjauh darinya.Dengan senyum miring yang tampak mengerikan, Malik menarik Bella agar lebih dekat dengannya. “Aku dengar kamu melahirkan anak laki-laki, sayang banget ya, Bella ... seharusnya bayi itu perempuan ...”Mata Bella terbelalak mendengarnya, seolah dia tahu yang akan dikatakan Malik selanjutnya.“Kamu tau kenapa? Supaya aku bisa menyentuh dia juga suatu saat nanti. Hi hi~”“Nggak punya otak! Padahal kamu sendiri yang sekarang udah punya anak perempuan! Sadar kamu!”“Aku enggak anggap anak itu adalah anak aku, sayang sekali, Bella ...”Tawa Malik terdengar begitu menggelikan sekaligus mencekam. Bella yang sudah naik pitam berniat melayangkan satu pukulan di rahang Malik, tapi
Usai berjalan-jalan bersama dan menikmati keindahan kota Kapadokia, Ririn mengajak Yusuf dan Bella untuk mengunjungi kedai kopi yang dia kelola sendiri. Kedai kopi itu juga masih berada di sekitar kota Kapadokia, orang-orang bisa menikmati segelas kopi di teras sambil memandang jalan-jalan dan kota yang indah.“Ya beginilah kerjaan aku sekarang, Suf. Aku udah nggak mau kerja kantoran lagi, menurut aku lebih enak buka usaha begini,” ujar Ririn sambil meletakkan nampan berisi tiga gelas kopi espresso. “Malik juga kemarin datang ke sini buat minum kopi. Dia juga kayaknya lagi betah di sini.”Bella langsung mengerling menatap Yusuf seolah ada teror di depan matanya. “Malik? Buat apa dia di sini?” Spontan Bella bertanya.“Kenapa emangnya?” Ririn balik bertanya. “Malik juga kan separuh orang Turki, sama kayak Yusuf. Dia juga udah sering kayaknya bolak-balik ke sini.&r
Enam bulan setelah menikah, Bella dan Yusuf memutuskan untuk melaksanakan bulan madu mereka yang tertunda, yaitu pergi ke Kapadokia, Turki.Lantaran Deniz masih berumur sekitar 7 bulan, dia tak dibolehkan Yusuf untuk ikut. Dan karena itu pula mereka hanya akan pergi selama satu minggu. Deniz sementara akan dirawat dan dijaga oleh seorang perawat yang khusus diminta datang ke rumah.Berat betul hati Bella untuk meninggalkan Deniz selama satu minggu, meskipun ASI bahkan telah dia siapkan selama satu minggu ke depan, namun rasanya tetap berat untuk meninggalkan Deniz yang masih bayi.“Apa kita tunda aja lagi Mas sampe dua tahun? Tiga tahun?” tanya Bella pada malam sebelum berangkat.Yusuf yang sedang menyiapkan pakaian ke dalam koper mengerling sebal. “Nggak sekalian tunda sepuluh tahun? Kamu tenang aja, Deniz di tangan yang tepat, kok. Anggap aja kamu ibu pekerja yan
Hari yang telah lama ditunggu-tunggu Bella dan Yusuf akhirnya tiba juga, hari pernikahan mereka. Sebelumnya hari bahagia ini tak pernah mereka kira akan tiba, terutama bagi Bella. Semua masih terasa bagai mimpi baginya. Menikah dengan Yusuf? Terdengar seperti lelucon tidak lucu, tapi kali ini sungguh bukan lelucon.Jauh-jauh hari segala persiapan telah dipastikan Yusuf tidak ada kesalahan. Mulai dari gedung pernikahan, dekorasi, tema, sampai siapa-siapa saja yang diundang, dia tak mau ada kesalahan sedikit pun. Semua harus sempurna.Tema yang dipilih oleh Yusuf adalah putih, white wedding, sebab putih adalah simbol kesucian, bersih, sebagai permulaan yang baru baginya dengan Bella. Di matanya, Bella bukanlah bekas istri orang lain, pun di mata Bella, Yusuf bukanlah seorang duda dari Leila. Bagi mereka, ini adalah pernikahan pertama untuk mereka masing-masing.Jantung Bella rasanya mau copot, sejak semal
“Apa kegiatan Mama akhir-akhir ini?” tanya Yusuf berbasa-basi.“Biasalah, Mama sekarang merawat bunga, kebun kecil di rumah. Tapi, sebentar lagi Mama akan pergi,” beber Tiara.Alis Yusuf terangkat sedikit. “Ke mana? Buat apa?”“Baliklah, Suf. Udah terlalu lama Mama di sini. Udah seharusnya Mama pulang ke Amerika, ada bisnis yang harus Mama kerjakan lagi. Kamu kan nggak bisa ikut juga.”“Hm. Aku harus menjaga Bella sama Deniz sekarang, seenggaknya Mama tunggu sampe aku nikah bulan depan.”“Iya ... pasti.”Tiara duduk di bangku taman, keduanya kompak terdiam selama beberapa detik. Tiara membasahi bibir sendiri, menutupi rasa gugup yang menyerangnya. “Yusuf ... untuk semua yang terjadi, Mama betul-betul minta maaf, ya. Mama akui, Mama memang bersalah.”